Service plus

Aku memenuhi panggilan untuk service komputer di kantor pelangganku di daerah perumahan mewah. Karena hari sudah menjelang sore dan hari itu adalah sabtu, maka di kantor itu tidak ada lagi orang kecuali seorang sekretaris yang memang ditugaskan untuk menungguku. Dia mengenalkan diri dengan nama Mariska, dan minta dipanggil dengan Kika saja. Namanya lucu, selucu orangnya yang memang berwajah cantik imut-imut, polos tapi terkesan sensual. Dandanannya sangat sederhana, yaitu dengan blouse hitam pendek dan rok mini abu-abu serta sepatu tinggi terbuka, namun sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi dan ramping, makin menampakkan keindahan kakinya yang jenjang.

Kika menemaniku sambil mengobrol selama aku bekerja, sehingga kami cepat akrab. Keakraban ini yang membuat sikapnya santai dan cuek dengan duduk seenaknya di pinggir meja komputer, sehingga terkadang memancing mataku untuk memandang kemulusan pahanya yang mulus di balik rok mininya yang super pendek itu. Peniskupun mulai berontak di balik celana, dan cukup membuat konsentrasiku agak buyar. Namun aku berusaha menutupinya dengan mempercepat pekerjaanku.

Setelah selesai kupersilakan Kika duduk di kursi untuk mencoba komputernya, sementara aku mengambil kursi dan duduk di sampingnya sambil memberi instruksi cara mengeceknya. Cukup sabar dan serius Kika mengecek satu persatu software yang ada sambil meng-copy kembali file-file dari disket backup ke hard disk yang membuatnya cukup berkeringat, apalagi AC di ruangan tsb sudah mati sejak semua karyawan pulang. Aku kemudian memberanikan diri utk menawarkan memijat bahunya.

"Kika mau nggak dipijat"?, kataku sambil menggeser kursiku ke belakangnya.
"Dari tadi kek nawarinya.., ayo cepet mulai..", jawab Kika sambil menegakkan badannya. Kedua tanganku kunaikkan dan mulai memijat pelan bahunya.
"Enak banget deh pijetan Mas.., komputernya khan udah di service, nah sekarang orangnya dong di service..", canda Kika.
"Iya deh.., mau service plus juga boleh..", kataku lagi.
"Apa tuh service plus?".., kasih contohnya dong..", pintanya.
"Wah kesempatan nih", pikirku sambil lebih mendekatkan tubuhku ke kursinya. Tanganku mulai kuturunkan ke samping lengannya dan terus menelusuri tangannya, bukan dengan pijatan tapi dengan menggeser halus jari-jari tanganku.

"Sssh.., geli deh Mas", rintih Kika yang membuatku makin bernafsu. Apalagi dari jarak yang makin dekat tercium harum tubuhnya yang alami itu. Segera kugeser kursiku ke sampingnya, kuangkat tangannya dari mouse dan mulai kudaratkan bibirku di jari-jarinya yang ramping terus bergeser ke atas. Kika nampak pasrah menyerahkan tangannya kuciumi sambil menggeliat pelan. Penisku kembali menegang merasakan kehalusan kulitnya yang putih bersih dan berbulu tipis itu. Kika menggelinjang hebat ketika ciumanku sampai di siku bagian dalamnya. Belum lagi Kika berhenti mendesah, langsung kupindahkan bibirku ke pipinya dan terus bergeser ke belakang telinganya. Sementara itu, posisiku yang kembali berada di belakangnya memudahkan tanganku bergerilya kembali. Melalui samping badannya, kedua tanganku bergerak perlahan ke depan hingga menyentuh kedua bukit dadanya.

"Mmh.., mmh..", rintih Kika ketika jari-jari tanganku kuputar-putar di sekitar buah dadanya yang masih terbungkus lengkap. Dari situ saja bisa kubayangkan bentuk buah dadanya yang indah. Tidak begitu besar tapi terasa kencang, bulat padat dan masih tegak. Sambil lalu kuremas-remas lembut kedua bukitnya, bibirku kuturunkan lagi ke samping lehernya yang jenjang. Kulitnya yang berkeringat melicinkan jalannya bibir dan hidungku menelusuri hingga ke tengkuknya yang bebas karena rambutnya yang diikat ke belakang. Harum parfum bercampur keringatnya di kulit tengkuknya yang halus dan berambut tipis itu kuhirup habis-habisan, sehingga membuat Kika makin sering menggeliat kegelian.

