The other side of horizon - 4

Aku panik dan berusaha menyalakan mesin mobil agar bisa secepatnya menyelamatkan diri, namun mobil ku hanya diam tidak bergerak. Kucoba membuka pintu mobil, terasa pintu agak berat dan sulit di buka, namun dengan sedikit kupaksakan pintu lantas terbuka. Begitu pintu terbuka body mobil agak bergoyang sedikit ke kanan dan aku di sambut oleh hujan lebat, setengah tertatih-tatih di tengah hujan lebat aku turun berusaha melihat sekeliling, ternyata bagian depan mobil ku sudah ringsek, dan ban depan sebelah kanan sudah tidak ada hanya tersisa velg nya saja seperti baru saja meletus hebat.

Pantas saja mobil ku mengayun saat aku turun barusan, kulihat ke bawah terlihat seluruh jalanan di bagian bawah kendaraanku dipenuhi oleh genangan oli kental berwarna hitam, ternyata bak oli mesin jebol akibat tabrakan hebat yang baru saja terjadi. Rupanya ini penyebab aku tidak bisa menstarter mobilku, semua tampak begitu kacau, namun yang membuatku takjub adalah cabin penumpang dan pengemudi utuh sama sekali tidak ringsek hanya lekukan sedikit dari body di depan dekat mesin menyebabkan pintu kanan depan agak tertahan dan sulit dibuka.

Sambil berjalan ke tepi jalan aku mengedarkan pandangan, ternyata kurang lebih dua meter dari dekatku di jalur kiri sebuah kendaraan truk container besar tengah berhenti. Sementara di belakang mobilku berturut-turut sembilan mobil tampak mengalami tabrakan beruntun termasuk mobil yang berhenti paling dekat denganku dan nyaris menabrak mobilku. Bahkan kulihat salah satu mobil bagian depan mesinnya masuk ke bawah truk container nyangkut tidak bisa di tarik mundur. Semua orang tampak panik dan berdiam di dalam mobil karena hujan masih lebat sementara aku terus berjalan berkeliling di seputar lokasi dengan darah terus menetes dari mulutku.

Kukeluarkan HP, lantas kucoba untuk menghubungi HRD Managing Director untuk memberitahukan keadaanku yang pagi itu kemungkinan akan terlambat tiba di kantor. HP tersambung tidak berapa lama terjadi percakapan.

"Yes Dewa, what's up?"
"Sorry Sir, but I want to inform you that I got accident, my car cannot start and I am bleeding now"
"What? Where, what happened to you?"
"I got accident in Express Way Sir, near.."

Lalu mendadak sinyal HP ku padam dan tidak berapa lama HP sama sekali tidak bisa digunakan akibat korsleting terkena hujan lebat. Kucoba beberapa kali untuk mengkontak kembali tapi tidak berhasil lalu HP ku mati sama sekali tidak bisa dinyalakan lagi.

Keadaan ini membuat kepala ku menjadi bertambah pusing, lalu mataku berkunang-kunang, kocoba bertahan dengan bersandar di pinggir tembok tol, namun dinginnya udara, pusing di kapala lalu di tambah pandanganku mulai berkunang-kunang membuat kesadaranku semakin lemah. Tidak berapa lama akupun ambruk pingsan di tepi jalan tol.


Bumrungrad Hospital, Bangkok, Room 987, 9th floor

Kesadaran ku perlahan-lahan pulih, mataku membuka tampak cahaya menyilaukan mata membuatku harus memicingkan mata. Tubuhku tampak tertutup selimut rumah sakit, sementara pakaian yang kukenakan kulihat bukan lagi seragam dinas kantor yang biasa kugunakan namun sudah berganti menjadi pakaian tidur rumah sakit. Sementara jarum infus masih tertancap di lengan kiriku. Kutengokan kepala ke kiri dan ke kanan tidak nampak seorang pun di dekatku, kupenjamkan lagi mata mencoba untuk tidur.

Entah sudah berapa lama aku tertidur tidak bisa kuingat, namun tidurku kemudian terganggu oleh suara-suara di sekitarku yang cukup ramai. Ketika kubuka mata dengan agak menyipit akibat cahaya lampu yang cukup terang, samar-samar kulihat ada beberapa orang sedang duduk di sofa yang terletak di dekat tempat tidurku. Terlihat seorang wanita yang ternyata adalah Maureen yang adalah marketing manager di perusahaan, lalu Jack sang Direktur Keuangan dan Akunting, Mr Jones sang Presdir, Mr Kim Direktur Produksi dan Mr Chen HRD Director. Mereka semua prihatin dengan kejadian yang menimpa diriku, namun bersyukur karena aku tidak menderita apa-apa hanya sedikit shock atas kecelakaan yang menimpa diriku.

Sore harinya setelah mereka semua pulang, Anchelly datang menjenguk diriku di rumah sakit. Ia datang membawa sekeranjang buah-buahan segar, sore itu ia nampak cantik sekali dan segar. Seperti baru habis mandi, aroma kesegaran tubuhnya tercium di sela-sela dinginnya AC kamar VIP di rumah sakit Bumungrad. Ia mengecup mesra bibir ku dan memberikan menanyakan keadaan diriku. Ia tahu diriku di rawat di rumah sakit karena tidak sengaja mendengar berita di radio saat sedang mengemudi di jalan raya, bahwa ada mobil dengan plat nomer polisi sama dengan plat nomer mobilku mengalami kecelakaan di jalan tol.

