Kado pernikahan - 2

Ajak Bercinta
Beberapa hari kemudian Daissy menelpon Emir,
"Mir ini aku!"
Tidak langsung mengenali Daissy terdengar suara Emir bertanya,
"Ini siapa sih?" tanyanya.
"Nggak ngenalin ya, memangnya dikira siapa," demikian Daissy berlagak ramah.
Dengan nada yang kocak tapi menjengkelkan Emir mengatakan,
"Kirain ada cewek cari penis."
Agak kesal Daissy, "Ih kurang ajar banget."
Memang setahu Daissy dari dulu Emir terkenal sebagai pemuas dahaga nafsu kaum wanita, terutama untuk ibu-ibu yang lazim disebut tante girang-nyonya jalang. Beberapa saat kemudian Emir mengenali suara Daissy, terutama setelah Daissy menjelaskan permintaannya. Emir setuju untuk menerima Daissy besok, asal Daissy datang sendiri.

Sebetulnya Daissy merasa agak curiga, tapi ya sudahlah, sudah betul-betul kepalang tanggung. Maka tidak heran Daissy ketika datang ke rumahnya dan menyatakan maksudnya, langsung Emir bertanya,
"Imbalannya apa? "
"Ya kamu mintanya berapa? " Daissy menanggapi ketus.
"Bukan berapa anak manis, tapi apa? " demikian Emir menegaskan.
Daissy mengatakan kepada Emir semuanya terserah kepada dia saja. Walaupun demikian Daissy tidak langsung mau menuruti kemauan Emir begitu saja. Masih dicobanya untuk menawar-nawar, supaya ia tidak harus memenuhi dorongan nafsu syahwatnya. Dibujuknya Emir dengan mengatakan bahwa orang seperti dirinya bukan tipe wanita yang dia suka. Tiba-tiba Emir menarik tangan Daissy dan berkata dengan serius,
"Sebaliknya, dari dulu saya udah naksir kamu, tapi sayangnya keduluan Erick."

Lalu ditunjukkannya amplop berisi negatif film yang Daissy cari. Ketika dicobanya untuk merebutnya, Emir mengelak lincah. Karena gemasnya akhirnya Daissy mengejar-ngejar Erick, sehingga tanpa sengaja terpancing mengikutinya masuk ke kamar tidur. Emir mengunci pintu, lalu memandangi Daissy yang terduduk kelelahan di tepi ranjang. Ia berlutut di depan Daissy lalu mencium bibirnya, dan seterusnya melumatnya dengan ganas. Belum pernah Daissy dicium seorang laki-laki sampai seperti itu. Karena baru sekedar dicium oleh Emir getaran-getaran lembut seperti pada awal orgasme telah mulai melanda sekujur tubuhnya. Seperti terhipnotis semua kendali kesadaran dirinya sirna. Bahkan ia merasa sangat terhormat ketika Emir mulai melucuti seluruh pakaiannya. Dalam perasaannya sepertinya Emir adalah orang yang memiliki dirinya dan berhak untuk berbuat apa saja terhadap dirinya.

Emir memang lumayan ganteng, walaupun kulitnya agak gelap. Tapi kemampuannya untuk menundukkan wanita rupanya bukan semata-mata berasal dari kelebihan-kelebihan jasmaniahnya. Baru di hari-hari kemudian Daissy tahu dari beberapa sahabatnya, yang juga pernah digauli Emir, bahwa merekapun mengalami mirip dengan apa yang dialaminya di siang hari itu. Ketika Emir melepas baju dan celananya, Daissy merasa heran karena di hatinya malah ada rasa bangga. Ketika alat kejantanannya yang hitam besar ia sorongkan kepada Daissy, rasanya ia seperti mendapat anugerah.

