Lain-lain
Monday, 15 December 2008
Seminggu full waria, duh nikmatnya - 7
Sementara Bella memang lebih sempurna. Pinggulnya indah dan buah dadanya juga sangat indah. Ah.. Aku bangga berteman dengan dia. Kami menuju tangga kolam. Kami melangkah ke anak tangganya dan menapaki turun. Kami mulai dengan membasahi tubuh sebelum benar-benar nyebur ke kolam. Aku rasakan betapa para lelaki terbakar hasratnya. Mata mereka tak bisa menyembunyikan hati mereka. Aku perkirakan sebagian yang sedang berendam di air mengelus-elusi penisnya.
Tak ada suitan atau suara-suara miring untuk kami. Mereka berpegang pada etika bagaimana berenang di tempat umum. Apalagi ditempat berkelas seperti Novotel ini.
Sesudah melakukan pemanasan, aku berenang dengan gaya katak bolak balik dan memutari sudut-sudut kolam. Terkadang aku menyelam. Pada saat menyelam ini aku berkesempatan untuk untuk melihat situasi medan. Kulihat ada kaki-kaki yang bergorombol di sana atau ada serombongan kaki-kaki lain yang sedang mengayuh berenang.
Seseorang mengacungkan jempolnya padaku saat berpapasan menyelam di air. Sesudah beberapa kali mengitari kolam Bella mengajak aku naik ke sunken bar. Aku minta juice orange yang pekat. Seorang bapak-bapak, sekitar 50 tahunan, dengan penuh sopan dan seakan telah akrab menyapa kami,
"Enak, suz, renangnya?".
Dia duduk sendirian, tampangnya nge-bossy. Tubuhnya nampak gempal ber-otot. Atau mungkin pejabat atau ABRI? Aku tidak pasti.
"Hah, seger banget, pak", Bella yang menyahut.
Kemudian bisu sunyi. Yang terdengar hanyalah dentingan sendok beradu gelas minuman. Kami masing-masing ngobrol dengan kelompoknya sendiri. Aku lagi jenuh. Sampai hari ke 4 tadi malam aku penuh dengan acara bercumbu. Aku lelah. Aku hanya kepingin berenang untuk menyegarkan kembali tubuhku.
Sesudah menghabiskan juice aku tinggalkan Bella untuk kembali nyebur ke kolam renang. Aku berenang hingga hari gelap. Bella ternyata tidak kembali ke kolam. Dia biasa datang ke tempat ini. Mungkin ketemu dengan orang-orang yang di kenalnya. Kelihatannya dia asyik ngobrol dengan orang-orang di sunken bar.
Sebaiknya aku menyudahi renangku. Aku naik dari air untuk mandi bilas di kamar ganti. Saat aku melewati deretan kamar ganti untuk menuju kamarku tiba-tiba ada suara 'sspp' di belakangku. Ah..
Kenapa suara itu ada disini pula? Aku terhenti. Kutengok ke arah suara itu. Seseorang nongol dari pintu salah satu kamar ganti. Ternyata bapak yang menyapa di sunken bar tadi.
"Suz, mau?", pertanyaan yang sangat singkat tetapi bukan main efektipnya.
Pertanyaan itu dia sertai dengan tangannya yang merogoh ke celana renangnya yang tanpa kuduga merogoh dan mengeluarkan kemaluannya. Dia pamer dan tawarkan kepadaku. Aku terkesima. Tak pernah terpikir penis bapak itu besar dan panjang macam itu. Dalam keadaan tidak atau belum ngaceng, batangnya menjuntai hingga kepalanya hampir menyentuh dengkulnya. Bagaimana saat ngacengnya?! Aku bengong.
"Aku pengin diisepin sama suz", sambil tangannya menggoyang-goyang batang panjang itu.
