Della yang ternyata liar - 1

Perkenalanku dengan Della terjadi pada sekitar tahun 1998. Della saat itu berusia 29 tahun, telah bersuami dengan 2 orang anak, tinggi 160 cm, 47 kg, bodi sangat sintal dan dada berukuran 34B.

Sebagai seorang wanita keraton berdarah biru, Della adalah wanita yang lugu dalam hubungan sex namun dia adalah seorang wanita tipe penggoda dan berani dalam berpakaian. Tidak jarang dia ke kantor dengan menggunakan rok sangat mini hingga memperlihatkan bentuk kakinya yang indah dan jarang mengenakan BH. Hal ini aku ketahui dari ceritanya sendiri. Pada awalnya kami bersahabat akrab tanpa orientasi berhubungan sex. Dia punya seorang pacar selain suaminya. Sering kami membicarakan teknik-teknik bagaimana dia melakukan hubungan sex dengan sang pacar yang aku nilai masih konvensional.

Beberapa kali kami pergi ke cafe-cafe sepulang kantor (kantor kami berlainan) sekedar melepas penat dan menunggu macet. Setiap kali mengunjungi cafe, mata para lelaki pada umumnya menoleh dan tidak sedikit yang berusaha untuk berkenalan. Beberapa di antaranya akhirnya memang dapat berkenalan. Aku tidak pernah melarang atau marah akan hal itu, malah aku bangga bahwa ternyata aku tidak salah memilih teman wanita untuk diajak jalan bersama.

Kami mulai sering pergi ke diskotek sampai pulang pagi, kadang aku jemput dia ke rumahnya, dengan ijin sang suami tentunya. Pernah kami pergi bertiga pergi ke diskotek dengan suaminya, lalu Della dengan entengnya mencari seorang wanita di diskotek dan menyuruh wanita itu menemani suaminya, sedangkan Della berdua dengan aku di pojok lain diskotek itu.

Pada pertengahan Agustus 99, hari Jumat siang aku telepon dia..

"Del.., ntar malam kita jalan yuk.." ajakku.
"Siapa takut, jemput di rumah ya.. Jam 10.." katanya.
"H.. (suaminya) gimana.. Apa kita ajak saja..?" tanyaku.
"Gak usah.. Biar kita bebas di sana.." katanya.
"Eh.. Boleh order nggak?"
"Apa?"
"Lu pakai celana panjang ketat loreng itu ya, terus atasnya kemeja satin longgar dan hmm.. Jangan pakai BH ya.."
"pakai celana dalam nggak nih.. He he he.." ujarnya
"Terserah.. Kalau berani.."
"Wah banyak orderannya ya.. OK dah.. See you at 10 tonight.. Bye.." langsung telepon ditutupnya.

Malamnya Della telah siap. Dia tampak cantik dan sexy sekali dengan kemeja satin tipis tanpa lengan warna merah dengan bagian bawah diikat di perutnya hingga terlihat putingnya tercetak jelas di dadanya menonjol kencang, siapa pun yang melihat, pasti tahu bahwa dia tidak pakai BH apalagi dengan 2 kancing atasnya dibiarkan terbuka.

Surprise, ternyata dia pakai rok sangat mini potongan pinggul, hanya 10 cm dari selangkangannya dengan bahan sutra berkibar-kibar karena bawahan yang lebar hingga samar-samar terlihat bulatan pantatnya yang polos tanpa garis CD.

"Lu pakai CD nggak?" tanya Della padaku di perjalanan.
"Ya pakai dong, kalo nggak kan nanti keliatan menggantung" ujarku.
"Gak akan nggantung kalo ngaceng keras kan? Itu pun kalo bisa ngaceng lho, ha ha ha.." kata Della sambil mengusap penisku dari luar celana. Serr, terasa ada yang bergejolak di bagian bawah perutku. Untuk pertama kalinya dia meraba penisku selama persahabatan kami hampir 1 tahun.
"Emangnya lu sanggup bikin gua ngaceng terus di sana..?" aku balik bertanya.
"Heh.. Liat aja nanti, kalau aku nggak bisa, ntar aku minta bantuan cewe lain.." katanya enteng.
"OK, kalau perlu gua buka nanti" ujarku perlahan.

