Lain-lain
Monday, 15 December 2008
Seminggu full waria, duh nikmatnya - 5
Duburnya sendiri terbentuk dari paduan harmonis dari garis-garis, lipatan dan kerutan yang lembut yang memusat hingga membentuk citra lubang dubur itu. Irama garis dan titik-titik pusat yang menuju citra lubang dubur itu mengingatkan aku akan teori 'black hole'nya Stephen Hawking yang jagoan fisika Inggris itu. Lubang itu akan menelan segalanya.
Dan sebentar lagi penisku aku tertelan ke sana. Apa yang nampak padaku membuat bibirku berkecap-kecap dan lidahku pengin menjilat selekasnya. Aku langsung membenamkan wajahku. Ludahku melumasi seputar anal itu, kemudian lidahku menjilati dan menusuk-nusuk untuk menembusi anus Roni.
Dduuhh.., kenikmatan yang tanpa tepi..
Semburat aroma pantat Roni menerpa hidungku. Dan mendongkrak nafsu birahiku kemudian mendorong saraf-saraf di kemaluanku. Penisku ngaceng banget. Tentu saja lidahku tak akan mampu menembusi lubang dubur 'perawan' itu. Tanganku mulai ingin intervensi. Aku ludahi jari-jariku. Aku raba dubur Roni dan aku coba dorongkan jari-jariku masuk ke lubang itu.
"Aduuhh.. ", suara teriakan dari atas sana. Tetapi suara itu tidak disertai upaya untuk menghindar. Jadi kuulang dan kuteruskan jariku menusuknya pelan. Kutahan untuk kembali mendorongnya. Kemudian kutarik sedikit dan kembali mendorongnya. Lumayan.
Jari tengahku telah berhasil melakukan penetrasi hingga satu ruas. Kini kutarik dulu. Aku pengin mencium dan mengulum sebelum menusuk lebih dalam lagi. Uuhh.. Jariku membawa bau anal yang khas itu dan mulai merasakan rasa sepat di lidahku. Aku semakin bergairah untuk melanjutkan penetrasiku. Kuludah lagi jari-jariku dan kembali kutusukkan pelan ke anal Roni.
"Pelan, Lisaa.. ", ah, setidaknya bukan 'aduh' lagi. Dan kata 'pelan' dari mulut Roni itu artinya agar aku meneruskan penetrasiku.
Kini aku mulai bisa memompa dengan jariku ini. Ujung jari yang sangat peka ini merasakan kelembutan di dalam sana. Dinding anus Roni yang terasa hangat dan licin itu terkadang memberikan empotan pada jari-jariku.
Aku kembali menarik keluar untuk mencium dan mengulumnya. Aku merasakan kembali bau anal yang khas itu dan rasa sepat yang semakin kuat di lidahku. Sementara di atas sana kudengar rintihan dan desah Bella merasakan nikmatnya kuluman mulut Roni.
Mulut Roni terus bertubi meng-'usel-usel' kemaluan Bella. Lidahnya menjalari pangkal, batang dan kepala kemaluan Bella yang gede itu. Sementara tangannya tak henti-hentinya meremasi bijih pelirnya.
Aku tahu Bella sangat mudah terangsang saat kemaluannya diciumi macam itu. Dan rupanya Roni sangat asyik melakukannya. Apalagi suara Bella yang terdengar erotis itu membuat birahi Roni semakin terdongkrak.
Dan aku disini juga sedang terbawa arusnya syahwat birahiku. Melihat indahnya 'perawan' dubur Roni, penisku semakin tak tahan untuk tidak melakukan penetrasi pada Roni. Dan rasanya Roni sengaja membakar nafsuku. Dia tidak mengalihkan perhatian syahwatku. Dia juga tidak merubah posisi nunggingnya. Akulah yang harus tanggap.
