Lain-lain
Saturday, 5 June 2010
Cinta di sudut lembayung senja - 3
Matahari telah keperaduan, dan gelap malampun berganti, didekapnya sekali lagi Gina, mata hatinya, dan diulurkannya tangannya mengajak Gina beranjak pulang. Dibimbingnya Gina keluar dari bedengan dan diangkatnya dia dan diputerkannya dia dalam pelukan, Ginapun menjerit, ketika kakinya memutar diudara mengikuti badannya yang di ayun dan diputar oleh Rama yang kokoh kekar itu.
Dicium, berpagut mereka mengakhiri hari yang indah untuk mereka berdua di pantai itu. Merekapun berjalan dipasir putih menuju kekendaraannya untuk pulang di bungalow orang tua Gina. Untuk sampai di bungalownya, mereka harus melalui bangunan bungalow lainnya yang memang relative berdekatan disekitar itu, merupakan sebuah compound, namun tetap dipertahankan privasinya masing-masing, sedang jarak menuju kepantai itu tak terlalu jauh, kira 5 menit mengendarai mobil.
Segera mobil berhenti, Ramapun turun dan membukakan pintu Gina dan menuntun dan merangkulnya, tiba-tiba Ramapun menggendongnya berjalan masuk kebungalow. Ginapun memekik sambil merangkul leher Rama yang kuat, dalam dekapan gendongan Rama dia merasa ada sesuatu aneh mendera perasaannya hingga dia harus memalingkan pandangan lurus kebelakang, ternyata seorang laki-laki berdiri tegak memperhatikan adegan dirinya dengan Rama, semenjak keluar dari mobil, dia tersenyum dengan diiringi mata sayu tajam memandang kearahnya.
Cepat Ginapun senyum sedikit, mengalihkan pandangannya kembali dan mencium pipi Rama, ditempelkannya kuat-kuat bibirnya menekan pipi Rama.. Mereka kemudian tergulung dalam canda sambil menuju kekamar mandi membersihkan badan mereka bersama untuk segera makan malam yang telah mereka persiapkan berdua.
Selesai makan malam merekapun memutar lagu-lagu kesayangan mereka, Rama duduk dikarpet dengan hanya mengenakan PJ pendek dan Ginapun mengenakan pakaian tidur minim, karena 'heat' di pantai, yang cukup melelehkan keringat dibadannya, walaupun mereka memakai air conditioning.
Malam semakin pekat, Gina menidurkan kepalanya diatas paha Rama yang duduk disofa panjang di ruang tamu, dan mulailah Rama mematikan lagu-lagunnya dan mengganti piringannya dengan BF yang mereka bawa. Mereka menikmati adegan demi adegan, sambil Rama mengelus-elus paha Gina. Secara reflek dirinya teraliri gelongbang birahi dengan cepat, segera jantung mendetup kencang; secepat itu pula 'dudle'nya mendongkak mengeras, nafas Ramapun memburu.
"Gina sayang, adakah kau merasakan getaran dalam tubuhmu, seperti ditubuhku ini sayang?"
"Ya Rama, 'pussy'ku berdenyut dan membasah"
Mata Rama semakin sayu, dia ingin sekali meminta diservice lagi 'dudle'nya, namun juga ngak tega memintanya ke Gina, demi melihat lelehan cairan kenikmatan Gina bercampur darah sewaktu dia bersihkan Gina dengan handuk tadi sore.
