Nafsu yang mengatasnamakan cinta

Kejadian terjadi sekitar tahun 1995, ketika itu aku duduk di semester V di sebuah PTN di Medan. Aku, mahasiswa yang tinggal pada rumah kost di sekitar kampus PTN tersebut. Aku berasal dari desa yang cukup populer sebagai pemasok mahasiswa-mahasiswa handal ke berbagai PTN di Indonesia. Jarak desaku sekitar 5 jam perjalanan dari Medan, dan kami biasanya untuk pulang menggunakan jasa angkutan mobil yang sekaligus mengantarkan koran untuk daerah tersebut, jadi berangkatnya sekitar jam 2 dini hari dan sampainya sekitar jam 7 pagi. Saat itu aku bermaksud untuk pulang ke desaku karena ada urusan yang hendak dikerjakan. Setelah memesan mobil untuk pulang (biasanya kami tinggal menelepon mobil untuk dijemput pada dini harinya) aku bersiap-siap untuk berangkat dan sekitar jam 01.30 WIB. Mobilnya datang kemudian aku naik dan hendak duduk di depan samping Pak supir, tetapi aku melihat sudah ada seorang gadis yang duduk di sana, jadi kuurungkan niatku untuk duduk di sana dan memilih untuk duduk di belakang.

Sebenarnya sih aku kenal dengan gadis itu karena berasal dari daerah yang sama, tetapi supaya tidak dikira rakus cewek maka aku agak menghindar. Setelah selesai menjemput semua calon penumpang maka mobil yang kami tumpangi meluncur ke kantor harian surat kabar tersebut untuk mengambil koran yang akan dikirimkan ke daerah. Di kantor harian itu tempat duduk di depan masih tetap di tempati oleh gadis itu seorang diri, sementara di belakang sudah sudah diisi oleh berbagi macam jenis orang, maka kuputuskan duduk di samping gadis itu dan setelah mobil kami meluncur ke arah luar kota aku pun mulai membuka percakapan dengan gadis di sampingku.

"Nama kamu Oeli kan," kataku membuka percakapan.
"Lho kamu kok tahu.." katanya menjawabku sambil tersenyum.
Lalu mulai rayuan mautku di dalam mobil itu sementara si supir tersenyum-senyum mendengarkan rayuanku. Dan setelah ngobrol ngalor-ngidul plus perhatian dengan pegang tangan sambil pura-pura tidur, kemudian setelah kira-kira jam 06:00 pagi setelah matahari menampakkan sinarnya yang perkasa kebetulan cahayanya langsung dari depan sehingga agak menyilaukan kami. Dengan lembut dan penuh perhatian kucoba kututupi matanya dari sinar yang menyilaukan dengan telapak tanganku sambil kami terus bercerita dan bercanda. Dan dengan style yang menyakinkan setelah aku mengantongi alamat dan nomor teleponnya di Medan maka aku pun menjanjikan pertemua-pertemuan berikutnya.

Singkat cerita, setelah kami telah sama-sama kembali ke Medan maka aku segera menghubunginya lewat telepon dan memulai rayuan-rayuanku dan mengundangnya datang ke tempat kostku. Pada suatu hari seteah janjian si Oeli benar-benar datang ketempat kostku. Kemudian aku duduk di tepi tempat tidur dan si Oeli duduk di karpet di kamarku, setelah puas ngobrol, kemudian aku tiba-tiba mencium pipinya sambil mencoba merayu, "Matamu bagus ya Li.." si Oeli tersenyum dan aku pun mulai mengelus dan meremas tangannya, tetapi secara tiba-tiba dia memalingkan wajahnya dan berkata, "Apaan sih maksudnya, baru kenalan kok udah pegang-pegang," dan aku berkata, "Sebenarnya si aku suka sama kamu sejak kita pertama ketemu." Lalu dia tersenyum dan mengangguk seteju ketika kutawarkan untuk pacaran dengannya. Lalu dengan tiba-tiba kukulum bibirnya dan si Oeli-nya membalas dengan keahlian yang cukup bagus. Wah maniak juga nih cewek, pikirku dalam hati. Kemudian setelah menutup pintu kamar dan kebetulan tempat kost sedang sepi.

Aku melanjutkan aksiku dan kembali mengulum bibirnya dan memainkan lidahku ke dalam rongga mulutnya. Terdengar nafasnya agak terengah karena ciuman yang agak panjang yang kami lakukan, lalu mata kami saling menatap dan saling tersenyum kemudian kupagut lagi bibirnya sambil kali ini tanganku mulai menggerayangi tubuhnya. Mula-mula kuelus rambutnya dan turun ke leher dan lebih turun lagi sampai aku mengenai pangkal dadanya. Si Oeli mulai tersengal-sengal nafasnya sambil tangannya pun memeluk erat leherku. Tanganku pun semakin turun sampai ke puncak payudaranya dan berhenti di sana sambil mengelus-elus pelan, sehingga dia tampak semakin menggelinjang menahan nafsu. Pelan-pelan sambil terus menciumi bibir dan lehernya kulepaskan satu persatu kancing bajunya sambil mengajak dan merebahkannya di ranjangku.

