Sebuah perjalanan spiritual - 3

Kini, pada usia 45 tahun dan sekitar 25 tahun sebagai maniak seks, Dr.Jarwo Suratmo sedang menghadapi suatu keadaan yang dapat membuatnya melakukan sesuatu yang menurut istilahnya adalah 'kejahatan seksual' seperti yang dilakukannya dengan pasien Amerika waktu itu.

Seorang wanita yang sedang berbaring di ruang periksanya telah meminta untuk bercinta dengannya. Usia wanita itu di sekitar 37-38th, postur tubuh sedang dengan bagian-bagian kewanitaan yang sekal dan padat. Aroma eksotik dan agak keras dari parfum yang digunakannya jelas tercium mendominasi udara di ruangan itu.

Akibat pengalaman 'traumatis' yang didapatnya dengan pasien Amerikanya, Dr.Jarwo telah berpendirian untuk tidak 'bermain-main' dengan pasiennya lagi. Kini dia memiliki prinsip bahwa bagi seorang dokter ataupun penyembuh alternatif, tubuh pasien bukanlah obyek nafsu. Tubuh pasien adalah sebagai produk yang harus direparasi dan dijaga dengan penuh profesionalitas.

Baginya pasien di ruang dokter gigi lalu itu bukanlah bagian dari pasiennya jadi dia merasa bisa menemukan pembenaran dari perbuatannya saat itu. Wanita yang kini memandangnya dengan penuh harap, merupakan pasien terakhirnya pada sesi pagi itu. Wanita itu datang dengan membawa serta semerbak aroma dari perfumnya yang misterius, duduk di kursi pasien dan mengeluhkan rasa nyeri pada lutut kanannya. Dia berkata begitu sembari menyibakkan rok panjangnya ke atas lutut. Dr.Jarwo kemudian memandang ke arah sepasang betis sawo matang yang 'terhampar' di depannya seakan menantang dirinya untuk melakukan 'perawatan khusus'. Dr.Jarwo berusaha untuk tetap memandang wanita di depannya itu sebagai pasien dan bukan sebagai seorang wanita dengan segala daya tarik kewanitaannya.

Dr.Jarwo kemudian memeriksa bagian kaki tersebut dengan sentuhan yang pelan dan hati-hati sambil mencari titik rasa nyeri wanita tersebut. Tiba-tiba wanita itu berkata, "Dok, saya pikir mungkin di lutut sebelah kiri" Dr.Jarwo kemudian mengikuti permintaan si wanita dengan memindahkan perhatiannya ke lutut sebelah kiri. Saat tangan sang dokter baru saja menyentuh permukaan kulitnya, wanita itu bereaksi seperti menahan sakit sambil agak menyentakkan kakinya ke atas. Rok yang tadinya sudah berada di atas pahanya, kembali tersibak lebih jauh lagi sampai ke pangkal pahanya. Dr.Jarwo terkejut karena sekilas dia melihat bahwa wanita itu tidak mengenakan apa-apa di balik rok panjangnya itu. Dalam pandangan sekilas itu Dr.Jarwo melihat bagian yang tepat diapit oleh kedua paha wanita itu tampak licin tanpa bulu sama sekali.

"Maaf Bu, tapi tolong jangan bergerak", ujarnya sambil berusaha menguasai keadaan dengan bersikap profesional. Wanita itu memandang Dr.Jarwo sejenak lalu berkata, "Dok, tolong periksa juga paha kiri saya.. kadang di situ terasa nyeri juga.." Lalu wanita itu membuka kedua pahanya lebar-lebar dengan maksud agar sang dokter dapat menyaksikan apa yang hendak dia perlihatkan saat itu.

Semakin Dr.Jarwo berusaha tampil profesional, semakin dia sadar kalau kepura-puraannya akan makin menyiksa dirinya. Sepasang matanya dengan tajam 'mengeksplorasi' wilayah diantara kedua paha wanita itu, kali ini untuk memastikan kalau dia benar-benar tidak mengenakan celana dalam di bawah rok panjangnya itu. Yup, benar sekali dia tidak memakai apa-apa, dalam hatinya bersorak riang. Dengan ragu Dr.Jarwo menatap wajah wanita tersebut namun hanya dibalas dengan sorot mata polos tanpa makna. Dr.Jarwo memang telah berusaha tampil dingin dengan ekspresi seorang dokter yang profesional namun dia tidak dapat menyangkali bahwa sosok sawo matang yang duduk di depannya itu benar-benar telah menguasai keinginan jasmaninya hingga sukar untuk ditolak.