Daissy mencium-ciumi, dan mengusap-usapkannya di wajahnya, lalu menjilati, dan mengulumi ujung kepalanya, hingga akhirnya mulai mengemut-emut semuanya di mulutnya. Berbeda dengan pengalamannya bersama Erick, dengan Emir ia merasa dihargai, dan perasaan itu timbul justru ketika ia sedang memuaskan hasratnya. Laki-laki yang dikiranya kurang ajar itu ternyata malah lembut sekali. Setidak-tidaknya pada waktu sedang bercinta. Kata-kata yang diucapkannya cenderung membuat Daissy berbesar hati.

Ketika alat kejantanannya itu memasuki kemaluan Daissy yang telah basah, Daissy menjadi lupa segala-galanya. Hebatnya rasa orgasme yang ia alami bukan hanya terjadi di ujung permainan cinta seksual itu, tetapi terus-menerus. Ketika Emir telah membasahi liang rahimnya dengan air maninya, dan kemudian berbaring memeluk tubuhnya, Daissy menyembunyikan wajahnya di dada lelaki itu, lalu menangis. Kejengkelannya pada Erick hari ini lepas terbuang. Bersama Emir harga dirinya terpulihkan dan hasrat kewanitaannya terpuaskan.
"Emir, aku seneng sekali," katanya berbisik.
Emir hanya mengusap-usap kepala Daissy dengan lembut. Kemudian diajaknya Daissy sama-sama ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Diserahkannya negatif foto-foto yang tadi diminta Daissy kepadanya.

Tapi rupanya Daissy belum ingin pergi, maka ketika Emir memintanya tinggal, ia merasa senang sekali. Pada waktu Emir mengajak Daissy makan malam, walaupun hanya makanan dari warung di sebelah rumah, Daissy sungguh menikmati apa yang disantapnya. Tidak lama kemudian Emir mengajak Daissy dengan suara berbisik,
"Masih mau menemani saya nggak? "
"Wah jangan ditanya lagi," kata Daissy dalam hati, dan nggak perlu diminta dua kali. Kali ini Daissy menumpahkan seluruh gairah-birahinya dengan lebih bersemangat. Seluruh tubuh Emir yang telah terbaring tanpa busana itu ia jilati. Maksudnya sungguh-sungguh seluruhnya. Dari ujung kepalanya sampai ujung kakinya, bahkan hingga mencapai semua celah-celah yang paling tersembunyi sekalipun.

Kali ini Emir yang sampai mendesah dan mengerang karena pelayanan Daissy terhadap dirinya. Apalagi ketika alat kejantanannya yang besar dan keras itu ia lumat dengan bibir dan lidahnya. "Aduh, kamu hebat sekali, betul-betul nggak saya sangka," katanya tulus mengaku.
Ketika tiba gilirannya mengerjai Daissy, Emirpun tampil ganas, buas, dan sangat tangguh. Tubuh Daissy serasa hampir remuk, dan Daissypun hanya mampu untuk mengerang dan menjerit, setiap kali getaran kenikmatan melanda sekujur tubuhnya. Daissy sampai merasa hampir pingsan. Maka ketika harus pergi meninggalkan Emir rasa hati Daissy enggan sekali.

Luap Birahi
Tidak sampai tiga hari kemudian Emir menelpon Daissy.
"Waktu itu enak sekali ya, kapan lagi dong sayang?" demikian katanya meminta.
Daissy mengatakan kepadanya bahwa setiap saat ia mau dan siap. Maka keesokan harinya kembali Daissy pergi ke tempat tinggalnya. Di sanalah ia memuaskan hasrat hati dan nafsu birahinya. Begitu pula dengan Emir, yang kekuatannya seakan-akan tidak mengenal batas, ditumpahkan semua yang ia miliki. Di liang kewanitaan Daissy, di mulutnya, di wajahnya, dan di sekujur tubuhnya. Basah dan puas Daissy dibuatnya.