"Mas.., udah Mas.., gelii..", kata Kika yang kemudian maju melepaskan diri dariku dan memutar kursinya menghadapku.
"Liat nih, sampai merinding semua..", katanya sambil menjulurkan tangannya ke depan.
"Itu belum mulai Cik, sekarang coba deh kamu duduk di meja". Kika langsung menuruti perintahku duduk di pinggiran meja lalu menyilangkan kakinya. Rok mininya yang pendek itu tersingkap sedikit dan membuatku yang duduk di depannya terpana melihat kemulusan pahanya. Aku mendekatkan diri lalu kutarik satu kakinya dan kutaruh ujung kakinya di atas pahaku.
"Kaki Kika bagus sekali ya", kataku sambil kuusap lembut lututnya dan terus ke bawah hingga punggung kakinya yang masih bersepatu.

Pelan-pelan kulepas sepatunya dan kupegang kakinya dengan tangan kiriku, sementara jari-jari tangan kananku kumainkan di seluruh permukaan kulit kakinya. Tak pernah kulihat kaki seindah ini. Kulitnya halus, putih, dan mulus. Kukunya polos tak dikutek, menampakkan kebersihan jari-jari kakinya.

"Geli ih.., mau diapain sih Mas", Tanya Kika yang nampak masih bengong.
"Khan kalau mau diservice musti dari ujung kaki dulu", jawabku sambil mendaratkan bibirku ke punggung kakinya lalu kugeser pelan ke arah mata kakinya.
"Sssh.., nikmat sekali Mas..", rintih Kika yang kayanya baru pertama kali diperlakukan seperti ini. Dari rintihan menjadi gelinjangan ketika lidahku ikut berputar-putar sepanjang samping kakinya. Aroma khas kakinya itu membuatku makin bernafsu menjelajahi setiap inci kulitnya yang putih bersih dan mulus itu. Kuangkat kakinya lebih tinggi dan kujilat panjang berulang-ulang telapak kakinya yang langsung disambut erangan kenikmatan. Digerak-gerakkannya kakinya menghindari kegelian, tapi pegangan tanganku yang cukup kencang membuatnya tak berkutik. Malah jari-jari kakinya yang kemudian kaku menjulur lurus itu memudahkan mulutku mengulum satu persatu jari kakinya yang ramping.

Kuhisap pelan sambil kuputar lidahku di sekeliling jarinya. Kika makin kelojotan dan merebahkan punggungnya ke meja tanda pasrah menikmati semua itu. Kubuka sekalian sepatu kirinya, dan langsung kuarahkan ke mukaku. Kini kedua kakinya tak ada yang bebas. Jari-jari kaki kirinya bertengger di hidungku, sedang jari-jari kaki kanannya terus kukemot dengan sekaligus memainkan lidahku di sela-sela jari kakinya yang mungil itu.

Tubuh Kika terus menggeliat menahan kenikmatan. Kulepaskan ciuman dan jilatan di ujung kakinya, dan pelan-pelan kunaikkan menelusuri betisnya yang indah sambil kuangkat tinggi-tinggi kedua kakinya bergantian. Kika tidak peduli lagi posisi rok mininya yang sudah tersingkap jauh ke atas. Yang ada hanyalah pemandangan indah kemulusan paha bagian dalamnya dan gundukan vaginanya yang masih tertutup segitiga CD hitam mini. Kedua tanganku mandahului bibirku yang masih menjalar sepanjang batang kakinya yang jenjang begantian, dengan mengelus naik turun di sepanjang pahanya.

"Ahh.., sshh", desah Kika kegelian waktu tanganku mulai menyentuh halus CD-nya pas di depan vaginanya. Ternyata CD-nya sudah basah merasakan seranganku sejauh ini. Tanpa menunggu lama, kucari ujung atas CD-nya dan kutarik ke bawah melalui kedua kakinya. Kika yang sudah terangsang tak menolak, bahkan ikut meluruskan kaki agar CD-nya lepas dengan mudah. Begitu juga waktu kedua kakinya kurenggangkan, Kika pasrah saja. Di situlah aku melihat pemandangan indah vaginanya yang berbulu tipis dan labianya yang berwarna merah muda sangat menantang. Walaupun rok mininya masih terpasang, namun sama sekali tak mengganggu kepalaku yang kubenamkan di selangkangannya setelah sebelumnya menyusuri bagian dalam pahanya yang lembut dan mulus itu dengan ciuman dan jilatan lidahku.

