Sherrie baby - 2

Sambil berciuman, kuraba dan kususuri ke tubuh bagian bawahnya, semuanya yang pernah kuimpikan bahkan lebih dari itu. Kurasakan kemulusan bulatan pinggulnya yang padat, tapi bagian pangkal pahanya menekan dan menggesek-gesek penisku, Sherrie benar-benar telah siap untuk melakukan ML denganku. Aku sangat senang sekali, tapi aku perlu hati-hati.

Kuciumi seluruh wajahnya, lehernya, telinganya, puting susunya yang kecil dan runcing itu, dan semua bagian tubuh lainnya, seperti yang aku lihat di film. Kurasakan kelembutan rambut kemaluan Sherrie menggesek pahaku, cembungan dipangkal paha Sherrie begitu lembut tapi padat.

Kuturunkan tanganku, kuraba cembungan dengan rambut halus di pangkal pahanya. Kuusap-usap pelahan-lahan, ketika jari-jariku mesusuri celah-celah vertikal disana, Sherrie mengerang lembut.

Bagian itu terasa hangat dan basah. Kutemukan tonjolan kecil clitorisnya. Aku pernah mendengar bahwa gadis sangat senang bila bagian itu dibelai-belai. Tubuh Sherrie menggeliat-geliat setiap kali kutekan-tekan dan kupilin-pilin lembut clitorisnya.

Kemudian kususuri celah bibir vagina Sherrie dengan ujung jari tengahku untuk mencari liang vaginanya, tapi aku benar-benar kesulitan untuk menemukannya, sampai akhirnya tangan Sherrie membimbingku dan menekan ujung jariku kesuatu liang kecil dan sempit, benar-benar diluar dugaanku. Liang vagina itu begitu kecil dan ketat, sehingga aku kesulitan menemukannya. Bagaimana penisku bisa masuk kesana?

"Ooh! Nikmat sekali," erang Sherrie. Kuputar-putar ujung jariku di gerbang liang itu sambil menekan-nekan agar ujung jariku masuk kesana. Sherrie memelukku semakin ketat.
"Please.. Fuck me now.." desahnya penuh harap.

Kubuka lagi pahanya lebar-lebar, kutempelkan ujung penisku tepat di gerbang liang vaginanya dan kutindih tubuhnya. Tubuh kami bergergetar menantikan saat-saat yang paling bersejarah dalam hidup kami.

"Sherrie sayang," bisikku lembut, "Kamu benar-benar yakin kita melakukan ini? Kelihatannya tidak mudah untuk dilakukan. Kita berdua harus berusaha bersama-sama."
Meskipun aku tahu bahwa Sherrie sudah lama berinisiatif, merencanakan dan mempersiapkan ini semua, tapi aku perlu meyakinkannya lagi.
"Ya." katanya mantap. Sepertinya Sherrie benar-benar serius menginginkan ini, lebih dari pada aku.

Pelan-pelan kutekan penisku kebawah, tapi kembali aku kehilangan liang vagina itu. Kususuri celah-celah itu beberapa kali tapi tetap saja tidak ketemu. Jari-jarikupun sulit menemukannya, apalagi penisku?

Sherrie pahan kegelisahanku, kembali tangannya membantuku untuk mengarahkan ujung penisku ke liang vaginanya. Tapi ketika kutekan cukup kuat sampai batang penisku bengkok, tetap tidak berhasil masuk, bahkan kemudian meleset kesamping. Damn!!

"Oops," tawa Sherrie genit. "Sorry. Ayo kita coba lagi."

Kucoba lagi, kali ini tanganku ikut mengarahkan batang penisku agar tidak bengkok, tapi kembali gagal. Kurasakan keringat dingin mengalir di punggungku dan hatiku mulai goyah. Kembali Sherrie membantuku, kali ini kami berdua memegang batang penisku untuk memasukki lubang itu. Tapi tetap saja kesulitan. Ujung penisku sampai terasa ngilu.

Sherrie mendesah frustasi. Dia telah menantikan kehadiran penisku begitu lama, dan sekarang ketika kesempatan itu muncul ternyata ada hambatan lain yang sulit diatasi.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang," tanyaku agak kesal, "Liang vaginamu begitu kecil."
"Maaf," bisik Sherrie kecewa, "Aku nggak bisa membantu. Milikku memang seperti itu."
"Well, kata orang semakin sempit semakin nikmat," hiburku sambil tersenyum kecut, "Jika kita berhasil memasukannya, entah dengan cara apa. Akan sangat luar biasa"

Sherrie benar-benar frustasi. Tapi dia tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini, apalagi bila dirinya sendiri yang menjadi penyebab utamanya. Tiba-tiba timbul idenya yang agak nekad. Kedua tangannya diturunkan kebawah, keempat jari-jarinya dari kanan dan kiri secara bersama-sama membuka bibir vaginanya kuat-kuat.

