Lain-lain
Saturday, 5 June 2010
Cinta di sudut lembayung senja - 2
Rama, mendorong dan tarik lidahnya berulang kali, jemari tangannya mengelitik, menekan-nekan klitoris yang besar dan keras, terasa perlakuan ini sangat membuat jiwa Gina melayang-layang hingga Ginapun kelabakan dan mengejang total tubuhnya; magma mengucur, mengalir dari relung nikmatnya keseluruh 'pussy'nya yang sedang berdenyutan; deburan darahnya melaju cepat menghantar orgasmenya untuk kedua kalinya.
Terasa ada sesuatu yang mengalir hangat, cepat Rama menghisap semua yang keluar dari relung nikmat Gina. Seolah ia mendapatkan surga kenikmatan, suatu kepuasan tersendiri dapat memberikan layanan kepada wanita pujaannya seindah nafsu yang diinginkan.
Segera ditariknya pinggang Gina, hingga muka mereka berhadapan dan disambarnya bibirnya Gina dan dilumatnya sekali lagi, mengiringi Gina dalam menikmati belai nirwana yang sedang melanda jiwa dan tubuhnya. Setelah semuanya mereda gejolak-gejolak tubuhnya, dilepaskannya pangutan mereka dibelainya kembali Gina. Rama bangkit segera memutar Gina merebahkannya dihadapannya, sambil didekapnya erat, 'dudle'nya yang masih kencang menempel mengganjal pantat Gina, sambil menggeser memiringnya tubuh Gina, sedikit agak menjauh, diangkatnya paha kiri Gina ditekuk kearah pantat Rama, kemudian dimasukkannya kemaluan Rama yang kencang menegang itu ke 'pussy' Gina dari belakang.
"Gina aku tusukan dudleku ke V-mu dari belakang, dan nikmatilah ini tanda kasihku yang terdalam kepadamu sayang.. "
"Rama, acchh pelan-pelan ya, aku siap menyerahkan kesucianku untukmu Rama", sambil mengigit bibir bawahnya dan memeras buah dadanya sendiri, menanti kemaluan Rama masuk keliang nikmatnya,
Terasa sempit sekali liang senggama Gina untuk 'dudle'Rama yang berkepala relative besar itu, Rama berusaha menerobosnya dengan susah payah; walau dia berusaha santai melakukan penetrasi dengan tiduran miring sembari memegangi kaki Gina yang kiri yang ditekuk kearah pantat Rama sebelah kiri.
Dengan segala upaya diusahakannya untuk mengakomodasikan 'dudle' nya dalam relung yang sempit itu, achirnya diapun dengan agak memaksa mendorongkan pantatnya kuat dengan dua kali hentakan bleess masuklah kepala besar itu dalam relung nikmat Gina yang sempit; terasa oleh Rama bahwa dia merobek suatu hambatan didalam, ternyata hanya separo dari batang menara 'balil' itu masuk kerelung nikmatnya Gina.
Terdengar jeritan Gina menahan sakit dan buliran peluhnya merata diseluruh tubuhnya,
"Achh aduuh Rama sakit, 'dudle'mu terlalu besar untuk 'pussy'ku Rama"
"Maaf Gina kesakitan ya, tahan sebentar, nanti kau juga akan merasakan nikmatnya."
"Rileks saja, jangan menegang dan jangan kau jepit dulu 'dudleku, please."
Ramapun menghentikan kegiatannya dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh Gina dari belakang, lalu didekapnya Gina sambil diciumi dari belakang, dan katanya,
"Sayang, aku mencintaimu, aku ingin hidup bersamamu selamanya sayang"
"Beri kesempatan aku bisa membahagiakan dirimu" dibelainya Gina dengan lembut berulang dikecupnya punggung Gina dengan penuh kasih.
Setelah Gina berhasil merelekskan dirinya, badan dan 'pussy'nya mengendor terasa di'dudle'Rama, kemudian Rama berusaha menjauhkan dirinya lagi, digoyangkannya batang 'dudle' Rama kekiri dan kanan dan maju mundur pelan untuk mengakomodasikan dudle besarnya didalam relung nikmatnya kekasihnya yang beru pertama kali menerimanya.
Begitu terasa bahwa liang relung kenikmatan Gina mau menerima kehadiaran 'dudle' Rama, tiba-tiba rama menghentakkan lagi 'dudle'nya dengan sekali hentakah dan bleess, masuklah semua batang 'dudle' Rama keliang relung kenikmatan Gina; kemudian didiamkan sekali lagi 'dudle' Rama tersebut didalam liang itu, menunggu sebentar, sambil tangan Rama mengelus elus pantat keras Gina.