Sekembalinya Daissy ke rumahnya, semua terasa begitu sepi dan membosankan. Untunglah bagi dirinya karena kurang-lebih seminggu kemudian kembali Emir menghubunginya. Katanya,
"Yang, saya lagi kangen nih, ketemu yuk!"
Sayangnya Daissy sedang tidak ada kendaraan, sehingga terpaksa mereka membuat janji untuk bertemu di sebuah super-market dekat tempat tinggal Daissy. Dari sana Emir membawa Daissy ke sebuah motel dan mencurahkan rasa rindunya kepadanya. Begitu pula Daissy. Apalagi di tengah rangkaian acara senggama itu, Emir sempat menyampaikan bahwa beberapa hari lagi ia akan berangkat ke Sulawesi. Di sana ia akan bekerja di salah-satu usaha milik keluarga jauhnya.
"Yah daripada di Jakarta jadi supir, satpam, atau pegawai rendahan, mungkin karirnya di tempat yang jauh itu bisa lebih maju. Apalagi sebentar lagi Daissy akan melangsungkan pernikahan. Lebih baik kalau setelah itu kita tidak ketemu."
Mendengar semua yang disampaikan Daissy padanya Emir tersenyum.
"Kalau begitu anggap aja ini hadiah perkawinan dari saya ya," demikian ia berkata dengan bijak, sambil menyodorkan alat kejantanannya yang telah mengeras tegang ke arah Daissy. Setengah bercanda Daissy mengucapkan terimakasih kepada Emir, lalu mulai melayani hasrat birahi lelaki Sulawesi itu. Dengan sempurna, sepenuhnya, dan sepuas perasaan Daissy. Tidak ada satu moment-pun yang boleh terbuang percuma. Berjam-jam mereka berdua bercengkerema tanpa busana. Daissy memuaskan Emir, dan Emirpun memuaskan dirinya.

Bangga Terasa
Beberapa minggu kemudian Daissy sempat menghadiri acara reuni SMA-ku. Ternyata ada beberapa sahabat dekatnya yang pernah mengalami hal yang sama dengan Emir. Yasmin, yang paling suka bicara seronok, berkomentar,
"Wah, kalau punya Emir sih memang penis dewa."
Semua yang pernah ada hubungan dengan Emir tertawa tersipu-sipu. Tapi ada satu hal bagi Daissy yang tidak pernah kuduga, pada waktu ia menceritakan bahwa Emir sampai tiga kali menemuinya. Bahkan mungkin lebih kalau Daissy tidak menikah, atau dia tidak berangkat ke Sulawesi. Kawan-kawannya semua berpendapat, jangan-jangan Emir benar-benar jatuh cinta padanya. Biasanya lelaki itu paling jual mahal. Kalau begitu rupanya Emir juga kena batunya. Daissy hanya diam saja, dan mensyukuri keberuntungannya.

Awal Mulanya
Kebetulan di tengah pembicaraan saat itu juga ada sahabatnya. Dialah satu-satunya orang yang mengetahui peristiwa yang terjadi antara Daissy dengan Erick dan kemudian dengan Emir belum lama ini. Terus terang dari sejak di SMA dulu Carla, sahabatnya itu, yang sering-kali menjadi tempat Daissy berkonsultasi masalah pacar dan seks. Carla mencari Daissy, terlihat dia tersenyum nakal ke arahnya. Mengingat kenakalan Daissy bersamanya dulu Carla hanya dapat tersenyum geli.

Memang kalau diurut-urut sebenarnya semua yang telah dialami Daissy di tangan Erick dan Emir berujung pangkal pada ulah Carla juga. Awalnya ialah sewaktu dulu Daissy mulai berpacaran dengan Erick. Menurut Daissy beberapa kali Erick telah memintanya untuk melakukan hubungan intim dengannya. Tapi keinginannya selalu berhasil ditolaknya. Soalnya masalah kegadisan adalah sesuatu yang menurut Daissy pada waktu itu harus dipertahankannya. Katanya ini memang sudah menjadi tekadnya. Memang kadang-kadang timbul juga rasa kasihan di hatinya melihat Erick. Tapi aku harus bagaimana lagi?, Tanya Daissy bingung di kala itu.