Dan aku kemudian bergegas, sekaligus mengimbangi desah dan rintihan nikmat Bella dan Roni sendiri di ujung sana. Aku bergerak bangun dengan penisku yang sudah demikian tegak dan kaku.
Sepintas aku nyamber tas kosmetik Bella. Aku ingat dia selalu membawa 'baby oil'. Aku keluarkan sebotol kecil baby oil dari tas itu dan kubuka tutupnya.
Aku basahi telapak tangan dan jari-jariku untuk kusapukan pada lubang anal Roni dan kusapukan pula pada ujung penisku. Aku ingin upayaku menembusi anal Roni bisa lancar. Sementara itu aku masih berpikir bahwa ini bukan yang pertama bagi dia. Kemudian pelan-pelan kuarahkan ujung penisku dan kudesakkan pada anus Roni.
Sekali. Dua kali. Tiga kali dan..
"Adduuhh.. Pelaann Liss.. ", tangan Roni menggapai-gapai ke arahku dan meraih pinggulku.
Tetapi rasanya aku tak bisa mundur lagi. Saat ujung penisku mulai merasakan bahwa lubang anal itu mulai terkuak, aku telah merasakan betapa nikmatnya tak terhingga. Aku akan terus mendesak-desak lubang itu hingga penisku bisa menembus gerbang dubur Roni. Benar-benar sebuah perjuangan penuh nikmat.
Setiap mili penisku masuk ke lubang analnya, setiap itu pula kenikmatan campur kepedihan menyertai Roni. Dia terus menerus meng-aduh tetapi tak ingin membatalkan upayaku. Aku sendiri merasakan yang sama kecuali rasa pedihnya. Dan yang pelan tetapi pasti itu akhirnya berhasil.
Sesudah sepertiga batangku masuk, aku gerakkan maju mundur untuk mengorek semen pelumas dari anal Roni, kemudian kutusukkan kembali hingga mencapai setengahnya. Demikian ku-ulang-ulang hingga seluruh batang penisku melesak tenggelam ke anal Roni. Sesaat kubiarkan diam. Aku merasakan empotan dinding anal Roni lebih mencengkeram. Betapa nikmatnya. Seluruh pori batang kemaluanku merasakan nikmatnya empotan dinding anal Roni itu.
Sesudah itu aku mulai memompa pelan. Tarik, dorong, tariikk, doroong.. Tarrikk.. Kemudian makin cepat.
Kini Roni benar-benar kesakitan. Mungkin saja saraf-saraf lembutnya pada putus. Pedih dan panas rasanya. Tetapi anak muda tidak sedang menghadapi pilihan. Tak terpikir untuk mundur. Roni mulai menggoyang pantatnya. Bahkan dia mulai merasakan kenikmatannya. Dia mengimbangi seirama tusukkan-tusukkan penisku.
Yang terdengar kini bukan lagi kesakitan tetapi rintihan dan desah
penuh nikmat. Ah.. Perawankuu.. Ronii.., rasanya kenikmatan macam ini tak perlu berakhir.
Sementara itu desahan Bella semakin memanas. Aku melihat betapa Roni sangat terobsesi dengan penis gede Bella. Kepalanya terus nampak memompa naik turun mengulum penis gede itu. Kini pada mulutnya ada penis Bella dan di mulut lainnya, di lubang duburnya ada penisku. Kedua-duanya bergerak dalam pompaan penuh irama untuk menapaki puncak syahwat bersama.
Dan semakin lama dan semakin jauh yang terdengar adalah simpony mulut-mulut yang menanggung derita nikmat. Tiga mulut bersama mendesah dan merintih. Aku mengatupkan kelopak mataku sambil merasakan betapa nikmatnya anal Roni mencengkerami kemaluanku.
Tiba-tiba bibir yang hangat menyentuh bibirku dan kami langsung berpagutan. Bella yang sudah demikian histeris, mencaplok bibirku untuk melampiaskan desakan birahinya yang mulai merambati ambang puncaknya. Dan karena ciuman Bella ini aku juga mulai dijalari keinginanku untuk melepaskan spermaku.