"Gina sayang, masih sakitkah mekymu, aku tunggu sampai kau siap menerimanya sayang"
"Ya Rama, masih agak sakit, tapi kuusahakan sereleks mungkin" kata Gina sambil menggigil menahan antara gejolak asmaranya dan rasa sakit yang diterima nya.
Setelah selang beberapa saat, dicoba digoyangkannya pantat Rama maju mundur, kiri kanan dan memutar, dengan pelan, sambil terus Rama mengelus pantat Gina, dengan sabar.
Terdengar lenguhan dan rintihan Gina.
"Eechh, eesshhtt, eecchh"
"Gina, gimana, terasa enakan?"
"Bisa aku teruskan ya sayang, coba kamu konsentrasikan dulu."
"Bayangkan kenikmatan dalam relung nikmatmu dengan gesekan dudleku ini"
"Tak usah berusaha menjepit dudleku okey?"
"Ya darling, Gina mendengarmu, kucoba mengfokuskan rasa goyangan 'dudle'mu deh" jawab Gina.
Mulailah Rama lebih giat dan intensive menggoyangkan pantatnya maju mundur, dan terasa oleh Rama kenikmatan relung nikmat Gina, terasa adanya jonjot-jonjot sepanjang liang relung kenikmatan, yang seolah bergerak memijat-mijat batang 'dudle'nya. Nikmat sekali rasanya; sedikit demi sedikit air nikmat dari liang kenikmatan itu melumasi batang 'dudle'nya dan memudahkan geakannya memompa vagina tersebut.
Erangan Gina mulai bebas bahkan dia mulai meracau keenakkan.
"Eecchh, enaak Rama, aduh ngilu-ngilu enak sayang, enak sekali 'dudle'mu sayang"
"Aku menyukainya sayang, serasa Gina melayang-layang, seolah jiwaku dibuai di angkasa raya, Rama"
"Masukkan truss dong Rama enak sekali rasanya ada suatu yang tergesek, yang membuatku melayang bila mengenai nya."
"Ya Gina, itu 'dudle'ku mengenai G-spotmu, dan katakanlah disekitar mana supaya aku bisa menggeseknya lebih tepat sayang"
"Sudah ngak kesakitan kan Ginaku sayang?", Gina hanya mendesah dan menggelangkan kepalanya, menjawab pertanyaan Rama.
Puas dengan style miring dari belakang ini, Rama mencabut 'dudle'nya dan menyandarkan Gina diatas tumpukan tas-tas bawaannya, supaya Gina tiduran dengan setengah tegak, kemudian dia mengangkat, kedua kaki Gina dan diletakkannya dipinggangnya satu disebelah kiri dan yang satunya disebelah kanan.
Rama bersimpuh tepat didepan vagina Gina, dan berkata, "Gina, nikmati ya permainan baru ini yang kita ciptakan untuk kita berdua"
"Coba pejamkam matamu dan rasakan disekitar 'pussy'mu ya, bayangkan aku sambil menciummu okey"
Maka dimasukkannya 'dudle' tegang dan basah itu kedalam 'pussy'Gina lagi; reaksi Gina sangat kaget, walaupun telah diberitahu lebih dulu, karena memang kepala 'dudle' Rama yang besar membendol, seolah tak mungkin masuk dalam lubang 'pussy' yang sedemikian sempit.
"Hiik, acchh, Rama pelanan dikit dong Rama, muat nggak tuh 'dudle' besarmu masuk ke mekyku lagi."
"Iyalah Gin, kan tadi sudah aku ulek pakai kepala 'dudle'ku sayang"
Kenyataannya memang kelihatan seperti penuh dipermukaan liang senggama Gina; bila 'dudle' Rama didorong masuk, kelihatan permukaan 'pussy' itu ikut masuk jauh kedalam dan bila ditariknya 'dudle' Rama, kulit permukaan itu ikut tertarik, hal ini karena pelumasnya belum bekerja sejara normal. Namun, selang beberapa kali dia lakukan penetrasi di'pussy' Gina, mulailah cairan nikmat Gina mulai bekerja dan membasahi batang 'dudle Rama sebagai pelumas, memepermudah gerakan 'dudle'Rama menunaikan tugasnya.
