Lain-lain
Monday, 28 June 2010
Penjaga warnet
Waktu itu sudah jam 12 malam waktu aku pergi ke warnet, samapai di sana aku kaget karena yang jaga adalah wanita yang dulu pernah menggodaku saat aku minta copy film-film BF dari warnet tersebut ke CD, karena biasanya kalau jam begini suaminya yang jaga.
"Ada yang kosong, Mbak?" tanyaku.
"Mas pilih aja sendiri, cuma dua kok yang kepake, lainnya kosong," jawabnya.
"Wah Mbak, kok jadi kayak ke panti pijat aja pilih sendiri, ada katalog pemijatnya Mbak?" balasku sambil bercanda.
"Ih, Mas nih nakal ya, sudah biasa ke tempat gituan ya kok bisa tahu? Hayoo.."
"Ah, nggak kok Mbak, cuma pernah baca aja. Aku main dulu ya Mbak, maksudnya main internet, jangan mikir yang jorok dulu."
"Yee.., sudah tahu, emang selain main internet di situ mau main apa lagi?"
"Mainan mouse, mainan keyboard, mainan.. Ada deh, Mbak mau tahu aja sih."
"Iih.. Nakal, sudah main mainan kamu sana!"
Terus terang aku ngelihat Mbak itu aja sudah tegang lho, apalagi diajak becanda yang jorok-jorok, iihh.., jadi nggak tahan mau 'ngeluarin'. Sebut saja nama Mbak itu Meri, dia sudah bersuami tapi body tetap terawat. Dengan payudara yang kelihatan mantap bila dipegang, 34D mungkin (mungkin lho), dipadu dengan pantat semok yang bulat padat, walaupun tidak terlalu tinggi tapi sudah cukup menggoda imanku, hehe. Tidak putih, agak hitam, dengan wajah yang lumayan di umurnya yang sekitar 27-an.
Aku mulai dengan membuka e-mailku, sambil menunggu loading aku membuka mirc dan masuk ke channel #ngewe sambil baca cerita-cerita panas yang ada di channel itu. Nggak percaya? Coba aja sendiri! Aku juga buka Rumah Seks (tentunya). Di masing-masing komputer terdapat koleksi film-film BF dari barat sampai timur, segala macam ras ada, jadi nyambi nonton juga.
Biasanya aku ke warnet untuk ngambil cerita dan gambar-gambar untuk kubawa ke kos, terus lihat di komputerku sambil.., kalian para cowok pasti tahulah. Tapi karena masalah yang sudah terlalu banyak menumpuk dan ditambah dengan godaan si Mbak tadi, akhirnya aku nggak tahan untuk 'ngeluarin' semuanya, lagipula aku belum pernah 'keluar' di warnet, jadi nyoba sensasi barulah. Saat aku sudah hampir 'keluar' buru-buru aku pergi ke kamar mandi yang letaknya (sialnya) di depan Mbak itu dengan anu-ku yang sedang di puncak ketegangannya.
"Mbak, kamar mandinya boleh dipakai?' tanyaku.
"Boleh, pakai aja. Tapi barusan ada orang yang barusan masuk, jadi tungguin saja bentar."
Sial, pikirku. Dasar orang tidak bermoral, menyiksa orang yang sedang di jalan menuju kenikmatan. Apalagi dari tadi aku lihat si Mbak itu lagi ngelihatin ehm, itu-ku yang lagi tegang. Terpaksa aku balik badan menghadap ke pintu kamar mandi karena malu, walaupun tambah tegang lagi gara-gara dilihatin. Aku menunggu dengan resah dan wajah yang kesal penuh dengan keringat, dan nafasku yang nggak beraturan, di depan dia lagi.
"Emangnya mau ngapain sih Mas, kok buru-buru amat, kelihatannya nggak sabaran gitu?" tanya si Mbak itu.
"Eh, nggak kok, cuma mau kencing saja, sudah nggak tahan nih."
"Masa' nahan kencing saja sampai keringetan, nafas kamu juga ngos-ngosan gitu, jangan-jangan kamu mau..? Sudah nggak tahan ya? Perlu dibantuin nggak?" godanya.
Dia ngomong gitu aku jadi malu, nunduk, dan anu-ku kok anehnya nggak turun-turun, tetap tegang.
