I know more what you did last holiday - 2

Suasana panas terhenti sejenak saat terdengar telepon di ruang tamu berdering. Pak Usep menghentikan pompaannya dan menarik lepas penisnya dari vaginaku, benda itu nampak mengkilap karena basah oleh cairan cintaku. Akhirnya aku dapat mengatur kembali nafasku yang sudah tersengal-sengal.

"Heh, siapa tuh.. ganggu acara orang aja, inget ya jangan berani omong sembarangan kalo mau klisenya kembali" ancamnya sambil menarik rambutku.
Aku hanya mengangguk ketakutan lalu bangkit untuk menyambut telepon. Namun baru saja aku sampai di depan meja rias dekat pintu keluar, sudah terdengar suara "Halo..!" pertanda Dian sudah menerima telepon.
Aku sempat kaget katika membalikkan badan tiba-tiba Pak Usep sudah berdiri di belakangku dan menyeringai "Yuk neng, kita terusin entotannya, kan teleponnya udah dijawab".
Aku memandangi bangsat ini dengan jijik, sosoknya yang pendek hanya sampai sebatas hidungku dengan perut buncit dengan kemaluan menggantung, dada berbulu, wajahnya pun jauh dari tampan, mirip tuyul yang sering kulihat di film-film, sungguh tidak pernah terbayangkan olehku aku dapat disetubuhi olehnya.

Dia menggiringku ke arah meja rias lalu aku disuruh berbalik dan tanganku bertumpu pada sisi meja rias. Sekarang aku dapat melihat diriku melalui cermin di hadapanku dan dari belakang kulihat dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya.
"Nah, ini baru namanya pantat" dia meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia mulai mengelus kemaluanku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah terlarang itu. Lewat cermin kulihat dia mulai mempersiapkan kembali penisnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir vagina dan anusku. Aku memejamkan mata dan berdoa dalam hati semoga dia tidak menyerang anusku, karena aku sudah membayangkan ngerinya kalau batang yang kekar itu membobol pantatku.

Kemudian dia menyelipkan penisnya di antara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat penis itu pelan-pelan memasuki vaginaku. Di tengah desisanku aku sempat mendengar suara bentakan Dian dari luar kamar, saat itu aku belum tahu apa yang terjadi karena akupun sedang sibuk dengan "siluman buncit" ini. Kakiku mengejang ketika menerima sodokan pertamanya yang dilanjutkan dengan sodokan-sodokan berikutnya. Cermin didepanku memantulkan bayangan wajahku yang sedang horny, mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangan kasar itu meremas-remas kedua payudaraku sambil sesekali dipermainkannya putingku yang sudah mengeras.
"Ooohh.. enak banget si neng ini!" celotehnya.

Tusukan-tusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari vaginaku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah mencapai orgasme. Aku mengira dia juga akan segera memuntahkan maninya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas menyetubuhiku tanpa memberi waktu istirahat. Rambut panjangku dijambaknya sehingga kepalaku terangkat, kembali kulihat adeganku melalui cermin dimana tubuhku yang telah mandi keringat tergoncang-goncang, nampak pula payudara dan kalung pemberian pacarku terayun kesana-kemari.

Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum terlihat tanda-tanda akan orgasme, justru aku mulai kembali menikmatinya.Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan, atau mungkin dia sudah minum obat kuat sebelumnya. Mendadak dia menarik lepas penisnya, aku sudah siap menerima semprotan spermanya, namun..oohh..tidak! penis itu masih mengacung dengan gagahnya.
Dia lalu duduk di kursi meja rias, "Sini neng, bapak pangku!" suruhnya.

Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, tanpa malu-malu lagi aku bahkan menuntun penisnya memasuki milikku. Harapanku adalah agar dia cepat selesai dan aku segera bebas dari derita birahi ini. Begitu kuturunkan pantatku langsung aku bergoyang di pangkuannya, Pak Usep pun membalas gerakkanku dengan menaik turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Wajahnya dibenamkan pada belahan dadaku, tangannya yang tadi mengelus-ngelus punggungku mulai meraba payudaraku, mulutnya menangkap payudara yang satu lagi. Susuku disedot dan dikulumnya dengan rakus, kumisnya yang terkadang menyapu permukaan dadaku memberi rasa geli dan sensasi yang khas.

Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh keenakan.
"Uuugghh..oohh..memek neng enak banget, nngghh..memek foto.. model..!!".
Desahanku bercampur baur dengan lenguhannya memenuhi kamar itu. Kepalaku tengadah disertai lolongan panjang dari mulutku saat mencapai klimaks berikut, cairanku kembali tercurah sampai membasahi kursi rias itu, secara refleks aku juga mempererat rangkulanku hingga wajahnya makin terbenam pada payudaraku. Kemudian dia melepaskanku dan menyuruhku berlutut di hadapannya, diraihnya kepalaku dan didekatkan pada pelernya yang lalu kujilati dan kusedot, rasanya sudah bercampur dengan rasa kewanitaanku.