"Aaah.., auwww..", erang Kika ketika kukecup lembut vaginanya. Aromanya yang khas dan kebersihan vaginanya itu membuatku makin bernafsu menyerang. Erangan Kika semakin kencang dan sering ketika lidahku mulai menyusuri seputar bibir vaginanya. Pinggulnya bergoyang kian kemari merasakan kenikmatan, dan sesekali punggungnya melengkung waktu jilatanku mencapai clitorisnya. Tangankupun tak tinggal diam dengan membuka kancing blouse hitamnya sehingga bukit dadanya yang masih berbalut BH tipis itu menyembul ke atas. Langsung saja kutangkupkan tanganku di atasnya sambil meremas-remas lembut kedua bukitnya. Kika meronta-ronta merasakan kedua bagian sensitifnya diservice.

"Aku mau keluar Maas.., aahh", teriak Kika yang sudah tidak tahan. Kedua tangannya diturunkan ke kepalaku dan menekannya ke arah selangkangannya. Sementara kedua kakinya makin dibuka lebar dengan ujung kakinya mencengkeram kuat ujung-ujung meja. Akupun mengerti kemauannya. Kupercepat jilatan dan hisapan pada clitorisnya, dengan sesekali mengeraskan lidahku yang menusuk-nusuk lubang vaginanya. Tiba-tiba Kika berteriak, "Aaahghh.., aahh", berbarengan dengan membusurnya punggung Kika ke atas dan membanjirnya cairan vaginanya hingga membasahi wajahku. Kika tergolek lemas membiarkan tubuhnya menelentang di atas meja, sementara aku yang sudah memuncak nafsuku segera membuka seluruh pakaianku dan duduk kembali di kursi dalam keadaan bugil total.

"Awww.., besar sekali Mas..", kata Kika yang sudah turun dari meja dan melihat penisku menegang.
"Buka bajumu deh Cik", pintaku pelan.
Kika yang memang penasaran ingin tahu semua servisku, menurut saja dengan pelan-pelan membuka blousenya, rok mininya, dan terakhir BH-nya. Kembali terpampang pemandangan indah di hadapanku. Dalam posisi diam berdiri jelas sekali keindahan tubuh Kika yang ramping dengan kulitnya yang halus mulus. Kedua bukit dadanya tidak terlalu besar namun bentuknya sempurna, ranum, bulat, padat, dan masih tegak menantang. Putingnya kecil berwarna merah muda, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Aku menelan ludah memandangnya dan ingin kulumat seluruh tubuhnya.

Tanpa menunggu lama kutarik tangannya ke arahku dan kusuruh Kika duduk di atas pegangan kursiku dengan menjepitkan kedua kakinya yang jenjang itu ke badanku. Kembali Kika hanya menurut sambil menunggu apa yang akan kulakukan. Posisi buah dadanya persis di depan wajahku, tapi aku belum mau ke sana. Kutundukkan kepalanya dulu dengan tanganku, dan kucium lembut bibirnya. Kumainkan lidahku di sepanjang bibirnya yang mungil sensual itu, lalu masuk ke dalam memilin-milin lidahnya dan keluar lagi memagut mulutnya dengan ganas. "mmph.., mmhh", erang Kika yang agak kaget namun menikmatinya, bahkan membalas melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kesempatan ini kupergunakan dengan menurunkan tanganku ke arah dua bukit dadanya, dan langsung meremas serta memilin-milin putingnya yang mungil hingga terasa mengeras di jari-jariku.

Kika menggeliat tak beraturan merasakan nikmat hingga tubuhnya ditegakkan ke belakang sambil melepas ciumanku. Kini kedua bukit dadanya yang ranum berada kembali tepat di wajahku. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke samping telinganya. Kika menggelinjang kegelian dan membuat hidung dan bibirku terus menjalar ke bahu lalu menerobos ke ketiaknya yang bersih dan tak berbulu itu. Di situ kuhirup sepuas-puasnya aroma ketiaknya yang khas dan alami karena keringatnya yang mengucur deras. Saking gelinya, Kika mengatupkan lengannya hingga kepalaku terbenam di ketiaknya sampai aku sulit bernapas.