"Uh, dasar Mbak ini jorok, dibilangin aku sudah kebelet kencing kok."
"Kebelet kencing apa kencing? Ntar yang keluar bukannya kuning malah putih lagi."
"Putih? Emang apaan Mbak? O ya, di dalem ada sabunnya nggak? Sekalian nyabun, ngebersihin maksudnya."
"O tentu ada dong, kan kami juga ikut membantu bagi orang-orang yang kepengen nyabun, kaya kamu gitu."
"Yee.. Mbak nih. O ya, tawaran bantuannya tadi jadi nggak, he.. he.."
"Kamu ini kok denger aja sih pertanyaan basa basi gitu? Tapi nanti siapa yang jaga dong?"
"Nggak kok Mbak, cukup dengan ngelihat Mbak saja itu sudah membantu kok."
Akhirnya orang yang di kamar mandi tadi keluar dengan tampang yang penuh kenikmatan, aku dan si Mbak berpandangan sambil sedikit tersenyum ngelihat si orang tadi.
"Sudah ah Mbak, sudah nggak tahan nih, aku masuk dulu ya."
"Iya iya, masuk sana, keburu lemes duluan ntar. Semoga sukses ya!" godanya sambil memberi semangat.
Kututup pintu kamar mandi, dan aku mulai melepaskan celana pendek dan celana dalamku yang menahan 'adik'ku ini untuk maksimal. Aku membersihkan tanganku dulu, lalu mulai mengelus-elus kepala 'adik'ku. Kuelus ujungnya, karena tidak disunat jadi ujungnya masih ada sedikit kulit yang menutupi lubang 'anu'ku. Sambil membayangkan hal-hal yang porno, termasuk jika aku sedang bercinta dengan Mbak tadi, kujepit ujung kemaluanku dengan dua jari kananku, lalu kugosok-gosok dengan jempol kananku. Rasanya geli (coba aja), lalu aku mulai mengambil sabun, mengusapnya di tangan dan batangku. Aku pegang batangku, aku kocok-kocok, makin lama makin cepat dan akhirnya keluarlah segala masalahku. Mungkin karena terlalu nikmat sehingga tanpa sadar aku sedikit melenguh, aku lupa kalau itu sedang di kamar mandi warnet. Tapi ya sudahlah, paling-paling nggak ada yang denger. Habis itu aku cuci dengan bersih batangku dan tanganku, kupakai lagi CD dan celanaku, lalu aku keluar untuk kembali ke KBU ku.
"Sudah puas keluarnya?" tanya si Mbak tadi, yang sedikit mengagetkanku.
"Keluar apaan? Lagian, kok Mbak tahu?"
"Abisnya tadi aku denger suara kamu, aku pikir kenapa, tapi ah paling-paling juga gitu. Berarti nggak perlu bantuan Mbak dong?"
Mendengar godaannya itu aku menjadi tegang lagi, kebetulan 'burungku' kuhadapkan ke atas, jadi kalau tegang kelihatan ada yang menonjol di bagian depan celanaku.
"Tuh kan, Mbak godain sih, jadi tegang lagi nih. Hayo, Mbak harus tanggung jawab!" candaku sambil mengharap kali aja dia benar-benar mau, kan rejeki.
"Ya sudah Mbak tanggung jawab, tapi gimana?"
"Nggak kok Mbak, cuma becanda. Aku balik ke KBU ku dulu ya Mbak."
Aku balik dan duduk kembali di depan komputerku, dan mulai membuka situs-situs hot lagi. Rencana sih mau aku bawa ke pulang buat nanti, gara-gara si Mbak itu jadinya aku tegang lagi, dan tanggung kalau nggak dikeluarin sekalian.
Tak disangka tak dinyana, beberapa saat setelah aku duduk si Mbak tadi datang dan duduk di sampingku. Kaget, itulah yang terlintas pertama kali di pikiranku. Aku dengan terburu-buru menutup situs-situs dan mirc ku yang semuanya berisi sesuatu yang hot-hot karena malu.
"M.. M.. Mbak ada ap.. ap.. apa kesini?" tanyaku sambil terbata-bata.
"Iiihh, kamu nakal ya, suka buka-buka situs gituan. Ntar Mbak sentil lho!"