Keinginan Erick yang satu ini diceritakannya secara terus terang kepada Carla, sahabat dan sekaligus penasihat pribadinya yang lebih berpengalaman. Berbeda dengan Daissy, Carla sudah sejak lama kehilangan keperawanan. Jadi waktu Daissy menceritakan masalahnya dengan Erick, Carla hanya tertawa geli. "Itu sih masih mau jadi perempuan kolot," demikian komentar Carla menggodanya. Lalu dianjurkan Daissy, "Tapi kalau kamu mau, kasih aja dia alternatifnya."
Dengan heran Daissy bertanya, "Apa sih La? Orang yang dia minta yang satu itu kok."
Sambil terus menggodanya akhirnya Carla memberi tawaran padanya. Katanya,
"Kalau mau tahu malam minggu nanti ke tempat gue deh, entar gue ajarin elo musti gimana sama cowok! OK?"
Rupanya karena merasa penasaran ajakan Carla itu diterima Daissy dengan penuh semangat.

Bermalam Minggu
Malam minggu berikutnya Daissy datang ke rumah Carla. Suasana rumah pada malam ini agak sepi. "Pada kemana La? Kok sepi amat," tanya Daissy pada Carla.
"Iya nih, Enyak, Babe sama adik-adik gue lagi pada ke puncak, katanya sih sampai besok sore," demikian Carla menjelaskan. Lalu ditegaskannya lagi pada Daissy,
"Jadi kita bebas mau ngapain aja."
Kecuali mandi sore dan makan malam tidak begitu banyak yang terjadi malam itu. Kelihatannya Daissy sudah penasaran menunggu Carla menceritakan pengalamannya, katanya supaya bisa dipakainya untuk mengatasi persoalannya dengan Erick. Kasihan juga Carla melihat Daissy agak malu-malu mau menanyakan langsung kepadanya. Apalagi dengan sengaja justru Carla banyak bercerita tentang pacar barunya. Digambarkannya tentang cowoknya itu sebagai seorang laki-laki jantan yang usianya lebih dewasa dan sudah bekerja di sebuah Oil Drilling Company. Kalau jadi nanti malam dia akan datang. Kelihatannya Daissy menjadi kuatir.
"Kalau begitu kapan sempat ngasih tahu jurus-jurus rahasianya sama aku?" tanyanya pada Carla.

Kira-kira jam 9-an Carla mengajak Daissy ke kamarnya untuk berganti pakaian dan memakai daster. Tapi dilarangnya Carla membersihkan riasan di wajahnya. Menurut Carla biar saja begitu, minimal sampai Bambang, pacar barunya, datang dan melihat Daissy. Sambil menunggu Bambang, Carla mengajak Daissy menonton film video yang baru disewanya. Kaget juga dia menonton videonya blue-film yang meragakan bermacam-ragam adegan seks. Seperti juga Carla, kelihatannya Daissy mulai merasa panas melihat barang kepunyaan laki-laki yang besar-besar diemut-emut, lalu diundang memasuki liang kemaluan wanita yang kemerah-merahan.

Carla melirik Daissy menonton film video itu di sebelahnya. Kadang-kadang matanya sampai terpejam-pejam. Tangan kanannya sudah berada di balik celana dalamnya. Rupanya secara sembunyi-sembunyi dia sedang melakukan mengusap-usap kemaluannya. Merasa ada yang memperhatikan, Daissy berpaling menengok ke arah Carla. Dia tersenyum dan dengan malu-malu bertanya,
"Kenapa La?" Supaya tidak merasa canggung Carla menganjurkan Daissy untuk meneruskan,
"Terusin aja, aku juga mau kok!"

Bersambung . . .