Darahku tersirap langsung naik ke-ubun-ubun. Kata-kata yang diucapkan dengan penuh vulgar itu seperti men-telikung kesadaranku. Hasrat birahiku langsung lepas me-liar. Perasaan jenuhku tadi langsung sirna. Aku diterpa godaan syahwat yang hebat. Aku diam tetapi jelas lumpuh dan menampakkan penyerahan. Bapak itu mendekatiku dan meraih lenganku.
Dia menyeret aku masuk ke kamar bilasnya. Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Rasanya tidak lebih dari 20 detik aku sudah dalam kekuasaan hasratnya. Di dalam kamar bilas, nggak tahu kenapa, aku begitu saja mepet ke dinding dan jongkok dengan mulutku yang langsung terbuka menganga. Tanganku bergerak meraih penis luar biasa itu, mengelusi dan mengocok pelan dengan mengarahkan lubang kencingnya ke arah mulutku. Aku ingin memenuhi keinginannya.
Bapak itu pengin aku mengisepi penisnya itu. Lidahku menjilat kepalanya, kemudian melumatnya. Rasa asin langsung menyentuhi saraf rasa dalam rongga mulutku. Precum bapak itu telah meleleh keluar. Aku mengulum dan memompa. Dan penis itu dengan cepat tegak, membesar dan mengeras hingga mulutku penuh. Aku semakin terbakar. Syahwatku menyala membara. Aku memompa dengan penuh semangat dan cepat. Aku ingin selekasnya merasakan tumpahnya air mani dari penis yang segede ini.
Aku ingin melumat-lumat kentalnya dan menelannya. Bapak itupun demikian. Dia ingin selekasnya menggapai orgasmenya. Aku rasakan betapa dia dikejar oleh hasratnya 'ngentot' mulutku. Dan ingin menumpahkan air maninya ke mulutku. Dia raih kepalaku dan memaju mundurkan pantatnya. Dia memastikan bahwa arah penisnya tepat di mulutku.
Saat aku menunjukkan tanda-tanda lelah memompa, dia cepat mengambil alih. Dia pepetkan kepalaku ke dinding sebagai tumpuan. Dan ganti dia yang memompa. Penisnya yang gede itu keluar masuk ke mulutku. Makin cepat. Makin cepat. Aku hampir tersedak saat ujungnya menyentuhi tenggorokanku. Bapak itu sama sekali tidak mengurangi intensitas pompaannya. Dan akhirnya, dalam kondisi penuh ketidak sabaran, dia melepaskan cairan spermanya.
Sepertinya waktu dia begitu sempit, penisnya berkedut besar dengan disertai tembakan cairan panas ke rongga mulutku. Berkali-kali itu berlangsung. Dari mulutku meleleh air maninya yang tak lagi tertampung, jatuh ke dagu terus ke dada dan perutku. Dia masih bilang dalam racaunya,
"Telan, ya, suz. Telan.. Telan.. Yaa", dan aku memang menelannya. Aku akan kecewa seumur-umurku kalau tidak menuruti keinginannya.
Air mani yang keluar dari penis segede itu.., uuhh.., aku nggak akan pernah menyesal.. Aku merasakan betapa gurihnya cairan bapak itu.. Aku masih mengecap-kecap nikmat spermanya ketika tiba-tiba bapak itu bilang,
"Terima kasih, suz, yaacchh.. ", sambil tangannya memasukkan kembali penisnya ke celananya. Dengan cepat dia menghilang keluar pintu sebelum aku sempat menyahuti omongannya.
Edaann..
Seluruh kejadian itu dari awal hingga akhir rasanya tidak lebih dari 3 atau 4 menit. Sungguh peristiwa seksual tercepat yang pernah kualami. Kenikmatan kilat! Edan! Bahkan aku nggak tahu siapa dia. Dengan agak terseok-seok aku menuju ke kamar bilasku. Rupanya Bella telah menunggu aku di luar. Aku mandi dan membersihkan segala noda. Sebelum pulang aku ngajak Bella ke coffee shop untuk sekedar minum panas. Aku menceritakan apa yang barusan aku alami.
