Cinta di sudut lembayung senja - 4

Setelah Gina puas dengan yang didapatnya, Rama mencabut 'dudle'nya yang berlumur air kenikmatan Gina, seraya membalikkan badan Gina, lalu mengendong Gina keluar dari shower, dan didudukkan nya di 'wash basin' seraya membuka lebar kedua paha jenjangnya Gina, dirundukkannya kepalanya tepat di 'pussy' Gina dan dijilati nya seluruh permukaan memek nya, yang semerbak aroma kewanitaannya dimana aroma chas ini membuat Rama menjadi lebih liar menjilat dan menghujam memek Gina diatas "Wash basin". Tak ubahnya Rama seperti seekor kucing yang sedang menikmati hidangan segar 'chunky meat' dari kaleng khusus untuk nya; hingga Ginapun mengerang, sambil memaju mundurkan pantatnya menyambut datangnya hujaman lidah Rama yang tak terlalu panjang dan besar.

Puas dengan menjilat yang mencumbu 'pussy' Gina, dikuakkannya 'dudle'nya yang keras kedalam relung kenikmatan Gina, serta merta, Ginapun memekik menyambut tusukan kepala 'dudle' Rama yang besar.

"Haacck acchh Rama, tolong jangan terlalu keras, perlahan-lahan dulu Rama"
"Okey Gina, sebentar lagi kau segera akan menikmatinya lagi, tahan sebentar."

Dihentikannya sebentar oleh Rama, dan segera dipeluknya dan dikulumnya bibirnya, supaya Gina releks dan merenggangkan rongga nikmatnya untuk memudahkan masuknya kontol tegangnya Rama, dengan sabar, digoyangkan nya lembut kesamping kiri kanan untuk mengakomodasikan lagi di rongga nikmat tersebut.

Setelah Gina merasa agak nyaman, segera terasa rongga itu memproduksi cairan mikmat, yang lama kelamaan membasahi seluruh ruang serta 'dudle' Rama juga, dan dengan mudah Ramapun menghentakkannya kembali jauh kedalam, digerakkannya maju mundur memburu kenikmatan. Gerakan nya semakin intensif dan bervariasi, cara penetrasinya, kadang dia tarik, dihentikan digantung bebeapa saat dan dimasukkannya kembali beberapa kali, hal ini membuat penasaran dan rasa ingin disentuhnya bagian terdalam dari 'pussy' Gina.

"Rama masukkan terus dong, Rama jangan kau gantung gitu, ingin digaruk-garuk dibagian dalam sana, please"
"Iya, Iya sayang kamu penasaran ya, ingin digaruk-garuk G-spotmu ya sayang"
"OK sayang, akan aku gelitik G-spotmu hingga kamu meraung menyambut nikmatmu"
"Coba kita konsentrasi sama-sama ya kita sambut nikmat kita berdua ya sayang"
"Hee eeh Rama, kita sama-sama"
Maka dihujamnya pussy nakal Gina dengan lebih liar dan diputarnya pantatnya dan kadang dihujamkan disamping kiri ataupun kanan.

sensasi yang diterima oleh Gina sangat luarbiasa dan denyutan 'pussy' nya semakin berjonjot-jonjot dan memeras kontol Rama dengan sangat keras, Ramapun berteriak dan memberikan aba kepada Gina untuk siap.

"Gina, gila kau kekasihku, relung nikmatmu memeras dan menghisap 'dudle'ku keras sekali"
"Kepala 'dudle'ku sekarang berdenyut kencang.., Gina, Regina, aku mau keluar, kamu sampai dimana Gina"
"Ya Rama, sama akupun mencapai puncakku lagi, aku juga mau keluar sekarang"
"OK kita sama sama ya kekasihku"

Sambil meneriakkan lengkingannya disemburkannya sperma Rama dalam rahim Gina seolah meluncur, memancar tak terbendung lagi creett, crreett, creett, ccreett.

Segera dia merobohkan badannya ditubuh Gina, sambil langsung menyambar payudara Gina dan dienyotnya, dihisapnya lagi payudara itu keras-keras, sedang Ginapun lemas, namun tangannya meraih rambut Rama dan dielus-elusnya rambut itu dengan kasih sayang, karena getaran listrik yang kuat beribu watt, mengalir dari putingnya keseluruh tubuhnya, akibat dari hisapan mulut Rama yang sangat nikmat dan dan syahdu.