"Cepat lakukan sekarang!" teriaknya dengan napas terengah-engah.

Akupun tidak ingin membuang waktu lagi. Dengan cepat dan kuat kutekan ujung penisku ke liang vagina Sherrie, dan tiba-tiba berhasil masuk sedikit. Sherrie melepaskan tangannya dan meraih leherku. Akupun melanjutkan usahaku untuk menekan penisku lebih kuat. Penisku sempat bengkok lagi tapi ujungnya tidak lepas.

"Hati-hati.." bisik Sherrie.

Sedikit-demi sedikit berkat pelumasan cairan vagina Sherrie yang semakin banyak keluar, ujung penisku masuk lebih dalam keliang sempit itu.

"Ahh, adduuhh.. Sherrie!" erangku agak keras ketika bagian kepala penisku berhasil menyeruak masuk. Kurasakan jepitan kuat diujung penisku. Ketika kutekan lagi akhirnya separuh batang penisku berhasih masuk.

"Ohh.. aduhh.. besar sekali.. oohh." jerit Sherrie merintih kesakitan. Aku benar-benar khawatir suaranya bisa membangunkan semua orang dirumah. Kuperingatkan Sherrie agar kita tidak mendapat masalah besar gara-gara suaranya.

Sherrie meraih bantal, digigitnya bantal agar suaranya tidak terlalu keras. Aku juga mengambil bantal lain, kuletakkan dibawah pinggul Sherrie. Kutarik sedikit penisku keluar kemudian kutekan lagi kuat-kuat. Kudengar suara tangisan Sherrie, aku yakin dia sangat kesakitan, tapi aku harus menabahkan hati untuk mengabaikan dulu penderitaan Sherrie. Aku harus segera menyelesaikan tugasku.

"Tunggu, STOP, ohh," jerit Sherrie, "STOP dulu.. Please! Ohh sakiit."

Akhirnya aku tak tega juga. Kuhentikan gerakanku. Kuciumi wajahnya, kujilati air matanya. Sherrie merintih dan menangis.

"Apa sakit sekali Sherrie?" bisikku dengan penuh haru.

Tapi secara diam-diam pinggulku kugerakkan naik turun sambil terus menekan. Sherrie tidak menjawab, giginya merapat keras. Dengus napasnya semakin cepat dan kurasakan liang vaginanya berkontraksi, seluruh tubuhnya bergetar dan menegang. Sepertinya Sherrie mencapai orgasme. Akupun tidak melepaskan peluang ini, ketika gadis cilik ini sedang terbuai gelombang orgasmenya, kutekan penisku kuat-kuat dan akhirnya ujung penisku menabrak dasar liang vagina Sherrie. Kali ini kuhentikan gerakanku secara total, kami berdua relax untuk beberapa saat.

"Kamu OK Sharrie?" bibikku sambil membelai rambutnya, "Apakah sakit sekali?"
"Ya, semuanya benar-benar sakit," kata Sherrie dikegelapan, "Kamu baru saja mengambil perawanku dengan paksa."
"Apa? Kapan? Aku benar-benar tidak merasakan apa-apa!" tanyaku dengan hati gundah.
"Selaput daraku meregang ketika penismu masuk pertama kali, kemudian pecah ketika kau paksa masuk lebih dalam. Itu benar-benar sakit sekali."
"Ohh.. Maaf," kataku terbata-bata.
"OK, tapi pelan-pelan ya." Bisiknya.
"Wow, kamu benar-benar gadis yang hebat sekali!" seruku. Aku semakin terkesan dengan gadis imut ini. Aku benar-benar kagum Sherrie mampu bertahan untuk tidak menjerit-jerit saat kuambil perawannya.

"Terimakasih." bisiknya. Kudengar suaranya semakin normal, tidak sambil menahan sakit seperti tadi. Kurasakan liang vaginanya juga sudah semakin mengembang sehingga jepitannya tidak sekuat tadi.
"Jadi aku adalah orang pertama yang ML denganmu? kataku bangga.
"Yeah," katanya lembut, "Kamu yang pertama."

Kudengar suaranya penuh kebahagiaan, meskipun rasa sakit masih dirasakan olehnya. Sherrie bangga bahwa akhirnya dia berhasil memenuhi impiannya untuk ML denganku. Meskipun harus mengalami kesakitan, tapi dia benar-benar bahagia.

Akupun merasakan hal yang sama dengan Sherrie. Malam ini untuk pertama kalinya aku menemukan bagian-bagian paling rahasia dari seorang gadis, bahkan akhirnya berhasil mendapatkan keperawanannya. Hatiku benar-benar sangat terharu, aku ingin menangis mengungkapkan keharuanku, kebanggaanku. Kucium rambut Sherrie dengan penuh kasih sayang, kuciumi bibirnya.