Bella mentertawakan aku. Dia bilang ceritaku itu campuran antara tragedi dan komedi yang sarat dengan erotik masocisme dan erotic sadisme dengan kadar ringan. Bukan main si Bella, kaya dokter yang doktor saja..
Dia juga bilang, enak loh, pengalaman macam itu. Sambil matanya memandang dalam dan penuh arti padaku. Terus terang, walaupun aku merespon ucapannya dengan ikut tertawa, aku tak pernah tahu persis apa yang dia maksudkan dengan omongannya itu. Barangkali dia berpikir kenapa bukan dirinya yang mengalaminya. Sekali lagi aku tertawa.
Malam itu di jalan IB aku sama sekali hanya nongkrong di warung wak Sena. Rasa jenuhku kembali menyerangku. Beberapa lelaki berusaha membujuk aku. Aku tak bisa. Aku hanya ingin mengisi waktuku dengan ngobrol bersama teman-teman sesama waria di jalan IB ini.
Bella mendapat beberapa tamu yang cukup dipuaskan dalam mobil mereka atau dalam gubuk kardus di jalur hijau dekat jalan IB itu. Kami pulang ke tempat kost jam 1 malam. Rasanya aku perlu istirahat total. Besoknya aku baru bangun jam 11 siang.
Aku berada di hari ke 6 'full waria'-ku. Aku perlu konfirmasi tiket Garudaku untuk hari lusa. Aku keluarkan HP-ku untuk telpon ke kantor Garuda Surabaya. Aku sengaja matikan HP-ku beberapa hari selama berada di Surabaya ini. Aku tidak ingin diganggu macam-macam. Terutama oleh kantorku atau pekerjaanku. Kulihat ada lebih 20 pesan SMS memenuhi HP-ku. Biarlah aku lihat..
Pertama dari kantorku. Pesannya, Mohon bpk telpon ke surya. Aku pencet option dan pilih delete.
Kedua dari kantorku juga. Isi pesan, Apa kabar. Surya. Aku pencet option dan pilih delete. Ketiga dari Bardi stafku, Bapak sehat? Kapan pulang? Aku pencet option dan pilih deleteKemudian aku scan untuk cepat melihat SMS dari siapa saja. Sudah kutebak. Semua dari kantor.
Kubersihkan layar monitorku. Aku suruh Kirman pelayan tempat kost untuk membelikan nasi bungkus Padang. Sesudah makan aku ngobrol sama Bella. Ngantuk. Aku tidur lagi sampai jam 5 sore.
Aku bangun dengan perasaan seakan lahir kembali. Badanku yang sangat nyaman dan segar. Aku mandi air panas yang disiapkan oleh Kirman. Aku usul pada Bella bagaimana kalau makan ke MD Darmo Plasa sebelum ke jalan IB. Tetapi Bella usul lain. Dia ngajak ke Slizer Steak House di jalan Darmo. OK!
Cukup diantar Mas Parto dengan becaknya, aku bersama Bella ke restoran Amerika yang terkenal itu. Sama dengan Bella aku pesan shirloin medium 200 gram dengan orange juice berukuran besar. Makanan datang dengan secarik kertas untuk Bella,
"Selamat makan cah ayu-ayu. Ttd. Donny".
Bella melihat sana-sini,
"Haii.. ", dengan wajah sumringah dia nyamperin seseorang yang dikenalnya. Mereka mendekat ke aku. Aku diperkenalkan sebagai teman Bella. Donny menyilahkan kami menyantap hidangannya. Dia telah selesai makan. Dia pamit untuk meninggalkan kami. Semua makanan kami ini telah dibayar oleh Donny. Bella bilang Donny sering main ke jalan IB.
Aku sedang nongkrong sambil makan pisang goreng di warung wak Sena ketika seseorang mendekat dan mengenalkan dirinya sebagai Robet Manu. Tampangnya nampak sangat jantan tetapi juga sedikit sangar. Kulitnya ke-hitaman dengan tubuhnya yang tegap ber-otot. Dia mengajak aku kencan.