"Jangan ah, ntar Mbak nyentilnya milih lagi. Yah, itu kan kegiatan seorang cowok normal, lagian daripada buka-buka yang lain mending buka situs aja."
"Terserahlah, Mbak ke sini kan mau mempertanggungjawabkan godaan Mbak tadi. Gimana, jadi nggak?"
Wah, pucuk dicinta ulampun tiba nih. Rejeki nomplok datang dengan sendirinya. Lagian kebetulan keadaan warnet juga lagi sepi, makanya dia berani datengin aku.
"Wah, siapa sih yang bisa nolak Mbak. Hehe, ngerayu dikit nggak papa kan Mbak?"
"Tapi buruan ya, soalnya aku takut kalau ada orang lewat atau nyari Mbak kan nggak enak. Tapi gimana caranya? Yang cepet, dalam hal proses dan kalau ada hal yang nggak diharapkan."
"Umm.. Gimana kalau Mbak kocok saja pake tangan? Kalau mau cepet ya dari luar aja."
"Iya deh, sini."
Pertama dia menyentuh kemaluanku, rasanya enak banget, soalnya baru ini aku dipegang oleh orang lain, sama cewek lagi. Sambil dia megang 'burung'ku aku sambil baca cerita-cerita hot di Rumah Seks.
"Mbak penasaran nih ingin lihat punya kamu, keluarin aja ya?"
"Tapi kalau ada orang gimana? Ntar bisa jadi gosip dong?"
"Nggak papa, Mbak sambil ngawasin sekitar juga. Keluarin ya?"
"Terserah Mbak deh."
Perlahan dia membuka retsletingku lalu kancing celanaku. Lalu dielusnya burungku sebentar dari luar CD ku, walaupun dari luar tapi rasanya merasuk ke dalam. Dia mulai membuka belahan CD ku (biasanya merk CD GT-Man ada belahannya di bagian depan, tul nggak para cowok?), terlihatlah 'kepala' nya. Dengan lembut dia mengeluarkan 'milik'ku dari sarangnya, seperti bayi yang dilahirkan, keluar kepalanya dulu baru badannya. Ukuran 'burung'ku memang tidak terlalu panjang, sekitar 14 cm dan cukup untuk digenggam oleh tangannya.
Dia mulai memegang 'batang'ku dengan lembut, menggerakkan tangannya naik turun. Sambil melihat ekspresi wajahku yang sedang keenakan sambil membaca cerita-cerita panas di layar monitor. Dia meludahi tangannya lalu dioleskannya ke 'batang'ku, agar tidak lecet katanya. Gerakannya mulai dipercepat, tiba-tiba dia berhenti. Aku bertanya dalam hati, tentu saja itu mengecewakan. Dia mulai meludahi tangannya lagi, lalu menjepit ujung kemaluanku dengan dua jarinya, dan mengelus lembut ujung 'burung'ku, seperti yang biasa kulakukan. Tentu saja itu membuat aku keenakan, dan sedikit mendesah membuatnya makin bersemangat.
"Oo.. Ternyata di situ ya titik rangsangmu?"
"Iya Mbak, kok Mbak tahu? Sama di ujung bagian bawah juga Mbak."
"Iya dong, habisnya suami Mbak kalau Mbak oral paling geli di situ juga."
"Wah, jadi kepengen juga nih di oral sama Mbak, Mbak mau nggak?"
"Jangan dulu, kita kan baru sekali ini. Kapan-kapan saja ya. Gini juga kamu nanti sudah sangat pas kok, jaminan mutu!"
"Iya deh Mbak, jadi nggak sabar nih. Tapi gini juga sudah enak kok Mbakkhh.."
"Hihi.., kena kau!"
Dia sengaja membuatku keenakan dengan sentuhannya tadi. Semakin lama dia menyentuh dan mengocok 'burung'ku, semakin ingin aku untuk 'keluar', tapi aku tahan biar nggak malu-maluin, masa' cepet amat.
"Mm.. Mbak, aku boleh megang punya Mbak nggak?"
"Nggak, jangan dulu."
"Yah, padahal aku kepengen Mbak, daripada cuma bisa bayangin aja."
Sebentar dia berpikir, tapi masih tetap mengocok 'burung'ku.
"Iya deh boleh, tapi cuma payudara Mbak, dan dari luar aja. Takutnya kalau dari dalem terus ada orang dateng gimana?"