Dia kemudian menyentuh titik yang dimaksud wanita itu yang terletak di paha bagian dalam. Baru saja dia hendak mencari sumber nyeri tadi tiba-tiba kedua paha itu menutup dan wanita itu berkata dengan keras, "Dok, saya merasa geli sekali!" Seketika tangan Dr.Jarwo terjepit diantara dua dinding yang lunak dan halus. Dengan tetap menjepit tangan sang dokter diantara pahanya, wanita itu melepas busana bagian atasnya, hingga sepasang payudara yang berisi dan menggemaskan itu 'terbebas' membukit di dadanya seakan melambangkan kekuatan dan kelembutan sekaligus. Rupanya dia juga tidak mengenakan bra.

Lalu dia berkata lagi, "Oh.. maaf!" sambil membebaskan tangan sang dokter yang dijepit dengan kedua pahanya. Pikiran Dr.Jarwo terus melayang dan mengembara bebas membayangkan segala hal yang bisa saja terjadi. Mungkin dalam ruang dan waktu yang berbeda dia akan langsung meraih sepasang payudara itu dengan penuh kegemasan tapi tidak di dimensi sekarang ini pikirnya. Wanita yang duduk di depannya ini adalah seorang pasien yang memiliki penyakit yang harus segera disembuhkannya.

"Ibu bisa bangkit berdiri sekarang, saya kira tidak perlu pemeriksaan detak jantung karena kondisi Ibu saat ini dalam keadaan sehat."
Tampak ekspresi kekecewaan menghiasi wajah wanita itu.
"Dok.." katanya, "Seorang teman saya yang mengenal anda berkata pada saya bahwa anda memiliki kemampuan bercinta dengan sangat baik. Saya ingin sekali bercinta, namun suami saya adalah seorang pelaut yang hanya pulang setahun sekali. Sepertinya dia kurang bergairah terhadap saya. Menurut saya itu disebabkan karena sebagai pelaut dia sering berhubungan dengan berbagai wanita di berbagai tempat hingga diriku jadi membosankan baginya. Dia jarang sekali tidur diantara kedua paha saya, bibir dan batang kemaluannya terasa dingin dan hambar menyentuhku. Bahkan saya pernah dengan sengaja membuang angin di wajahnya karena kesal dengannya namun dia tetap saja menyentuh memekku dengan dingin." Wanita itu menggunakan istilah vulgar menyebut organ intimnya hingga mengejutkan Dr.Jarwo.

Lalu si wanita itu melanjutkan, "Tapi bukan selalu masalah seks yang saya pikirkan. Saya wanita normal yang bisa memasak dengan baik, mengurus rumah tangga, gemar menyanyi dan kadang-kadang melukis. Saya juga tertarik dengan hal-hal non fisik. Saya mengikuti sebuah olahraga pernafasan yang menekankan pada meditasi. Saya juga orang yang percaya akan kekuatan metafisika seperti anda Dok"
"Ketika teman saya bercerita mengenai anda, saya langsung kagum pada anda"
Dia melanjutkan, "Anda dapat bercinta dengan saya di sini atau di rumah saya. Saya bermaksud memberikan kejutan pada anda hari ini dengan tubuh saya."

Dr.Jarwo menarik nafas dalam-dalam dan berkata, "Maaf Bu, tapi saya tidak pernah memiliki hubungan fisik dengan pasien saya kecuali hubungan antara dokter dan pasien seperti biasa."
"Dok.." si wanita berkata, "Saya rasa anda keliru. Pada tiap proses penyembuhan selalu terbentuk suatu hubungan yang bersifat fisik. Tapi memang tergantung dari si dokter yang menyembuhkan dan si pasien yang disembuhkan untuk melakukan interpretasi tersebut."
Si wanita tersebut kembali mengenakan bajunya, merapikan rambutnya yang agak berantakan lalu kembali berkata, "Saya selalu merasa lebih ringan tanpa mengenakan bra dan celana dalam."
Wanita itu berkata lagi, "Saya pikir anda juga telah terobsesi dengan seks dalam waktu yang cukup lama."