Aku tidak langsung mengiyakan, aku perlu konfirmasi dari teman-teman. Terutama dari Bella. Tetapi rupanya Bella telah pergi dengan tamunya. Teman-teman yang lain bilang tak pernah melihat lelaki ini. Ternyata dia memang bukan orang Surabaya. Robet adalah orang Ambon yang kerja di Jakarta dan sekarang sedang bertugas di Surabaya.
Kami para waria memang perlu hati-hati. Banyak orang datang untuk menyalah artikan keinginan baik para waria. Menjadi waria seperti hidup di atas kawasan tak bertuan. Tak ada tempat mengadu. Tanpa ada yang melindungi. Sesudah beberapa saat ngobrol aku merasa tak perlu khawatir tentang Robet ini. Perawakannya tinggi gede dengan kulit ke-hitaman. Tampang Ambonnya nampak jelas. Wajahnya yang tampan dengan kontur wajahnya yang tajam membuat Robet mudah dikenali dari mana dia asalnya.
Ternyata orangnya penuh perasaan dan humoris. Dia seorang engineer pertambangan. Tugasnya banyak di tengah laut. Dia bekerja di off shore milik perusahaan Amerika yang terletak di antara Kalimantan dan Jawa. Sepanjang ngobrol kami saling bersentuhan. Dari balik celana dia meraba penisku. Dan aku juga meraba penisnya. Penis Robet normal saja sebagaimana orang Indonesia lainnya. Sementara dia bilang kagum dengan penisku yang gede.
Terus terang dia telah membuatku bergidik dan merinding. Sentuhan tangannya yang penuh bulu membuat hasrat birahiku bangkit. Aku membayangkan bulu-bulu macam itu menyebar di sekujur tubuhnya. Aku memang sangat terobsesi dengan lelaki macam Robet ini. Lelaki yang penuh bulu dengan tubuhnya yang tegap ber-otot dan kulitnya yang ke-hitaman. Akhirnya aku berdiri untuk mengikutinya saat dia mengajak aku naik taksi menuju ke hotelnya.
Ternyata Robet tinggal di Hyyat Regency Hotel yang bintang 5 itu. Dia bilang mesti tinggal disana sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh perusahaannya untuk tenaga staff macam dia, demikian bicara Robet yang terasa merendah. Staff? Bintang 5? Aku yakin dia bukan staff biasa.
Dengan penuh santun, dia mohon padaku untuk secara terpisah menuju ke kamarnya. Dia akan berjalan lebih dahulu untuk menunggu aku. Dia nggak mau nampak berdua-an sama aku. Banyak orang-orang yang telah dikenalnya di hotel tersebut. Aku memakluminya. Back street, begitulah. Aku menunggu sambil 'window shopping' di shopping arcade hotel bintang 5 ini.
Robet tinggal di kamar 515.
Begitu aku mengetok pintunya Robet membuka pintu dan langsung menyambutku. Dia merengkuh tubuhku. Belum sempat aku melihat-lihat kamarnya, bibirnya telah memagut bibirku. Bulu-bulu tercukur di pipi dan dagunya seperti amplas memarut pipiku. Aku dipeluk dengan eratnya.
Aku suka sekali bau tubuhnya. Inilah bau orang jantan. Ada semburat parfum lelaki, tetapi alami tubuh Robet sendiri memancarkan bau khasnya. Aku merengkuh kepalanya. Aku menyambut lumatan bibirnya dengan lumatan bibirku. Masing-masing setengah menutup matanya, merasakan kenikmatan ciuman. Dengan sedikit memutar-mutar wajah yang bertumpu pada bibir kami mencari posisi yang paling pas dan menyalurkan hasrat syahwat kami. Jari-jari tangannya sesekali meremas punggungku. Dan jari-jariku meremasi rambutnya.
Bersambung...