Lain-lain
Monday, 15 December 2008
Seminggu full waria, duh nikmatnya - 6
Kulihat ada bapak-bapak yang sedang creambath di kursi 7 terus menerus mencuri pandang ke aku. Kayaknya usianya sekitar 50-an. Kumisnya lebat. Ahh.. Sudah lama aku menginginkan kumis macam itu. Aku bayangkan betapa menggelitiknya saat meng-'usel-usel' selangkanganku. Atau saat mengendusi pantatku. Apa dia mau?
Sesungguhnya aku masih ingin ber-lama-lama duduk di salon itu. Sambil nungguin tuh bapak. Siapa tahu dia benar naksir aku. Tetapi Bella mengajak aku 'window shopping' lagi. Apa boleh buat. Menyenangkan teman lebih penting, khan?!
Hari sudah mulai gelap. Jam tanganku menunjukkan pukul 7 malam. Aku lapar. Bella aku ajak masuk ke restoran cepat saji dan banyak pilihan Happy Times. Aku suka makan Thai yang pedas dengan Tom Yam Kung-nya. Bella memilih makan yang lebih ringan tanpa lemak, Salad Tuna. Kami makan dengan santai sambil menunggu waktu ke jalan IB.
Surabaya di waktu sore. Ahh.. Betapa nikmat 'full waria'-ku. Jalan-jalan, 'masochisme erotic', makan, 'ngentot' atau di-'entot', menjilati sperma lelaki ngganteng.. Ini hari ke. 4 ku sebagai 'full waria'.
Sekitar jam 8 malam kami beranjak dan pergi ke jalan IB markas besarnya para waria Surabaya. Saat aku turun dari taksiku, sebuah sedan Mercy 300 SE th. 2004 berderit berhenti di dekatku. Seseorang membuka pintu, turun dan memanggil aku,
"Lisaa.., apa kabar..??". Ramah tetapi aku belum mengenalnya. Dia bergegas mendekatiku.
"Kenali, dong. Oscar", sambil mengulurkan tangannya.
"Aku nunggu kamu, lho. Sudah 1 jam sejak tadi",
"Aku tahu kamu dari Vera. Tuh yang berdiri dekat lampu", Ya.., aku tahu Vera, dia juga teman baikku.
"Mau nggak jalan sama aku. Kita ke motel, yok", bisiknya.
Aku memandang Bella yang menyusul turun dari taksi. Dia menganggukkan kepalanya. Itu tanda bahwa dia mengenal pria ini dan menyilahkan kalau aku minat pada ajakannya.
"Oke, Mas. Terserah Mas deh. Kemanapun aku dibawa terbang aku akan.. Hheecchh.. ", aku teruskan kata-kataku dengan remasan pada selangkangannya.
Itulah dialog para orang jalanan. Vulgar dan'to the point' sesuai dengan tujuan-tujuan utama dari setiap perjumpaan di jalan IB ini. Aku masih pengin tahu, kenapa dia tidak ambil Vera saja. Dan bahkan Vera kemudian menunjukkan ke aku. Ternyata Oscar sedang pengin waria yang berpenis gede. Dan Vera tahu aku.
Kami memasuki halaman motel. Entah di mana ini. Oscar memilih motel VVIP. Sesudah parkir kami masuk ke kamar. Oscar langsung memaguti bahuku. Hatiku berdesir. Lelaki ini sangat terobsesi pada diriku. Saat bibirnya ketemu bibirku aku menyambutnya dengan penuh antusias. Ternyata dia pintar merangsang syahwatku. Lidahnya menjilat rongga mulutku. Ludahku disedot habis olehnya.
Untuk lebih mematangkan situasi aku raih selangkangannya. Kuremasi celana yang membungkus kemaluannya. Kurasakan penisnya yang telah tegang mengeras. Kuelus dan terkadang kupiji-pijit. Kami pelan bergeser untuk rebah ke ranjang. Dengan terus melumat bibir dia menindih tubuhku. Kami berguling dalam dekapan. Sepintas bau tubuhnya menyergap hidungku dan meningkatkan hasrat birahiku.
Oscar mengangkat lenganku ke atas kepalaku. Lembah ketiak putihku terbuka. Dengan histeris dia menjilatinya. Aku menjerit kecil menahan kegatalan yang tiba-tiba menyeruak relung birahiku. Duhh.. Lumatan ituu.., duh jilatannyaa.., duuh isepanyaa.. Bisa-bisa ketiakku penuh cupang nihh..
Tangan Oscar dengan lincah melepasi gaunku. Tanpa melepas isepan pada ketiakku dia urai tali kecil dekat bahuku. Kemudian dia lepas pula BH-ku. Kemudian tangannya menurunkan gaun dan BH hingga ke perutku. Dia mulai melata mengisepi buah dadaku. Duh, mass.. Darahku berdesir-desir merasakan kecupan bibirnya pada ujung pentilku. Aku menggelinjang.