Setelah mereka reda, Rama mengangkat kembali Gina kebawah "Shower", dan dimandikannya badanya dengan penuh kasih, usapan dan kecupannya membuat Gina semakin mencintainya. Selesai mandi mereka mengeringkan badan dan berpakaian lagi, kemudian mereka makan pagi, dengan nasi goreng special buatan Gina, lengkap dengan Ayam panggang bumbu rujak dan timun sebagai penyegarnya.

Waktu telah menunjukkan jam 7:30 pagi, Rama terhenjak karena HP nya bergetar, ternyata Adi diseberang sana, menayakan apakah dia sudah siap untuk ber"Gantole" pagi itu, kehadirannya telah ditunggu untuk segera memulai jam 8:30 pagi itu. Maka segera mereka berangkat kelapangan.

Benar juga, sesampai dilapangan orang-orang telah siap dan menunggu kedatangannya. Segera semuanya disiapkan dan Ginapun membawa mobilnya turun ke bawah untuk menyongsong Rama dibawah dipinggir pantai dimana biasanya mereka mendaratkan dirinya.

Setelah beberapa orang dilepaskan dari pesawat, giliran Rama tiba, Ginapun sangat bangga, senang menikmati, Rama tergantung, melayang-layang di udara, seperti biasanya dia menyambutnya setelah Rama dibawah, merangkulnya dan menciumnya tanda sayangnya kepada Rama.

Namun apa yang terjadi, kali ini diluar dugaannya, karena angin tiba-tiba berganti arah dan meniup kencang, hingga Ramapun tak mampu mengendalikan pesawat payungnya; dijarak yang tak cukup untuk menghindar, karena dihadapanya berjalan beriringan beberapa buah truk penggaruk pasir laut yang sedang bertugas hari itu untuk mengeduk dan mengangkutnya ditempat lain, mereka sedang berjalan dengan kecepatan maksimum, tiba-tiba berusaha memperlambat jalannya.

Namun Malang tak dapat dielakkan Rama, tak dapat mengelak terbawa angin kencang, ia tertabrak alat berat menggaruk pasir laut itu dan terjatuh. Melihat kejadian itu Ginapun berteriak kencang dan gugup, hingga banyak orang membalik kepadanya dan kearah kejadian tabrakan tersebut. Semua orang-orang berlari ingin menolong Rama, namun Rama tak kuat lagi menahan loncatan nyawanya yang tak mampu lagi mencenkeram kuat berpegangan pada tubuhnya.

Dibawanya Rama keRumah sakit dan Gina menelpon orang tua Rama dan ternyata Dokterpun menyatakan Rama telah tiada. Esok harinya jam 11:00 siang, Rama dibawa pulang ke kotanya. Gina tak sadarkan diri selama 3 jam, setelah siuman dirawatnya Gina di rumah sakit itu, sambil dihiburnya, 2 hari kemudian Gina dibawanya pulang ke bungalownya kembali. Banyak saudaranya yang ikut menghiburnya selama 10 hari menenangkan Gina, dan kemudian dibawanya Gina pulang ke kotanya kembali setelah dirasa cukup kuat.

Gina sudah sehat kembali, namun kekosongan hatinya, tiada dapat dibendung karena kehilangan Rama kekasihnya. Rama Lembut dalam bersikap terhadapnya, namun wild dalam permainan cintanya, dan diapun bisa mengimbangi permainan cinta yang diciptakan oleh Rama.

Tiga bulan Gina tinggal dirumah, kemudian disarankan oleh orang tuanya untuk berlibur ke kota S. untuk berganti suasana, dan melupakan kenangan lampaunya. Namun karena kenangan yang ditinggalkan Rama terlalu indah, sangat susah bagi Gina untuk cepat dilupakan. Tak jarang terlihat Gina merenung sendiri, dan melamun berlama-lama, baru akan kembali normal, mau bicara, setelah seorang mengapai dan menegurnya.

Tujuh bulan setelah kejadian Rama, Gina ingin pergi kebungalownya kembali; dengan diantar ibunya dan satu pembantu perempuannya yang setia. Gina berangkat mobil dikendarai ibunya, namun hanya mengedrop Gina dan esok sorenya kembali kekotanya, dijemput oleh Pak Ijan sopir kantor suaminya.