Ketika tanganku sedang mengocok sambil menjilatinya tiba-tiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke atas "Ooohh..neng..bapak..keluar!" dan disusul 'creett..creet..' maninya menyemprot dengan deras ke wajah juga dadaku, lalu dengan paksa dijejalinya penis itu ke mulutku.
"Telen pejunya neng..awas jangan dimuntahin!" perintahnya.

Aku yang saat itu tidak siap tentu saja gelagapan menerima semprotan itu sehingga yang menyemprot dimulutku sebagian meleleh keluar di sekitar bibirku, sedangkan sisanya kutelan hingga tetes terakhir dan kurasakan batang itu mulai menyusut. Setelah itu Pak Usep mengolesi maninya yang berceceran di wajah dan dadaku sampai merata, sekarang tubuhku basah dan berkilau baik oleh peluh dan sperma.

Dipapahnya tubuhku ke ranjang dan dibaringkan. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat.
Sebelum terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku "Memek neng enak banget, bapak jadi ketagihan nih!", Dalam tidurku aku bermimpi pacarku mendatangiku lalu aku mengangis didekapannya dan mencurahkan seluruh kekesalanku padanya bahwa aku telah dijebak oleh dua bandot itu. Tiba-tiba kurasakan dia mulai menciumku sambil meremas buah dadaku seperti yang biasa kami lakukan, juga kurasakan jari-jarinya mulai menggelitik vaginaku. Aku mendesah nikmat, kubuka mata, Ahh..aku terbangun..

Terkejut sekali aku. Begitu mata kubuka langsung nampak sesosok tubuh berada diantara kedua belah pahaku yang terbuka lebar. Rupanya ini bukan sekedar mimpi, ketika kesadaranku berangsur-angsur pulih nampak sosok pacarku itu ternyata Pak Riziek, wajahnya berada dekat vaginaku sambil mengorek-ngorek liang itu dengan jarinya. Aku berusaha bangkit dengan sisa tenagaku, tubuhku sedikit bergeser. Kutepis tangan itu dari vaginaku dan langsung kurapatkan pahaku, buru-buru kuraih guling untuk menutupi tubuh telanjangku. Ketika menengok ke samping aku lihat Pak Usep sedang duduk beristirahat di kursi rias sambil mengisap sebatang rokok.

"Kurang ajar, awas..minggir kamu!" aku marah dan membentaknya, tapi dia malahan tertawa.
"He-he-he.. kurang ajar gimana neng? udah dientot aja masih jual mahal..dasar cewek sombong".
"Perjanjian kita kan udah selesai pak, sekarang mana klisenya..!!" timpalku ketus.
"Eeiit.. selesai gimana neng.. bapak kan belum ngerasain memek neng".
Sungguh saat itu darahku mendidih, aku benar-benar marah karena merasa dipermainkan, kucoba menggertaknya. "Bangsat..kalian sebaiknya kembalikan sekarang juga atau..!!".
Namun dengan kalemnya dia menyela, "Atau mau lapor polisi ya neng? Sok aja..kalo neng mau ini tersebar, kita mah ga maksa neng kok" sambil menunjukkan selembar fotoku di kolam belakang bersama Dian dan 2 teman wanita lain yaitu Vira dan Liana, dimana kami berempat berpose tanpa busana.

Ucapan itulah yang membuatku sadar bahwa posisiku sudah 'skak mat', tidak ada pilihan lain selain membiarkan tubuhku menjadi alat pemuas nafsunya. Aku yang pada dasarnya tegar dan penuh percaya diri jadi takut membayangkan akibatnya kalau berontak, mau taruh dimana mukaku kalau skandal ini tersebar, padahal karirku sebagai model sudah mulai mapan dan mulai menapaki layar kaca sebagai pemain figuran. Aku juga tidak mau teman-temanku yang terlibat dalam foto-foto itu jadi ikut susah gara-gara kami, cukup sudah kami berdua yang jadi tumbal atas semua ini.