Selama ini memang aku belum pernah menunjukkan keinginan atau mengajak dia untuk berhubungan sex walaupun sering aku terangsang bila mendengar cerita-cerita dia atau pada saat saat kami pergi bersama dengan pakaiannya yang sexy dan agak terbuka.

Setiba di tujuan sekitar pukul 22.30, tempat parkir yang biasa aku tempati di depan pintu utama belum penuh. Petugas valet langgananku seperti biasa sudah menunggu, tapi Della minta agar kami parkir sendiri saja sehingga aku terpaksa kembali memutar dan mengambil tempat di samping gedung, lajur parkir ketiga dari pintu masuk samping.

"Lho kok nggak berani?" celetuk Della.
"Apanya nggak berani?" tanyaku heran.
"Berani nggak lepas CD-nya, makanya gua minta lu parkir sendiri" tantangnya.

Akhirnya aku lepas celana panjangku agar bisa melepas CD. Saat CD-ku terlepas, tangan kanan Della dengan cepat menggenggam penisku sebentar. Kembali serr.. terasa ada aliran darah menuju penisku yang membuatnya sedikit membesar. Tapi genggamannya yang tidak lebih dari 1 detik, membuat penisku surut kembali tanpa aku bisa bereaksi apapun.

"Kok nggak sesuai dengan iklannya, katanya besar?" dia tersenyum.
"Pegangnya jangan cuma sedetik dong, agak lama dikit..", aku protes.
"Ya udah, nanti di dalam kita bikin sensasi ya..", aku belum bisa membayangkan, apa yang akan diperbuat Della di dalam nanti.

Kami masuk lewat pintu samping menuju tangga dimana banyak para tamu yang sedang duduk di luar tempat karaoke di bawah diskotek yang kami tuju. Mulai dari pintu masuk terasa sekali bahwa semuanya baik lelaki maupun wanita yang kebanyakan pramuria matanya mendelik melihat Della, apalagi saat berada di tangga. Aku yakin bahwa bulatan pantat Della terlihat jelas sekali dari bawah. Keadaan tersebut tidak kami pedulikan bahkan dengan bangganya aku berjalan dan Della menggandeng lenganku sampai terasa buah dadanya tertekan di lengan kananku.

Sesampai di dalam, kami mengambil tempat yang biasa kami tempati yaitu meja bundar tinggi di bagian depan kanan dekat dance floor. Ternyata beberapa teman kami telah berada di sana, 7 lelaki dan 5 wanita sehingga total ada 14 orang dengan mengambil 4 meja yang dibuat agak melingkar sehingga ada ruang di tengah tengah keempat meja tersebut

Pada saat menghampiri mereka, para lelaki yang memang telah kenal dengan Della, berteriak sambil memandang tanpa berkedip..

"Wah wah wah.. Gilee.. Ada angin apa nih si Della sampai mini begini pakaiannya, nanti striptease aja, berani nggak?" ujar Dino sambil bergurau.
"Gilaa lu ya, striptease jangan di tempat umum gini dong, kalau setengah striptease boleh boleh aja nanti, kalau udah tipsy ya, tapi gua nggak tanggung kalo lu pada horny ya.." katanya sambil memperlihatkan mimik yang menggemaskan.
"Del, mau bikin sensasi apa lagi nih.." Vivi dan Ratih terbengong bengong.
"Bukan mau bikin sensasi, abis ada pesanan khusus untuk malam ini, gua nggak boleh pakai BH, jadi sekalian aja dah gua nggak pakai CD.."
"Haahh.." tangan Vivi secara spontan meraba pantat Della, demikian pula tanganku yang berdiri di sampingnya. Ternyata dia pakai G-String tipis sehingga memang bulatan pantatnya sangat terbuka.

Akhirnya kami larut dalam irama musik disco yang menggelegar, 2 botol XO dan 2 botol Chivas kami tenggak, beberapa sloki XO murni telah masuk ke perutku dan Della terlihat semakin berani meliuk-liukkan tubuhnya dengan gaya yang sangat merangsang, kadang berdansa bersamaku, kadang dengan Vivi ataupun dengan Dino dan yang lainnya.