"Sherrie sayang, kau juga orang pertama buatku," bisikku.
"Oh Ya Tuhan! Benar?" seru Sherrie terkejut.
"Yeah," jawabku, "Aku sering berbohong dan berkelakar, tapi ini benar-benar sejujurnya. Aku tidak pernah berhubungan dengan seorang perempuan."

Sherrie terdiam. Kami berpelukan tanpa berkata-kata. Tangan-tangan kami saling mengelus dan membelai. Kemudia Sherrie mendesis.
"Ini benar-benar luar biasa." Serunya memecah keheningan.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kita berdua sama-sama untuk pertama kali. Aku tidak akan melupakan peristiwa ini selama hidupku.." Sherrie menangis haru, air mata bahagia dan emosi erotic yang meluap-luap.
"Aku juga." Bisikku. Air mata Sherrie telah melumerkan hatiku, kurasakan semuanya jadi begitu indah menakjubkan seperti katanya.
"Aku mencintaimu." Bisik Sherrie beberapa saat kemudian, dipeluknya aku, kemudia dia menangis lagi, sepertinya dia menunggu jawabanku.
"Aku juga mencintaimu Sherrie," kataku. Aku tidak yakin apakah aku benar-benar mencintainya, tapi suatu hal yang pasti, aku sangat menyukai jepitan liang vaginanya di penisku.

Kemudian kugerakkan penisku naik-turus pelahan-lahan dengan penuh perasaan dan emosi. Kuhayati gesekan dinding liang vaginanya yang ketat dengan batang penisku. Hatiku berdebar-debar merasakan sensasi luar biasa akibat gesekan itu. Kami mengerang bersama dan mendesis desis, nafas kami mulai berpacu kembali.

"Fuck me, baby!" teriak Sherrie berkali-kali. "Masukkan semuanya! Aku ingin merasakannya."

kata-katanya kotor yang hanya pantas diucapkan orang dewasa meledak tanpa terkendali lagi. Gerakan kami semakin lama semakin buas dan liar, sampai akhirnya beberapa menit kemudian puncak orgasmeku tercapai sudah. Aku benar-benar terkejut begitu cepatnya. Kurasakan spermaku menyembur keras didasar liang vagina Sherrie. Tubuhku bergetar keras dan menegang, sesaat ingatanku hilang.. Melayang-layang ketika untuk pertama kalinya spermaku menyembur di liang vagina seorang gadis. Aku tak tahu lagi apakah saat itu Sherrie juga telah mencapai orgasmenya. Kami saling berpelukan, menikmati kontraksi-kontraksi yang masih berlangsung di alat kemaluan kami, sampai pelahan-lahan getaran itu melemah dan menghilang. Dengan penis masih tertanam di liang vagina Sherrie, aku terkulai lemas diatas tubuhnya.

"Ya Tuhan, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu.." bisik Sherrie berulang-ulang.

Aku tak mampu berkata-kata lagi. Emosiku meledak-ledak, perasaan haru, cinta dan bangga bercampur aduk. Air mataku mengalir tanpa kusadari ketika batas kemampuan hatiku, logika pikiranku dan tubuhku terlampaui, semuanya bercampur dalam buaian sensasi kenikmatan.

Sherrie menciumi air mataku yang mengalir turun menimpa pipinya dan kurasakan seolah olah nyawaku lepas dari tubuhku, masuk ketubuh Sherrie, seluruhnya dan tuntas. Kaki Sherrie memeluk pinggulku dan tangannya membelai rambutku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kuciumi wajahnya, bibirnya, pipinya terus, terus, lagi dan lagi..

Sesaat kemudian penisku kulepas dari jepitan liang vaginanya, dan aku rebah disampingnya. Beberapa saat kami berbicara, saling berjanji untuk mengulangi lagi mercintaan kami, dan lebih banyak lagi. Aku telah menemukan seorang pacar yang imut, sexy, cantik sekali, dan telah mengisinya malam ini dengan percintaan. Aku benar-benar sangat bahagia. Sherrie kemudian lari ke atas dan akupun tertidur pulas.

Sampai pagi harinya Danny masuk kamar membangunkan aku untuk latihan sepak bola, dia sempat menanyakan ceceran noda darah di seprai. Akupun berbohong, untunglah dia percaya. Kemudian kukatakan terus terang bahwa aku sangat tertarik dengan Sherrie. Kupikir dia akan marah, tapi ternyata dia cuma tertawa dan berkata bahwa dia sudah tahu lama tentang itu.

Sejak itu mulailah petualangan sexualku dengan Sherrie, kemudian berlanjut lebih serius dan panas. Sherrie akhirnya menjadi sangat pandai memainkan variasi bercinta. Aku benar-benar seorang pemuda yang sangat beruntung. Suatu saat mungkin akan kuceritakan petualangan kami.

Tamat