Beberapa hari Gina hanya menghabiskan waktunya membaca dan menonton televisi diruang keluarganya yang jendelanya lebar bertirai tipis. Dari jendela itu kadang banyak hal-hal yang bisa dilihat akan kebiasan kesibukan tetangga bungalow sebelah kanan depannya, yang tidak terlalu jauh dijangkau dengan pandangan, terutama di week end, seolah seluruh keluarga kumpul disitu, disuatu sore; mereka ada yang memainkan gitar sambil membuat api unggun di belakang rumahnya yang berpagar besi tembus pandang.

Ibunya selalu menelphone Gina mengajak ngobrol sebentar di pagi hari sebelum dia memulai kegiatan routinenya, mereka kadang bisa bercanda diline telephone, untuk meringankan beban jenuh kesehariannya; menanyakan keadaannya, cerita pengalaman yang di dapat di suasana pegunungan yang menarik; yang kiranya didapat oleh Gina dihari sebelumnya. Hal ini ibunya lakukan dengan sabar, untuk menumbuhkan rasa optimisme dari Gina akan hidup kembali, juga untuk melupakan deritanya berat yang ia rasakan, kehilangan Rama. Ibunya sangat prihatin sekali dengan kejadian anaknya ini, namun dia tidak pernah menunjukkan rasa khawatirnya, dia usahakan untuk selalu menyatu dengan anaknya dan didekatkannya hatinya kepada anaknya, sebisanya diajaknya selalu berkomunikasi untuk selalu mengisi hati Gina yang sedang kosong, kehilangan..

Dengan ketelatenan dan dukungan Ibunya dan seluruh keluarga itu, ternyata memang ada hasilnya; walaupun tidak mencapai 60%, namun ibunya yakin bahwa ini suatu perkembangan positive untuk kelanjutan hidup Gina yang masih panjang. Seterusnya tentu akan meningkat dengan sendirinya, bila lingkungan membantunya.

Di suatu siang jam 4:40 sore hari, Gina memburu kendaraannya menuju kepantai, dengan kencangnya, dan segera memarkir kendaraannya dan berjalan dipasir dengan duduk disuatu bedengan, seorang sendiri dibawah payung pantai yang bergoyang diterpa angin, diingatnya semuanya selama berkasih dengan Rama dari permulaan hingga dia menyerahkan kesucian untuk Rama, terasa kembali rasa kangennya menyeliputi dirinya, dan kembali Gina merasa 'down', terlihat Rama menari diatas riak gelombang air laut dan tersenyum dan berkata, Ginapun menyambutnya dengan senyum dan rintihan menyebut namanya dengan perlahan, "Rama.., Rama.. kusayang kepadamu", tak puas dia memandang Rama yang sedang berkata dari kejauhan, maka Gina lari mendekatkan dirinya pinggir pantai lebih dekat lagi, dan terasa olehnya basah pasir pantai menyadarkan dia akan air laut yang sangat dekat dan kadang menghempas telapak kakinya.

Selangkah, dua langkah Gina menapak mundur kepinggir pantai berpasir putih yang kering itu; duduklah dia di pasir itu sambil memeluh handuk yang dulu suka dipakai Rama. Gina kadang tersenyum, merintih dan kadang ketawa berderai seolah dia sedang bercanda dengan Rama kekasihnya. Disebutkannya lagi nama Rama dari mulutnya.

"Rama, Ramaa, Gina menyayangmu Rama, peluklah aku Rama dan ciumlah aku sepuasmu, jangan kau menjauh dariku, kau selalu di atas air laut, kembalilah Rama mendekat padaku"
"Rama, kau tahu bahwa aku tidak sepemberani sepertimu mandi dilaut, jangan kau paksakan aku mengejarmu"
Terasa oleh Gina sebuah sentuhan dikedua lengan atasnya dengan lembut dan katanya,
"Gina, aku Dharma, aku menyayangimu Gina, harum bahu rambutmu membuatku selalu terbayang olehmu"
Dengan sentuhan itu, Gina tak berontak, dan memejamkan matanya menikmati sentuhan itu.
Sekali lagi ia mengatakan, "Rama.. peluklah aku erat erat, jangan kau lepaskan"
"Aku Dharma Gina, aku Dharma, bolehkah aku memelukmu erat-erat, tak akan kulepaskan kau Gina, akan kusayangi kau seutuh jiwaku"
"Terimalah aku Gina di hatimu", sambil Dharma mencium lehernya dari belakang, terus menelusuri belakang kupingnya, seraya tangannya mengelus-elus lengan atas Gina dengan lembut.
Gina tetap memejamkan matanya sambil bibirnya yang sensual agak menganga terbuka sedikit, penuh birahi.

Bersambung . . . .