Rintihan Gina pun semakin hebat, "Heeiihh, heeiichh aacchh sshheett"
"Rama enak sekali, gina mau pipis nihh aachh ngak kuatt Rammaa"
"Okey sayang Gina boleh keluarkan itu sayang, itu kamu mencapai orgasme namanya"
Terasa dibatang 'dudle' Rama, 'pussy'dan relung kenikmatan Gina berdenyut hebat, otomatis menjepit batang 'dudle' Rama dengan kuatnya. Rama menghentikan kegiatan itu, lalu melepaskan pegangan kaki Gina, segera merangkulnya kuat lalu menciumi bibir, pipi dan matanya dengan penuh nafsu.
"Gina, nikmatilah orgasme ini seindah mungkin ya, syukurlah kamu menikmatinya"
"Gina, aku menicintaimu, sayang"
Terkulailah sekujur badan Gina, terasa olehnya seolah tulang dan ototnya tercabuti, lemas sekali.
Adapun Rama tetap mendekapnya sambil 'dudle' tetap menancap didalam 'pussy', sambil badan bawahnya dan pantatnya menggoyang pelan.
"Gina sayang, tolong bantu Rama, menyelesaikan ini ya sayang"
"Rama juga ingin keluar juga dengan bantuanmu sayang, will you do that for me please"
Bicara begitu sambil dia menggoyangkan kekiri ke kanan dan maju mundur dengan lembut, di sambarnya juga payudara sebelah kanannya dan dijilat dan diisapnya, sehingga Ginapun mengeliat, kelojotan lagi.
Melihat reaksi Gina yang hebat itu, dihunjamkanya 'dudle' nya kembali dengan lebih kencang, tiba-tiba diangkatnya jauh kepermukaan, berhenti, dan di hujamkan lagi. Begitu diulang berapa kali hingga Ginapun menjerit.
"Rama jangan kau permainkan aku, kasukkanlah dan hujamkanlah 'dudle'mu dalam dalam, aku menikmatinya"
"Ya sayang, kepala 'dudle'ku pun sudah berdenyut hebat, siapkah kau menerimanya, dan dikeluarkan dimana"
"Rama tunggu sebentar aku lagi mendaki birahiku, kita sama-sama keluar ya"
Ramapun berfikir akan keamanan berdua, jangan sampai Gina hamil, maka Rama tunggu sampai Gina orgasme lagi, dan setelah orgasme, dicabut 'dudle'basah, tegang dan berdenyut itu.
"Gina sepong lagi ini tolong 'dudleku akan keluarkan dimulutmu saja, aku kuatir kau akan hamil bila kumasukkan dalam rahimmu sayang"
Maka, Ginapun menangkap 'dudle' Rama dan disedotnya ketika sperma Rama muncrat langsung ke tenggorokan Gina.. creett creet, creett.. kira-kira delapan kali sperma kental Rama muncrat dimulut Gina, segera Gina menelannya dengan tanpa dirasakan lagi. Sebagian tercecer di dagu Gina, dan setelah selesai Gina menjilatin 'dudle' Rama, Rama mencabut 'dudle'nya dari mulut Gina dan diapun membungkuk menjilati dagu Gina pelan-pelan, yang belepotan dengan spermanya sendiri, sampai achirnya dagu Gina bersih kembali.
Lunglai keduanya bersimbah peluh, dan diciuminya Gina, dengan penuh kasih sayang, sambil menggeser tubuhnya disebelah kanan dan miring, tangannya senantiasa membelai rambut Gina.
"Gina, aku betul-betul terima kasih, kau berikan kegadisanmu kepadaku, kuharap kau tidak menyesal."
"Tak akan pernah kulupa sampai matiku nanti akan cintamu kepadaku, kuingin hidup bersamamu Gina"
Dielusnya tubuh Gina, yang masih telentang lemas menghadap kelangit-langit bedengan itu.
"Kau tak akan mati Rama, kau akan hidup selalu bersamaku, katakanlah kau akan hidup bersamaku sampai diakhir hayat kami"
"Ya Gina, kita akan hidup bersama sampai hayat kami"
Tertidurlah mereka dibedengan itu, dan anginpun meniup memberikan kesegaran hingga terlelaplah mereka dalam keadaan telanjang. Tersentak mereka, sewaktu mendengar sirene mendentang diatas bukit dibalik pantai itu, dijalan yang menikuk terjal, suaranya seakan membahana di rongga kepala mereka berdua, dan merekapun saling memandang, sadar akan ketelajangan mereka.
Bersambung . . . .