Maka dirundukkannya mukanya menggapai bibir Gina, dan dilumatnya kencang bibir bawahnya, serta diceruakkan kedalam lidahnya ke rongga mulut Gina, yang ternyata Ginapun menyambutnya dengan hangat dan liar, sambil tangannya meraba 'dudle' Rama yang sudah mengeras, tergoda ia ingin mengeluarkannya dari piyama Rama dan katanya, "Rama, nafsumu membakar lagi, 'dudle'mu sudah tegang mengeras lagi, boleh ya Rama aku keluarkan"
Mata Rama memandang sayu hanya menganggukkan kepala sambil meneruskan melumat bibir Gina. Tanpa dikomando dilepaskannya tautan ciuman panas itu, sembari mengelus-elus 'dudle' Rama yang merah mengkilat kepalanya. Penasaran rasanya melihat 'dudle' buah hatinya itu, dia mendaratkan bibirnya kekepala 'dudle' hangat di tangannya, digesek-gesekkan bibirnya yang sensual, menikmati kehangatnya batang 'dudle' Rama, dan ditekan-tekannya lubang air seni dikepala 'dudle' itu, sesekali di hisapnya dengan birahinya yang menggelora. Dikulumnya kepala 'dudle' itu, dijelajahinya semua permukaan; kembali seluruh simpul-simpul syaraf yang sangat sensitive digelitiknya. Ramapun mendesis dan menggigit bibir bawahnya sedang matanya hanya kuasa melek merem, menikmati dera perlakuan Gina kekasihnya, seraya merebahkan tubuhnya disisi kaki Gina, sambil mengangkat kakinya diatas sofa, serta merta merahih CD Gina yang terpampang didepanya.
Tanpa melepas CD tersebut, hanya dibukanya dari samping, jemari tangan kanannya membuka belahan gundukan segitiga diatara kedua pangkal paha Gina, dirabanya klitorisnya dan disapu dan dimainkannya dengan jarinya, kemudian diceruakkan lidahkya kedalam belahan vagina yang tebal dan bersih itu, aroma kewanitaannya pun merangsang jiwa kelakian Rama, dalam posisi 69 ini, disapunya seluruh bermukaan vagina itu dengan cermat dan hati-hati; karena sayangnya Rama kepada Gina, tak ingin Gina merasakan sakit atau tidak nyaman akan perbuatannya.
Rama sendiri menikmati dera kenikmatan di'dudle'nya, bara nafsunyapun membakar semangatnya untuk lebih giat mengelomoti liang kenikmatan Gina, ditusuk-tusukkannya lidahnya dalam liang sempit yang tadi sore dia ulek pakai tongkat keramatnya yang gagah itu. Berulang-ulang mereka lakukan, nyeri, ngilu silih berganti mendera sukma dan birahinya, bagaikan dikayuh diayun diatas jentera yang bertali panjang berputar-putar di angkasa raya. Rintihan mereka semakin lama semakin keras mengalunkan suara kenikmatannya dan achirnya mereka berdua mendapatkan ejakulasinya bersamaan.
"Acchh aachh, Rama enak sekali, lidah kasarmu, Gina mau keluar lagi ini"
"Yaa aacchh sshheett, aku juga Gina, kau pandai sekali mempermainkan kontolku Gina."
Dan kembali, sperma Rama muncrat dalam mulut Gina, chhrreett, chreet, chreett. Robohlah mereka, dan tertidurlah diatas sofa ruang tamu yang didesign seperti rumah-rumah diSpanyol, ruang tamunya jauh lebih dalam dibandingkan lantai lainnya dengan dihubungkan dengan telundakan-telundakan mengelilingi ruang tamu itu.
Pagi harinya, Rama masuk kamar mandi, dan Gina mau mengambil 'Toilet paper' untuk Rama, dan beberapa barang dibagasi belakang mobilnya. Ternyata, beberapa barang yang dia keluarin dari bagasi itu ada yang terjatuh. Gina kewalahan membawanya.
Tiba-tiba pemuda yang kemarin tersenyum padanya telah didekatnya dan membantu memunguti beberapa 'toilet paper' yang menggeludung agak jauh dibawah mobil, dipungutnya note book kecil kepunyaan Gina, kemudiaan masukkannya kedalam sakunya tanpa meminta izin Gina.
"Namaku Dharma, coba kutolong adik membawakan ke teras vilamu itu, bawalah sebisamu, ini semua terlalu banyak untuk adik bawa sendiri."
Gina pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali berterima kasih dan menyebutkan namanya sambil mengulurkan tangannya, "Namaku Gina, Regina, terimakasih atas pertologan anda Dharma"
Sekejap setelah menolong Dharmapun lenyap dari pandangannya setelah minta diri kepada Gina. Ada sebuah perasaan aneh pada diri Gina, mengapa tiba-tiba Dharma muncul dimana dia sedang membutuhkannya; semua perasaan ini dia tekan dan berusaha melupakannya. Diberikannya Toilet tissue kepada Rama, tanpa mengatakan mengenai pertemuan dengan Dharma kepada Rama.