"Horee.. Dari luar aja sudah seneng kok Mbak."
"Tapi pelan-pelan ya, jangan kasar-kasar."
Mulai kupegang buah dadanya yang menggantung indah itu dari luar, sedikit kuremas agar dia kerasa. Kuelus-elus dengan jariku payudara bagian atasnya yang tidak tertutup oleh BH nya. Dia sedikit merem, keenakan kali, dan dia semakin meremas 'burung'ku yang sedang ada di genggamannya. Kuremas lagi 'susu'nya, kuputar-putar tanganku yang menyebabkan buah dadanya ikut bergerak seiring dengan putaran tanganku.
Wow! Ternyata buah dada perempuan itu empuk dan kenyal ya, baru kali ini aku bisa megang payudara yang selama ini cuma bisa aku bayangkan. Semakin kupegang semakin ingin juga aku untuk 'keluar'. Gerakan tangan si Mbak juga semakin intens, dan sepertinya aku sudah nggak tahan lagi untuk 'keluar'.
"Mmbakkhh.. Aku.. Udakhh.. Mau.. Kke.. Eeluarrkh.." erangku yang semakin tinggi menuju ke puncak klimaks.
"Ayo keluarin yang banyak, biar Mbak nggak rugi capek-capek bantuin."
"Mmmhh.. Mbakkh.. Aku.. Aku.. Keluarr.."
Crot.. Crott.. Crott.. Dengan sigap si Mbak menampung semua maniku ke tissue yang sudah disiapkannya. Aku mengeluarkan segala mani yang ada di dalam kantung zakarku, dan remasanku pada payudara Mbak itu semakin keras, mataku merem melek merasakan kenikmatan yang amat sangat yang baru aku rasakan kali ini. Semua mani yang keluar tadi sampai nggak cukup ditampung oleh tissue sehingga tangan si Mbak itu juga terpaksa ikut menadahinya. Aku duduk dengan lemas di depan komputer, sambil berpikir, apakah ini benar-benar terjadi?
"Wah, kok banyak banget ya, lebih dari yang Mbak kira. tahu gini Mbak tadi bawa tissue banyak, jadi kotor deh tangan Mbak. Mbak ke kamar mandi dulu ya."
Aku hanya bisa mengangguk dengan lemas, karena semua tenagaku sudah habis untuk mengeluarkan maniku di ronde yang kedua tadi. Setelah memulihkan tenaga sebentar, aku Log Out dari komputerku, lalu ke operator unutk membayar. Kucari-cari si Mbak tadi, eh tahunya dia lagi di kamar mandi, sempat kudengar juga desahannya dari luar. Wah, si Mbak ini juga masturbasi ternyata. Sesaat kemudian dia keluar dan sedikit kaget karena aku sudah menunggunya di meja operator.
"Ehm, Mbak habis ngapain kok lama banget?" godaku sambil tersenyum nakal.
"Hihi, mau tahu aja deh kamu."
"Sudah lama, pake mendesah-desah lagi, wah pasti Mbak juga ya?"
"Ih, dasar tukang nguping, nakal kamu ya. Awas, tunggu hukuman buat kamu nanti!"
"Kalau hukumannya membuat nikmat sih nggak papa, hehe. Lain kali saja kalau aku ke sini lagi, ya. Mbak nggak keberatan kan?"
"Kalau sepi saja lho ya, entar hukumannya lebih dari tadi deh pokoknya."
Mendengar itu aku jadi tegang lagi, dasar nggak tahu tuannya sudah capek tetep tegang lagi. Lalu aku membayar dan berpamitan sama Mbak tadi, sambil meremas payudaranya sebentar.
"Iihh.. Nakal, sudah pulang tidur sana! Jangan mikir yang macem-macem, entar mimpi basah lho!"
"Makasih ya Mbak, kapan-kapan kalau lagi ingin aku ke sini lagi ya?"
"Iya iya, sudah pulang sana."
Lalu aku pulang dan hanya tersenyum saja di perjalanan. Kulihat HP ku, ternyata sudah jam 3 pagi. Sampai di kamar aku langsung menjatuhkan diri di kasur dan tidur, sambil tetap tersenyum mengenang kejadian tadi.
Tamat