Aku pengin menapaki ambang puncakku. Aku tidak tahu bagaimana Roni menanggung derita nikmat ini. Yang kutahu ldahnya terus menari mengedar dari pangkal hingga ujung penis Bella. Dan pantatnya yang sangat ranum ini terus maju mundur menjemputi penisku yang terbenam dalam anusnya.
Dan inilah puncak bersama itu..
Bella mendahului dengan teriakan nyaringnya sambil cakarnya mencabik-cabik rambut di kepala Roni. Air maninya muncrat ke mulut Roni. Menyaksikan Bella saraf saraf di seputar kemaluanku seakan dirambati aliran listrik yang lembut. Terasa seakan spermaku mengalir melalui jaringan otot-otot pada kemaluanku. Aku merasakan nikmat yang merambat. Aku memeluk sambil menggigit atau menciumi punggung Roni hingga spermaku menyemprot ke dalam analnya.
Dan yang terakhir Roni yang paling menyimpan obsesi-obsesi. Dia telah menelan tuntas sperma Bella. Pantatnya telah menyimpan tumpahan air maniku yang sebagian nampak tercecer mengalir keluar dari gerbang analnya. Nampaknya kini dia memerlukan bantuanku.
Aku bangkit untuk men-telentangkan tubuhnya ke ranjang penuh nikmat ini. Dengan tanganku aku mulai mengocok penisnya sementara ujung lubang kencingnya kucegat. Mulutku mengatupnya agar spermanya tak berantakan ke mana. Roni menggeliat-geliat. Pantatnya naik turun menjemputi kocokan tanganku. Tangannya histeris menjambaki rambutku.
Bellapun akhirnya turun tangan. Dia menelungkup di ranjang untuk melumati bibir Roni sambil tangannya memilin-milin puting susunya. Tak pelak lagi nikmat luar biasa kini bak prahara melanda Roni. Nafasnya memburu disertai desahan yang keluar dari mulut yang terpagut. Dan saat tarikan remas tangannya pada rambutku memedas mulutku merasakan kedutan besar yang disusul semprotan cairan kental yang panas. Kejadian itu datang ber-ulang-ulang.
Roni telah menumpahkan air maninya ber-liter-liter ke mulutku. Air mani Roni bersemburatan dan membusa di seputar bibirku. Dengan penuh nafsu birahi Bella menubruk aku dan melumati mulutku. Dia pengin ikut menikmati sperma Roni dari mulutku. Yaa.. Aku akan berbagi.
Permainan ber-3 sementara usai. Roni mengajak istirahat sambil mencicipi makanan kecil dan minumannya. Kami banyak bercanda dalam suasana penuh keakraban. Dalam berbagai cara dan gaya kami berasyik masyuk sepanjang malam. Hanya karena badan lelah kami berhenti dan tertidur.
Saat aku bangun di pagi harinya kulihat Bella sudah rapi. Dan aku terkejut saat melihat Roni yang sudah rapi pula. Dia telah memakai busana yang lengkap siap untuk pergi ke kantornya. Dia sungguh keren dengan blazer dan dasinya. Kini dia benar-benar tampil sebagai boss. Anak muda cukup kaya yang memiliki usahanya sendiri. Duuhh.. Aku ngaceng menyaksikan penampilannya.
Tetapi aku tak berani mengganggunya. Dia nampak terlalu sibuk dengan HP-nya yang terus memanggil. Dia sudah mulai bekerja untuk perusahaannya. Saat hendak pulang aku usul pada Bella dan Roni bagaimana kalau aku dan Bella diantar saja ke titik keramaian kota wisata Tretes ini. Mereka setuju. Sebelum turun dari mobil Roni menyerahkan 2 amplop tebal untuk aku dan Bella. Roni mengucapkan terima kasih dan 'jangan kapok'. Sewaktu-waktu kapan nanti, dia ingin berjumpa kami lagi.