Setelah berhasil melepaskan diri, kugeser bibirku ke pinggangnya yang ramping, dan pelan-pelan beranjak ke arah bukit dadanya yang telah menunggu. Sambil kutahan kedua tangannya rapat ke samping tubuhnya, mulai kujelajahi dengan ciuman & jilatan-jilatan dari bawah buah dadanya, terus ke samping lalu ke tengah di antara kedua bukitnya yang hangat dan licin oleh keringat itu. Kika rupanya sudah tak sabar menunggu bagian paling sensitive di bukitnya diservis.

"Ayo dong Mas.., isep, please", pintanya sambil memindahkan posisi buah dada kanannya tepat di depan mulutku. Aku memang sengaja menggodanya dengan mendiamkannya sebentar sambil memandang keindahan puting dadanya yang mencuat mengeras itu. Pelan-pelan kupindahkan kedua tangannya menjulur ke depan berpegangan pada bagian atas senderan kursiku sehingga badannya lebih condong ke depan. Kusambut sodoran puting dadanya yang kanan dengan jilatan lidahku yang berputar mengitarinya, baru kemudian kujilat-kujilat panjang persis orang makan ice cream. Kika menggelinjang hebat merasakan kenikmatannya, apalagi tanganku ikut bermain di puting dadanya yang kiri. Jilatanku kemudian berganti dengan hisapan-hisapan halus di kedua putingnya bergantian.

Goyangan badan Kika yang hebat itu membuat vaginanya beberapa kali menyentuh ujung penisku yang berdiri tegak tepat di bawahnya. Kika melonggarkan jepitan kakinya ke tubuhku sehingga pinggulnya bisa naik turun dengan bebas, dan "blus..", masuklah penisku ke lubang vaginanya yang telah basah, makin lama makin dalam bersamaan dengan rintihan Kika yang agak keras. "Emmh.., ahh", rintihnya sambil menggerakkan badannya yang ramping itu naik turun. Tangankupun tak tinggal diam dengan memegang bongkahan pantatnya yang bulat kenyal, dan membantu mengikuti gerakannya. Kadang kutahan pantatnya agar aku bisa bergantian menusuk penisku dari bawah sementara Kika pasif. Ini membuat Kika makin kuat mengerang menahan nikmat, dan kembali dia mengambil inisatif menggerakkan badannya yang makin lama makin cepat dan liar.

Sementara itu, buah dadanya yang terlepas dari mulutku nampak bergoyang-goyang dengan indahnya. Kudekatkan wajahku sehingga putingnya selalu bersentuhan dengan hidung atau bibirku setiap kali melewatinya. Kadang kujilat, kadang kutangkap putingnya lalu kusedot sebentar dan kulepas lagi. Kika keenakan merasakannya, bahkan sengaja dicondongkannya buah dadanya ke depan tanda minta selalu dikulum. Tangannya dijulurkan ke belakang pasrah, kaki jenjangnya makin mengangkang, dan goyangan naik turunnya makin menjadi. Tiba-tiba.., "Aaagghh.., aagh", erang Kika keras bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dengan posisi kepalaku yang didekap erat di antara bukit dadanya.

Belum lagi Kika beristirahat, kusuruh dia berdiri dan membalikkan tubuhnya ke arah meja dengan tangan bertumpu pada pinggiran meja. Aku kemudian berdiri di belakangnya dan langsung meremas buah dadanya dari belakang, sementara mulutku mulai menjalar ke belakang telinganya dan tengkuknya yang masih berkeringat. Kuhirup seluruh aroma belakang tubuhnya dengan hidungku bergantian dengan jilatan-jilatan liar. Sementara tangan kiriku terus meremas dan memilin-milin pentilnya, tangan kananku menyusup ke vaginanya, sehingga Kika meronta-ronta kenikmatan merasakan tiga permainan sekaligus, yaitu remasan tanganku di buah dadanya, jariku di vaginanya, dan ciuman-ciumanku yang sudah sampai ke sisi pinggangnya. Pantat Kika yang bergoyang-goyang ke sana ke mari membangkitkan minatku untuk menjelajah juga.