Sebelum wanita itu keluar dari ruang praktek, dia sempat berbalik dan berkata lagi, "Oh maaf Dok.. saya lupa menanyakan berapa bayaran anda untuk sessi ini?"
Dr.Jarwo menjawab, "Wah anda telah memberikan banyak sekali masukan dan nasehat buat saya, harusnya malah saya yang membayar.."
Wanita itu menjawab dengan senyuman, "Saya sama sekali tidak berkompeten untuk memberikan nasehat, apa yang saya berikan tadi adalah sebuah solusi bukan nasehat. Pak dokter, anda tentu mengerti tentang kemampuan spiritual."
"Oh iya saya juga ahli pengobatan alternatif yang banyak berhubungan dengan dunia spiritual dan alam bawah sadar manusia", jawab Dr.Jarwo dengan bangga.
"Kalau begitu..", wanita itu melanjutkan, "Anda pasti mengetahui apabila tabir semu yang melingkupi pandangan mata kasar kita terkuak, maka anda akan sama dengan orang lain dan orang lain itu adalah anda sendiri, segala sesuatunya sama dan setara dalam alam spiritual."
"Betul.. betul sekali", kata Dr.Jarwo singkat.
"Oleh karena itu tidakkah anda menyadari bahwa dalam tingkat tertentu, sayalah dokternya dan anda pasiennya? saya adalah dokter yang senang bercinta dengan pasien saya apabila mereka menginginkan tentunya."
"Apakah anda menginginkan itu?"
"Ya..", jawab Dr.Jarwo singkat seperti seorang pasien yang terhipnotis psikiaternya.

Wanita itu kembali menutup pintu dan menguncinya lalu langsung melepaskan kancing celana Dr.Jarwo.
"Sebenarnya ini bukanlah masalah yang besar. Ini murni hanyalah soal tabir semu dari suatu kenyataan. Semuanya semu karena seperti anda lihat sekarang, saya adalah pasien palsu. Kesemuan telah memutarbalikan kenyataan ibarat tabir semu antara ular dan tali. Dalam hal ini saya hanyalah seutas tali bukannya seekor ular", ujar wanita tersebut dengan halus namun penuh determinasi sambil tengannya dengan tangkas melucuti celana Dr.Jarwo.

Dr.Jarwo sang ahli ortodontis sekaligus ahli dalam pengobatan alternatif yang cukup terkenal itu, dengan penuh perasaan malu berlutut di depan wanita itu, mengangkat roknya kemudian menempelkan wajah malunya pada dinding lunak yang lembut diantara paha si wanita. Dr.Jarwo membiarkan rok wanita itu jatuh menutupi tubuhnya bagai naungan goa yang sejuk dan gelap. Dia berkata pada wanita yang berdiri di depannya itu, " Saya merasa malu dan bersalah.. hukumlah saya seperti anda menghukum suami anda.. bahkan saya terima kalau anda buang angin di muka saya ini.."

Kemudian Dr.Jarwo dengan pasrah menanti 'hukuman' itu datang sambil berlutut diantara kedua paha wanita itu. Matanya terpejam sambil menarik nafas panjang menikmati aroma khas kewanitaan yang melingkupinya di bawah situ. Sesaat kemudian rok panjang itu terlepas jatuh menerpa punggungnya hingga ke lantai disusul baju wanita itu jatuh menerpa tubuhnya sebelum tergeletak di lantai. "Tabir ke-semu-an dan kepalsuan telah tersingkap" suara wanita itu terdengar penuh pengaruh dan memenuhi ruangan itu. Lalu terdengar suara lagi, suara tertawa yang lirih dari wanita itu. Ketika itu Dr.Jarwo merasakan seluruh perjalanan hidupnya yang sudah puluhan tahun bagai kembali terpampang di matanya. Dalam waktu beberapa detik dia seperti tertarik ke masa lalu menyaksikan segala yg pernah dilaluinya bagai trailer film di depan matanya. Beberapa detik yang terasa bagai berabad-abad lamanya. Bagaikan kisah pujangga dan kerbau, saat itu akhirnya Dr.Jarwo si maniak seks menemukan "pencerahan spiritualnya".

TAMAT