Aku sedang memasuki hari ke 3 'full waria'-ku. Sesuai dengan programku kini aku bersama Bella berada di titik keramaian kota Tretes. Pemandangan gunung dan kehijauan yang lain melatar belakangi gedung-gedung toko di seputar kami.
Bella lapar, aku juga. Kami masuk ke restoran yang terdekat. Sesudah makan dan minum kopi kami 'site seeing' dengan kereta kuda 'andong' yang tersedia untuk wisatawan lokal. Sekitar 1 jam Pak kusir mengajak kami meninjau obyek-obyek wisata di seputar Tretes.
Seperti biasa kami jadi sasaran pandang para mata haus birahi. Tetapi suasana kami tak begitu mendukung. Kami sekarang tinggal berpikir untuk pulang. Agar praktis dan cepat Bella memanggil taksi. Sekitar jam 1 siang aku dan Bella sudah kembali berada di tempat kost kami. Aku meneruskan tidurku hingga pukul 4 sore.
Sore ini Bella mengajak aku ke Mall Tunjungan yang sangat terkenal berkat lagu Walang Kekek itu. Aku lantas memilih-milih baju yang akan kupakai hingga nanti malam. Kuambil rok berbahan lembut dengan motif kembang-kembang kecil. Ini rok bikinan Poppy Darsono yang disainer top itu. Rok itu seakan hanya digantung pada pundakku dengan tali kecil. Dengan rok Poppy ini aku nampak seksi banget. Bahu dan ketiakku ter-ekspose dengan sempurna.
Aku keluar rumah dengan sepatu taliku yang berhak tinggi. Sepatuku ini membuat betisku tampil sangat ranum. Nampak tumitku yang putih meruntun ke atas hingga betis bunting padiku ini. Dan akhirnya dengan kalung Mikimotto imitasi, Channel no.5 imitasi dan tas kulit Etienne Aigner-ku yang imitasi pula sore itu kami keluar rumah untuk naik bis kota.
Wuuwww.. Seru juga.
Para penumpang bis pada mencuri pandang ke kami. Ada yang tersenyum sinis. Tetapi bagaimana hatinya siapa yang tahu. Ada pula yang mencibir. Biasanya para ibu-ibu, takut suaminya menganggap kami lebih menarik. Ada pula yang mengerdipkan matanya. Mencari peluang dalam kesempitan. Ada pula yang bergaya ramah, menegor.
"Mau kemana, Mbak? Pemilu besok mau nyoblos siapa?".
Mungkin maksudnya dia kepengin kami coblos. Tapi kata Bella, ada pula yang diam-diam mengamati kami sambil tangannya masuk ke saku celananya. Dia masturbasi dengan cara memijit-mijit kemaluannya melalui kantong celananya itu. Lumayan khan, 10 menit mengamati dan mengkhayal tentang kami dalam perjalanan bis ini sudah cukup untuk membuat cairan kentalnya muncrat. Hi, hi..
Kami turun dari bis kota tidak jauh dari Mall Tunjungan. Beberapa suitan dan celoteh erotis membuat hatiku berdesir. Suitan dan celoteh itu mulai aku nikmati sebagaimana saran Bella. Menjadi semacam 'siksaan nikmat' atau 'masochism erotic' yang bisa menggetarkan saraf-saraf birahi. Semakin kejam celoteh dan ejekan itu semakin tinggi efek nikmat yang bisa dirasakan. Sekali lagi darahku berdesir saat berpapasan dengan seseorang yang mulutnya langsung nyerocos,
"Ecchh, banci yaa.., waria yaa.., mau nggap ngisepin penisku..??", vulgar banget tuh orang. Dan betapa orang-orang yang mendengarnya pada tertawa. Bella mencubit tanganku sambil berbisik mengingatkan sebuah prinsip, "Nikmat khan..?".
Bersambung...