Pak Riziek mengambil kesempatan ketika aku sedang bingung itu dengan menyingkirkan guling yang kupeluk. Dia merenggangkan pahaku sambil mengelus-elusnya, tanganku yang menutupi dada juga disibakkannya. Mulutku mengeluarkan desahan ketika jari-jarinya mulai menyentuh klistorisku dan mengelusnya. Elusannya pada rambutku turun ke pipi, dan terus menurun ke leher hingga berhenti di payudara kananku yang lalu dibelai dan diremasnya. Dia mendekatkan mulutnya pada payudaraku dan menangkapnya dengan mulutnya, namun tak sampai setengah menit dia lepaskan lagi, lalu mengendusi payudaraku.
"Puuiihh..sialan lu Sep..lu tadi nyiramin peju di teteknya yah, pantes rada lengket trus baunya aneh!!" omelnya pada Pak Usep.
Pak Usep ketawa cengegesan "Eh.. hehehe sory boss, gak sengaja tadi, abis kocokannya enak pisan sih, jadi aja muncrat kemana-mana".
"Iya tapi kira-kira dong tuh, kalo udah bau peju gini mana enak diemot" gerutunya.
Aku diam-diam merasa puas "Rasain lu, makan tuh peju dasar goblok" ejekku dalam hati.
"Kalo gitu kita mandiin aja di kolam belakang, kan sekalian kita juga bisa berenang" usul Pak Usep.
"Hmm..iya yah lagian kapan lagi kita bisa berenang di sana mana ada cewek cantiknya lagi" Pak Riziek mengangguk setuju, matanya tidak lepas dari tubuhku sambil jakunnya turun naik.

Kemudian mereka menggiringku ke kolam belakang secara paksa untuk dibasuh dari ceceran sperma di tubuhku. Saat melewati ruang tengah aku melihat tubuh telanjang Dian yang terkulai lemas diatas sofa, daerah kemaluannya sudah basah, buah dadanya penuh bekas cupangan dan tumpahan sperma. Aku kasihan dan ingin melihat sejenak kondisi Dian, tapi tidak diijinkan oleh mereka.

Sesampainya dipinggir kolam tiba-tiba salah seorang mendorong punggungku dari belakang hingga aku terdorong dan "Jbuurr..!!" aku tercebur ke kolam. Aku berenang ke atas dan segera timbul ke permukaan, kusibakkan rambut basahku ke belakang, melihat tubuh telanjangku yang telah basah oleh air kolam mereka semakin bergairah sehingga buru-buru ikut nyebur ke kolam dan mengerubungiku seperti semut mengerubungi gula. Tangan-tangan kasar itu mulai menjamahi tubuhku. Aku tidak tahu lagi siapa yang mengerjai kedua payudaraku, meremas-remas pantatku, memilin-milin putingku, dan mengusap-usap vaginaku karena kupejamkan mataku dan tubuhku menggelinjang menahan nikmat.

Tak terasa aku sudah berada di tepi kolam daerah 1,5 meter. Tubuhku dihimpit oleh mereka dengan Pak Usep di belakang dan Pak Riziek di depan, keduanya memelukku sehingga posisiku seperti daging burger yang dijepit diantara 2 roti. Pak Riziek menciumi wajahku, sesampainya di bibir, dia langsung melumatnya, lidahnya mendesak-desak ingin masuk ke mulutku, birahiku yang kembali naik membuatku membuka mulutku mempersilakan lidahnya bermain-main di mulutku. Sesudah itu mulutnya terus turun sampai ke payudaraku yang sudah bersih dari cipratan mani, dia sudah tidak sabar ingin menikmati payudaraku yang sempat tertunda.

"Enngghh..pak..!" desahku menahan geli bercampur nikmat ketika mulutnya melumat payudaraku secara bergantian. Aku merasakan putingku disedot, digigit pelan bahkan sesekali ditarik oleh mulutnya, sementara telapak tangan Pak Usep bercokol di kemaluanku terus saja menggosok-gosok bibir vaginaku. Di tengah keadaan pasrah dan tidak berdaya itu seakan-akan ada suatu perasaan nikmat yang aneh yang tidak pernah kurasakan selama ini.

Beberapa saat kemudian dia merentangkan kedua pahaku, betisku dinaikkan ke bahunya "Neng Rina..bapak ewe sekarang ya!" kata Pak Riziek tidak sabaran.
Aku melihat di bawah air sana, miliknya mulai mendesak masuk ke vaginaku, "Aaahhkk..ahh..pak..!" itulah yang keluar dari mulutku saat dia menekankan dalam-dalam penis supernya hingga amblas seluruhnya, aku meringis sambil mencengkram lengan Pak Usep yang memelukku.
"Ooohh.." Pak Riziek juga mendesah setelah berhasil menancapkan kejantanannya di dalam kemaluanku.
"Gimana boss?? seret ga memeknya??" tanya Pak Usep pada temannya.
"Buset, seret amat nih memek, udah ga perawan tapi rasanya kaya perawan, pinter juga si neng ini ngerawatnya!" puji Pak Riziek sambil mulai menggenjot.
"Lha iya dong boss, dia kan foto model, harus dirawat dong, udah kena peju aja masih wangi gini kok badannya hehehe..!"

Bersambung . . .