Aku hanya tersenyum kecut saja saat ia memberitakan bahwa mobil ku menjadi populer di berita karena menyebabkan kecelakaan beruntun terpanjang sepanjang sejarah jalan toll di Thailand. Untung saja sim dan surat-surat mobil ku tidak di tahan, karena lewat bantuan orang kantor yang memiliki koneksi ke para petinggi militer dan kepolisian di Thailand mobilku bisa di tarik keluar dari unit kecelakaan jalan raya milik dinas lalu lintas jalan raya Thailand.

Hari Minggu sore tanggal 6 April 2003 aku di perbolehkan pulang setelah lebam-lebam di tubuhku akibat benturan kecelakaan serta bibirku yang sempat pecah sudah sembuh. Aku di jemput oleh sahabatku si Jack yang juga kebagian tugas membereskan urusan tagihan selama aku di rawat. Anchelly sendiri tidak bisa menjemputku karena katanya sore itu ada janji dengan salah satu kliennya.

Setiba di rumah aku mandi dan berendam di bathtub berisi air hangat sambil merenungi nasib. Tak lama akupun tertidur di bathtub yang berisi air hangat tersebut. Dalam tidurku aku bermimpi di datangi oleh guru spritual ku yang sudah lama tidak pernah ku kunjungi, ia berkata "Ingat nasihat bapak nak, jangan main api dengan istri orang, jangan rusak anak gadis orang dan jangan jual beli cinta". Tak lama akupun terbangun karena bayangan dia menghilang dari mimpi ku.


For Goodness of Our Friendship
Minggu 20 Juli 2003, Central Silom Saladaeng Bangkok

Hari Minggu itu aku janjian untuk bertemu dengan Anchelly di salah satu kedai caf lantai tiga Mall Central Silom Saladaeng. Memang bukan urusan mudah untuk betemu dengannya setelah kecelakaan yang kualami. Ia tampaknya seperti berusaha menghindari diriku, cukup aneh kalau dia bilang sibuk terus sementara kalaupun ada waktu luang ia bisa main ke condominium tempat aku tinggal karena tokh ia sudah tahu di mana aku tinggal, tidak selalu aku harus ketemuan di suatu tempat seperti di awal perjumpaan.

Saat itu aku ketemu dengan dia dalam rangka mengganti asuransi mobil yang kupergunakan, karena mobilku saat di perbaiki di bengkel harus masuk bengkel asuransi yang menurutku cukup jelek, karena setelah keluar dari sana masih harus di spooring dan balancing berkali-kali. Menurutku orang-orang di Bengkel tersebut kurang begitu terlatih untuk mengeset mobil-mobil baru, dan hanya mahir sebatas membereskan body penyok saja.

Setelah memarkirkan kendaraan di Emporium Mall Bangkok, aku bergegas naik Skytrain dari BTS Phrompong yang terletak di depan Mall dan melaju menuju Central Silom Saladaeng. Rencananya sehabis mengurus urusan asuransi aku ingin mengajaknya bermain bowling di Central Rama ii sekaligus menghangatkan kembali suasana yang sempat dingin dan kaku beberapa waktu terakhir ini. Setelah mondar-mandir saling mencari dan bertelepon akhirnya kami berjumpa di sebuah caf di lantai tiga mall. Setelah basa-basi sejenak lalu kami duduk saling membicarakan masalah asuransi serta fasilitas pertanggungan yang akan aku dapat jika menggunakan produk yang ia tawarkan. Cukup lama ia mempelajari surat-surat kendaraan dan pertanggungan asuransi yang lama. Lalu ia pun memberikan option penawaran kepada ku, sementara aku memilih untuk mengambil paket asuransi yang bisa langsung service di bengkel resmi dealer bukan di bengkel garasi kecelakaan lalu lintas seperti yang diberikan oleh penjual mobil.

Setelah aku selesai memilih dan menandatangani beberapa dokumen yang di pilihkan olehnya, tidak berapa lama ada telepon masuk ke HP nya. Kemudian selesai berbicara di HP ia memandangku diam agak lama. Lalu ia berkata pelan..

"Dewa, I am so sorry, actually I have been married".
Setengah kaget separuh menjerit aku berkata, "What? When? Why you don't tell me?".
Lalu ia diam sejenak dan berkata, "You know when we first talked on phone on December last year, actually I have been married for a month, I am so sorry Dewa".

Tidak berapa lama datang seorang lelaki chinese Thailand, sudah agak tua, botak gendut persis cukong, dengan pakaian kemeja santai terbuka atasnya menghampiri meja kami. Lalu ia berkata..

"Dewa this is my Husband, honey this is Dewa my client". Aku hanya terdiam dan menyalami sambil terpaksa senyum basa-basi. Tidak berapa lama mereka cabut dan berlalu dari pandanganku.

Beberapa minggu kemudian aku menerima surat dari Anchelly yang menuliskan..

"Dewa, I am so sorry, actually I like you very much, but we must realize that this cannot be done. I have husband, and you still have future still young. We better just as a friend for goodness of our friendship".

Aku hanya melipat kembali surat tersebut, membawanya ke Main Office di lingkungan pabrik, dan memasukannya ke dalam mesin shredder kertas lalu menghancurkannya. Sore itu langit mendung suram sehabis hujan, sesuram hatiku.

*****

Seperti yang di ceritakan oleh seorang teman dalam curhat di sebuah cafe di sudut kota Bangkok.


Tamat