Artikel Seks
Saturday, 12 September 2009
Tinggal pilih, rokok atau cerutu?
Tapi peringatan itu jelas selalu dan selalu diabaikan. Buktinya rokok tetap laku. Berapapun harganya, walaupun rata-rata harganya dua kali lipat dari harga BBM dan sangat beresiko bagi kesehatan tubuh, tetap saja laku dan tidak akan didemo walaupun harganya dinaikkan hingga 3 kali lipat harga BBM. Bisa dibayangkan, jika produksi rokok di Indonesia, sesuai data Departemen Perdagangan dan Perindustrian mencapai 210 milyar batang per tahun ( belum yang tidak bercukai atau ilegal ). Kalau kita rata-rata harga per batang Rp. 500,-, maka akan didapat angka Rp 105 Trilyun rupiah. Angka sebesar itu sudah sukup untuk memenuhi kebutuhan subsidi BBM di Indonesia selama 2 Tahun. Aneh kan? Tetapi banyak orang tetap klecas-klecis, lebih utama rokok daripada untuk makan atau beli BBM. Benar kan?
Peringatan itu sebenarnya bukan omong kosong, kini ancaman impotensi sudah menjadi alasan kuat untuk berhenti merokok. Kesimpulan ini berdasar studi yang dilakukan Center of Disease Control di Atlanta dengan melibatkan 60 orang pria. Dari studi itu ditemukan bahwa pria perokok bersiko 27 kali lipat lebih besar menderita impotensi dibanding mereka yang tidak merokok. Bahkan mantan perokok tetap lebih besar untuk mengalami disfungsi ereksi.
Ini alasan kuat bagi para dokter dan petugas kesehatan saat menghadapi pria perokok, apalagi dengan tekanan darah tinggi, bahwa mereka sedang berada dalam masalah besar,” kata Dr John Spangler dari Wake Forest University. Lebih lagi , seksual merupakan sesuatu yang amat penting bagi keum adam.
Merokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah, itu sudah pasti. Karena itulah rokok dapat menyebabkan gangguan ereksi. Kini para lelaki perokok tinggal pilih, rokoknya yang terus menyala-nyala atau ‘cerutunya’ yang melempem.