Pagi itu mereka mandi sama-sama di bawah shower dan saling menyabun dan mendekap dan saling memainkan alat vital mereka masing, dikulumnya payudara Gina yang padat dan kenyat itu, mengelinjanglah kembali Gina, dan membalas meraba dan memilin puting Rama ditangan kirinya dan tangan kanannya memijat dan mengelus dudle Rama.
Serta merta, Rama memburu nafasnya dan membalikkan badan Gina dan meminta dia menungging dengan berpegangan pada tiang besi 'shower screen', maka diselipkannya batang 'dudle' Rama yang tegang itu dibelahan 'pussy' Gina, dengan sebelumnya dimainkannya dulu dipermukaan vagina untuk memberikan stimulasi pada lubang 'pussy' Gina, supaya mau menerima kehadiran 'dudle' besarnya Rama.
"Gina, siap ya sayang, kumasukkan dari belakang ya, nikmatilah setiap gesekan dan tusukanku, jangan tegang ya sayang"
Maka diayunkannya pantatnya kedepan dan bless, masuklah separo batang keramat nan perkasa itu kedalam relung nikmat Gina.
Gina menjungkit refleks dan mengaduh; segera dihentikan lagi penetrasinya. Dibungkukkannya badan Rama dan diraihnya payudara Gina yang tergantung-gantung, diremas-remasnya penuh birahi asmara, separo 'dudle' digoyangkan hingga mengalir lembut air nikmat membasahi kepala 'dudle'nya.
Sekali lagi dia hentakkan pantatnya dengan tiba-tiba, dan bleess masuk semua dalam relung nikmat Gina yang sangat sempit menghimpit. Terasa sekali memberikan sensasi yang nikmat sekali, sewaktu batang pusaka kebanggaan laki-laki ini berada didalam liang nikmat.
Nafasnyapun segera memburu ingin cepat menyelesaikan hasrat syahwatnya, namun ia ingat tugas utamanya adalah membahagiakan pasangannya yang ia cintai ini. Maka digoyangkannya maju mundur, kekiri kekanan mengaduk seluruh relung nikmat itu dengan penuh bara cinta dan nafsunya.
Desah dan desis, lenguhan Gina semakin intense dari satu sodokan sodokan yang lain, dan dia menengok kepalanya kebelakang dan disambutnya dengan bibir Rama yang menganga menikmati denyutan relung nikmat Gina yang tersa banyak sembulan-sembulan berenjolan diseluruh lorong nikmat "Pussy' nya, merata berirama menghimpit dan memijit batang kejantanan Rama.
Keduanya sudah dibalut bara api asmara dan birahi yang melambungkan jiwa mereka melayang menuju ke Nirwana, seolah mereka menari di angkasa dibantu oleh arakan mega-mega menyelubungi tubuh mereka, anginpun tak tinggal diam ikut sibuk menghantarkan mereka dari gumpalan mega satu kemega lainnya, berputar mengelilingi jagad raya; seolah mereka bagaikan 'Shyiwa' yang sedang memadu cinta diangkasa dangan 'Nandhi' kerbaunya sebagai kendaraannya. Air nikmat Gina berceceran jatuh, hujamanpun bertalu tiada redanya;
Gina melengking dan mengerang merasakan terpaan rasa ngilu di dalam relung nikmatnya bagaikan lonceng yang bertalu-talu mendera sukmanya, sampai achirnya tak tahan Gina dibuatnya, hingga dia harus melengkingkan pekikan nikmatnya.
"Rama aku tak tahan lagi ngiluu nikmat Rama, aku keluaarr, aku orgasmee sayang"
"Ya Gina nikmatilah kudekap kau dari belakang kucium punggungmu sayang", sambil Rama menggapai payudara Gina yang terguncang, karena hujaman yang semakin kencang dari Rama diremas-remasnya payudara Kenyal itu diperlintirnya putingnya.
Dibiarkannya Gina menikmati orgasmenya yang panjang, dan Ramapun menikmati denyutan relung nikmat Gina yang terasa bagaikan seorang yang memainkan 'harmonika' ditiup dan disedotnya merata diseluruh batang kemaluannya yang terrendam didalamnya.
Bersambung . . .