Aku memang tidak membesarkan buah dadaku. Bagaimanapun aku masih tetap seorang manager pada sebuah perusahaan multi nasional dengan karier planning yang bagus dan penuh tantangan ke depan. Kuperhatikan, juga berkat bacaan, tidak semua pria mendambakan buah dada montok. Bahkan bagi pecinta waria, banyak di antaranya yang tetap menghendaki seorang pria saat sama-sama bertelanjang. Aku pikir demikianlah Oscar ini. Dia begitu bernafsu menciumi dadaku.
Dia isepi puting-puting susuku. Dia lumat hingga kuyup tulang rusukku. Kemudian turun ke perut dan pinggulku. Pada saatnya dia raih dan turun lepaskan rokku melalui sepasang tungkai kakiku.
Oscar mulai menjilati bawah perutku.
Di tempat ini birahiku mudah terangsang apabila kena sentuhan-sentuhan erotis macam lidah dan bibir Oscar ini. Aku menggelinjang dan menggeliat-gelitakan tubuhku menahan rasa geli tapi nikmat ini.
Aku tahu sasaran akhir Oscar adalah penisku. Tetapi dia memang pintar. Dia akan terlebih dahulu membuat aku terangsang setengah mati. Ciumannya yang dari perut terus turun tidak menyentuh kemaluanku. Bibir dan lidahnya memindah sasarannya ke ujung kakiku.
Dia turun dari ranjang dan merambahi ujung jari-jari kakiku. Kini siksaan nikmat untukku datang dari arah bawahku. Jiltan dan kuluman lidah Oscar pada jari-jari kakiku sungguh membuat aku blingsatan. Sedemikian geli nikmat yang melandaku membuat aku seperti cacing kepanasan. Memberontak-berontak tetapi tak ingin dilepaskan. Terkadang aku bangun untuk meraih dan mencabuti rambut Oscar sebagai pelampiasan kegelianku. Tetapi Oscar tak mundur. Bahkan lidahnya juga menyelinap pada celah di antara jari-jari itu yang akibatnya uuaahh..,
"Amppuunn.. Oossc.. ",
Dari jari-jari itu dia ikuti lidahnya yang menjulur ke betisku yang sangat mulus.
"Ini benar-benar betis milik Sharon, Liss.. ", masih sempat dia mengingat Sharon Stone yang mirip denganku itu.
Dengan penuh 'greget' Oscar melumat-lumat kedua tungkai kakiku. Aku merasakan betapa lidahnya meratai pori-pori kulitku dan membuat aku gemetar merinding. Gigitan dan sedotan kecilnya meninggalkan tebaran cupang-cupang dari batas lutut hingga ke celah selangkanganku. Oscar juga sangat menikmati selangkanganku. Dia jilat dan kecupi lembah dan palung-palungnya. Aku yang nggak tahan pada rasa geli berkali-kali menahan kepala Oscar dengan sedikit mengangkat untuk menghambat jilatan dan kecupan lidahnya.
Aku menggigit bibirku sambil meremas-remas susuku sendiri untuk serangan syahwatku ini. Oouuhh.. Ampun deh..
Kini, sesudah aku belingsatan karena ulahnya, Oscar mulai menjalarkan lidahnya ke penisku. Dia memulai dengan cara yang sangat erotis. Dengan mengangkat tungkai kakiku hingga pahaku nempel ke dada. Oscar mendapati analku yang terbuka menghadap ke wajahnya. Lidahnya mulai dari sana.
Dia melakukan jilatan bijih pelirku. Bukan jilatan, tetapi lumat dan kuluman sambil hidungnya menikmati aroma yang khas dari wilayah itu. Adduuhh.. Aku langsung seperti terbang mengawang. Wwuuwww..
Kenikmatan syahwatku membuat aku melayang-layang dalam nikmat birahi. Lumatan dan kuluman Oscar membuat aku sangat tersanjung. Betapa seorang Oscar yang ber-Mercy 300 SE ini membiarkan mulutnya mengulum bijih pelirku. Dduuhh.. Ampuunn..
Kurasakan kuluman dan lumatannya berubah menjadi kecupan dan jilatan yang merambah pada seluruh batang penisku. Naik, turun, naik turun, naik.. Dan dia melumat kembali. Kini lumatan itu untuk ujung penisku yang telah menunggunya sejak awal tadi. Ujung itu nampak padat dan menglkilat karena tekanan darah syahwat dari dalam merasakan sentuhan perangkat mulut Oscar. Bibir, lidah dan ludahnya membuat kepala penisku menjadi kuyup.
Cairan birahi yang keluar dari lubang kencingku dijilatinya. Seakan dia memerlukan rasa cairan itu lebih banyak lagi dia terus mengulum-ulum sambil lidahnya berputar menjilati seluruh permukaannya. Yang terjadi kemudian adalah rontoknya pertahananku. Aku tak mampu menahan lajunya spermaku yang terasa mulai keluar dari kantong kemihku. Aku merasakan betapa air maniku kini sedang deras mengaliri seluruh otot-otot di seputar batang penisku. Aku dijemput oleh puncak nikmatku..