Segera kupindahkan kepalaku dari pinggangnya menuju ke bongkahan pantatnya yang mulus itu dan memulai mencium serta menjilatinya bergantian. Saking nikmatnya, Kika lebih mencondongkan badannya ke depan hingga pantatnya makin mencuat ke atas dan melapangkan jilatan-jilatan panjang lidahku di belahan pantatnya. Setiap sentuhan lidahku pada anusnya, badan Kika bergetar hebat, apalagi dibarengi dengan sentuhan jariku tangan kananku di kelentitnya dan tangan kiriku yang masih meremas gemas buah dadanya. Sekali-sekali tubuhnya bergetar hebat ketika lidahku menjilat panjang berulang-ulang dari vagina sampai ke anusnya.

Tanpa menunggu lama lagi, kulepaskan semua pekerjaanku dan kugantikan dengan sodokan penisku yang masih menegang ke vaginanya. Kika menjerit kecil, namun pasrah menikmati datangnya nikmat baru, bahkan tanganku juga ditariknya menyusup ke buah dadanya di depan. Sambil memompa penisku makin lama makin cepat, tanganku meremas dua bukitnya yang kenyal itu. Kika rupanya hampir mencapai klimaks lagi. "Mas.., aku mau lagi nih.., aku pengen dari depan aja yah..", kata Kika sambil merintih. Kontan kucabut penisku, membalikkan tubuhnya hingga menelentang di atas meja, dan langsung kumasukkan penisku lagi ke lubang vaginanya yang makin licin. Kakinya yang mengangkang bebas memudahkan pinggulku memompa maju-mundur hingga penisku terbenam seluruhnya yang membuat Kika menggelinjang hebat.

Ketika gerakanku makin cepat, Kika makin tak tahan dan memindahkan kakinya menjepit pinggangku. vagina Kika menjadi semakin sempit, namun tak mengurangi genjotanku, sampai tiba-tiba, "Uaaghh.., agghh", teriak Kika berbarengan dengan jepitan kakinya yang mengencang dan tubuhnya yang melengkung ke atas. Kubiarkan penisku yang masih kencang terbenam di vaginanya sampai pelan-pelan tubuhnya mengendur.

"Mas koq belum juga sih..", lirih Kika sambil setengah duduk di meja.
"Aku mau keluarin di sini aja boleh nggak Ka?, tanyaku sambil menyentuh bibirnya yang mungil itu.
Mata Kika terbelalak mendengarnya, tapi kemudian menyetujuinya dengan turun dari meja dan langsung berlutut di hadapanku. Kika rupanya ingin membalas servisku dengan mengocok penisku sambil memainkan ujung lidahnya di palkonku. Perlakuannya ini membuatku makin terangsang dan merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari penisku. Segera kuambil alih kocokannya dengan tanganku, sementara Kika membuka mulutnya lebar tepat di depan penisku. Kupercepat kocokanku, dan.., "Aku keluar Ka.., aghh.., aghh", rontaku bersamaan dengan semburan kencang maniku ke sekitar dan dalam mulutnya. Begitu penisku berhenti menyembur, aku dikagetkan dengan kegelian dan nikmat yang sangat di penisku. Ternyata Kika mengemot penisku dan menyedot dalam-dalam batang penisku seakan mau menyapu semua cairan yang ada di situ.

Aku kemudian mengangkat tubuhnya dan mengajaknya ke teras belakang untuk cari angin.
"Mau ngapain di teras Mas?", tanya Kika terheran-heran.
"Aku pengen menutup service plusku dengan mandi'in kamu", kataku lagi.
"Gimana mandi'innya?, tanya Kika tambah heran tapi nurut saja ketika kurebahkan tubuhnya di atas kursi panjang tanpa senderan di teras belakang yang sepi itu.
Tanpa menunggu lama, segera kuakhiri serviceku dengan mandi kucing, yaitu dengan menjilat-jilat lembut seluruh permukaan tubuhnya yang bermandi peluh dan berkilat terkena sinar matahari sore yang membuatnya makin indah dengan posisinya yang menelentang pasrah itu. Kika senang sekali dengan perlakuanku itu, dan sambil mendesah kenikmatan dia berjanji akan sering-sering memanggilku, tentunya untuk minta dilayani dengan servis plusku.

TAMAT