Semakin dia bergoyang, semakin terlihat jelas bentuk buah dadanya pun bergoyang, bahkan kadang sampai putingnya dapat terlihat jelas dari arah samping karena dengan kedua kancing yang terbuka, otomatis kancing ketiga berada di bawah buah dadanya.

Pada saat kami berdansa, terasa bagian perut ataupun pantat Della selalu menekan dan menggesek gesek penisku hingga mengakibatkan ereksi, tapi dengan acuhnya dia tidak berkomentar, kadang sengaja aku tarik tangannya agar memegangnya, tapi dia menepiskan tanganku. Huh, aku semakin penasaran jadinya. Tanpa CD, dengan bahan celana lemas yang aku pakai, jelas terlihat bahwa penisku sudah berdiri tegak hingga dapat tertangkap oleh sudut mataku bahwa Vivi, Ratih dan lainnya kadang kadang melirik ke bawahku.

Jam sudah menunjukkan pukul 23:30. kulihat Della sudah typsy sekali. Aku tarik dia. Sambil duduk aku peluk pinggangnya.

"Del, kamu diam saja ya, gua mau kamu lebih sexy lagi, biar meja-meja sebelah makin melotot melihat kamu" bisikku sambil kujilat belakang daun telinganya. Dia menggelinjang sambil makin mempererat pelukannya ke tubuhku.
"Whatever you want honey" bisiknya juga sambil menggigit ringan leherku.

Aku dorong dia sedikit ke belakang, lalu aku buka seluruh kancing kemejanya dari atas sampai bawah sambil sekilas kuraba buah dadanya dari balik kemejanya dan aku ikat ujungnya di perut Della agak ke atas sampai sedikit di bawah buah dadanya, sehingga sebagian pinggir buah dada Della semakin terlihat jelas dari pinggir, apalagi dengan kemeja yang longgar, kadang kadang dengan goyangan yang meliuk-liuk, putingnya sampai terlihat keluar.

Pada saat aku mengerjakan hal itu, tangan Della meremas-remas penisku dari luar celana hingga penisku semakin ereksi keras dan tegak, lalu dia kembali berbisik..

"Ternyata promosinya nggak salah ya.." lirihnya di telingaku.

Dibukanya ritsletingku dan digenggamnya penisku. Tangannya tidak muat untuk melingkari batang penisku. Diusapnya lubang penisku, aku sampai merinding keenakan, kepalanya ditundukkan dan dijilatnya kepala penisku sebentar, lalu ditutupnya kembali ritsletingku. Mataku menangkap Vivi dan Ratih melihat apa yang Della lakukan.

Della terlihat sexy sekali dengan pakaian tersebut. Berdua dengan Vivi mereka turun ke dance floor hingga terlihat banyak sekali lelaki yang mengerubutinya. Dengan genitnya Della dan Vivi menggoda semua lelaki, tapi setelah 3 lagu Della kembali.

"Vivi tadi bertanya, enak nggak ngewe sama lu" kata-kata vulgarnya mulai keluar, tapi justru manambah gairah bagi kami berdua.
"Lu jawab apa" aku balik bertanya.
"Gua bilang, belum pernah, jadi belum tau rasanya" dia terheran-heran.
"Dia bilang, Jadi ngapain aja kalian selama ini" kata Della.
"Gua cerita bahwa kita sering diskusi tentang ngewe, banyak teknik teknik yang lu ajarkan, tapi gua belum mempraktekannya, lantaran suami dan pacar gua yang konvensional" kata dia di pelukanku sambil kadang-kadang berciuman bibir.

Aku hanya tertawa mendengarnya sambil meremas-remas pantatnya dan sesekali kumasukkan telunjukku ke belahan pantatnya untuk mencari anusnya.

"Vivi bilang gua musti cepet cepet menguji kamu secara praktek, jangan hanya teori saja, kalau gua nggak mau, Vivi siap buat menguji. Dia tadi sudah liat penis lu, dia bilang punya Dino nggak ada apa apanya, ukuran sih OK, tapi ilmu belum tau" katanya.
"Bilang aja ke Vivi, mendingan jangan berani coba gua, soalnya kalau sampai ketagihan celaka, kasihan si Dino, temen gue juga tuh" dengan PD-nya aku menantang.


Bersambung . . . .