Setelah kancing bajunya terlepas aku melihat payudarnya yang lumayan montok (ukuran Bra-nya 34B) aku kemudian menyusupkan tanganku dibalik BH-nya dan berupaya menggapai putingnya. Wajah si Oeli terlihat semakin bersemu menahan nafsu dan kelihatan suasana di mulutnya semakin dingin menahan getaran nafsunya yang mulai memuncak seiring dengan kunaikan BH-nya ke atas payudaranya, sehingga payudaranya menyebul ke atas dengan puting yang mencuat dan telah agak mengeras. Kemudian kukulum pelan puting susunya sambil kuhisap pelan dan berganti-ganti si Oeli mulai mengerang-erang, "Ooh.. ooh.." sambil dia menekan kepalaku untuk lebih keras menghisap putingnya. Tanganku tidak tinggal diam, mulai membuka restleting jeans-nya dam mulai menyusupkan tanganku ke dalam CD-nya. Aku merasakan bulu yang agak kasar, nafasku dan nafasnya mulai tak terkendali. Kulepaskan pengait BH-nya dan kutarik turun celana jeans-nya tetapi CD-nya tetap kubiarkan dan aku pun mulai melepaskan semua pakaianku, tinggal ber-CD saja. Permainan kembali kami teruskan, "Payudaramu bagus yach.." kataku sambil kukecup pelan putingnya, dia menggelinjang, "Oohh.." erangnya dan kembali kukulum bibirnya. Pelan-pelan lidahku turun menjilati sekujur tubuhnya dari leher ke balik telinga. Erangannya semakin terdengar, "Ohh.. Ohh.." dan turun terus sampai di puncak dadanya kuhisap pelan. Kubiarkan sebentar, lalu turun lagi keperut sampai ke pusarnya lalu kumainkan lidahku di sana sambil tanganku menyusup kebalik CD-nya dan mendapatkan sudah ada cairan yang membasahi kemaluannya.

Setelah "foreplay"-nya kuanggap cukup, aku kemudian menarik turun CD-nya, Dengan perlahan si Oeli berkata, "Kok dibuka.." tetapi matanya menyiratkan keinginan yang dalam untuk menuntaskan permainan ini. Dia juga mengangkat pantatnya supaya CD-nya dapat dengan mudah kuturunkan. Kubuka CD-ku sendiri dan memamerkan kemaluanku sebentar dengan cara mengelus-elus sehingga semakin tampak berkilat dan memerah. Kucium kembali bibirnya dan kuhisap kembali puting susunya berganti-ganti sambil aku berusaha melebarkan posisi pahanya dan bersiap menusukkan batang kemaluan ke lubang kemaluannya. Kusibakkan perlahan mulut kemaluannya dengan kepala kemaluanku. Kurasakan agak licin di sana. Kubiarkan agak lama memainkan kepala kemaluanku di mulut kemaluannya sampai erangannya terdengar agak keras dan kepalanya menjadi liar bergerak kesana kemari, "Ahh.. ahh.." erangnya. Lalu dengan kekuatan penuh kudorongkan batang kemaluanku untuk mengoyak belahan kemaluannya (kukira si Oelinya masih perawan) ternyata batang kemaluanku hanya mengalami sedikit hambatan, itupun mungkin karena batang kemaluanku yang ukurannya agak besar, sekitar 17 cm dan diameternya 4 cm.

Lalu aku dengan agak semangat mulai menaik-turunkan pantatku dan kurasakan kemaluannya menjepit kuat batang kemaluanku dan si Oeli pun mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakan pantatku sambil aku terus menciumi wajahnya dan mengulum bibirnya serta tanganku meremas-remas payudaranya berganti-ganti. Tiba-tiba gerakan si Oeli tak terkendali dan mencengkeram tubuhku sangat kuat. Sementara kakinya dilipatkan ke punggungku sambil berteriak keras, "Aku sampai.. aku sampai.. Ahh.. ahh.." Sekitar 15 detik kemudian dia agak tenang tetapi kurasakan semakin basah dan licin di dalam kemaluannya dan aku juga merasakan lubang kemaluannya sangat kuat meremas batang kemaluanku ketika dia orgasme tadi. Lalu kucabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya dan aku lap dengan CD si Oeli. Kemudian aku berbaring menghadap ke atas dengan kemaluan yang mencuat ke atas dan dengan perlahan tapi pasti si Oeli berjongkok di atas perutku sambil memegangi batang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Setelah dia mendudukiku pelan-pelan kemudian dia bergerak naik-turun yang kuimbangi dengan memutar-mutar pinggulku. Tampak dia semakin bersemangat dan "Ohh.. ahh.. ahh.." erangannya semakin lama semakin cepat, "Ahh.. ah.. hh.." dan aku pun merasakan seakan ada yang akan meledak dari dalam tubuhku, "Oh.. ohh.." kayuhannya dipercepat dan tiba-tiba dia menjerit histeris menindih tubuhku sambil menekan pantatnya kuat, "Aahh.. aahh.." dan pada waktu yang bersamaan aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa, "Crrett.. crreet.. creett.. creett.." Aku menumpahkan spermaku di dalam lubang kemaluannya seiring remasan lubang kemaluannya yang kurasakan mencengkram batang kemaluanku.

Sejurus kemudian kami sama-sama diam tak bergerak menikmati surga dunia yang baru kami rasakan. Si Oeli tetap berbaring di atas tubuhku dengan peluh yang membanjiri kedua tubuh kami. Kukecup bibirnya dengan mesra sambil kuucapkan, "Terimakasih ya Sayang.." Oeli tersenyum sambil membalas kecupanku. Demikianlah sejak saat itu kami melakukan senggama tidak kenal waktu baik di kamar kostku ataupun di rumahnya. Kami juga sering melakukan senggama di kampus, yaitu di tempat-tempat duduk di taman-taman kampus yang kalau malam hari sangat sepi yang tentunya "fast sex" atau si Oeli sekedar menghisap kemaluanku. Dengan bergabungnya aku di Rumah Seks maka sekaligus aku membuka diri kepada teman-teman yang ingin kenalan denganku dapat menghubungiku melalui e-mailku. Khususnya untuk cewek atau wanita yang berdomisili di kota Medan dapat menghubungiku untuk berkenalan dan berkonsultasi mengenai apa saja. Dengan senang hati aku akan menanggapinya. Kutunggu!

TAMAT