Ketika segalanya telah berada di ambangnya, tanganku menggapai-gapai. Aku ingin memerasi sesuatu. Dan jangan salahkan tanganku apabila rambut dan kepala Oscar jadi korbanku. Begitu spermaku mengalir deras untuk membobol pintunya, perasan dan remasan tanganku sungguh menyakitkan kepala Oscar. Dia menjerit kesakitan sekaligus mendesah penuh nikmat. Air maniku yang panas tumpah ruah meluber di mulutnya.
Dengan rasa pedih pada kepalanya Oscar begitu menikmati semburan cairan kental air maniku di mulutnya. Entah berapa banyaknya. Aku langsung terhempas rubuh ke kasur. Seluruh tangan dan sendi-sendiku luruh dan lumpuh. Oscar telah membuat aku ngos-ngosan. Nafasku berkejaran dengan pipa-pipa udaraku yang rasanya terlampau sempit untuk menghirup sebanyak mungkin udara segar.
Aku memerlukan udara segar yang sesegar-segarnya. Aku merentangkan tangan dan dadaku untuk menghirup nafas panjangku.
Aku lihat Oscar masih sibuk dengan menjilat. Spermaku yang berceceran di pahaku dan di kain sprei ranjang motel itu dia jilati hingga bersih. Oscar tak mau kehilangan setetespun cairan nikmat yang keluar dari penisku itu. Kami seling percumbuan dengan makan dan minum yang dipesan dari room service. Oscar nampak sangat puas dan lega. Dia merasakan betapa obsesinya tentang penis gede dari waria cantik macam aku terpenuhi.
Dia terus menggeluti diriku hingga menjelang pagi. Entah berapa banyak cupang-cupang yang telah meratai dengan noda merah-merah di tubuhku. Entah berapa kali dia berhasil mengeluarkan dan meminum air maniku. Entah berapa kali aku mesti menampung air maninya, entah dalam mulutku atau dalam lubang analku. Energiku habis tersedot.
Aku sampai di tempat kostku dengan lunglai. Jam menunjukkan pukul 4 pagi. Aku terbangun jam 11 siang sesudah tertidur tanpa sempat mengganti bajuku. Bella menyediakan mie rebus yang sangat sedap untuk sarapan siangku. Dia benar-benar teman setiaku. Dia juga pulang pagi. Bahkan pulang lebih lambat dari waktuku. Dia tidur di Hotel Hayyat bersama tamu langganannya. Dia menunjukkan tas kulit yang cantik yang dibawa tamunya dari Hongkong.
Aku sangat gembira melihat wajah Bella yang berseri-seri. Aku merasakan betapa persahabatanku dengannya tak akan luntur oleh masa. Hari ini hari yang ke-5 aku 'full waria' di Surabaya. Ternyata sangat melelahkan. Lelah fisik dan lelah non fisik. Aku masih banyak merasakan ketegangan. Mungkin hal yang biasa terjadi bagi orang yang baru merasakan bagaimana 'full waria' setiap hari ini.
Tetapi aku sangat bahagia dan puas. Aku telah melakukan apa yang jadi obsesiku. Aku juga bisa menyalurkan hasrta seksualku setiap hari. Aku ketemu dengan orang-orang yang memberikan aku kebanggaan dan rasa penuh tersanjung. Aku pikir aku mengalami keunikan dalam hidupku.
Tiba-tiba suara Bella menyadarkan aku. Sore ini dia mengajak aku berenang. Wahh.. Pasti seger, nih. Badan lagi capai macam begini paling cocok memang hanya berenang. Dimana Bell? Bagaimana kalau Hotel Novotel di jalan Ngagel?!
Aku pikir Bella lebih tahu dari aku. Jadinya ya, ngikut saja. Terserah pada Bella, pokoknya berenang.. Aku memang sudah siap dengan kemungkinan acara macam begini. Jadinya aku keluar rumah sudah lengkap dengan segala macam perabot untuk renang. Aku akan berenang pakai bikini.
Aku percaya bahwa pinggang dan pinggulku bagus dan indah. Aku yakin setiap orang yang melihatnya akan 'kesengsem' dengan bikiniku. Sebagai waria aku tak kalah seksi dengan para gadis-gadis seksi penolong pantai di serial Baywatch itu. Kembali aku memilih jeans ke-abu-abuan dengan blus biru tua yang menunjukkan sedikit perut dan puserku. Kali ini aku memakai sepatu kets-ku
Bersama Bella aku keluar dari tempat kost dan pakai taksi menuju ke Novotel. Ternyata kolam renang Novotel memang benar indah. Luas dengan suasana tropika yang nyaman dipandang mata. Ditengahnya ada 'sunken bar' yang sangat romantis. Beratap ijuk dengan pohon kelapa kecil di tengahnya.
Saat kami baru datang, semua mata, baik lelaki maupun perempuan pada menengok ke arah kami. Hampir pada setiap kesempatan aku mengalami hal seperti ini. Inilah salah satu kenikmatannya jadi waria.
Aku dan Bella langsung menuju kamar ganti. Nah.. Inilah pesona yang mata-mata haus telah menantinya.. Aku dengan bikini hitamku, Bella dengan bikini putihnya.
Bersambung...