Memori dalam tugas - 3

Chapter Three

Meluncur dengan MB E320 MP-nya, di Jl. Cihampelas dini hari sepulang dari rumah Sylvana, Aryo menyetel keras-keras "Mad About You"-nya Sting. Terlihat ramai saat itu di pusat perbelanjaan Premier, kala Aryo melewatinya. Orang-orang baru turun dugem dari Studio East, sebuah kelab malam terkenal di Bandung. Jalanan pun agak sedikit macet, karena di bawahnya lagi masih terhadang mobil-mobil yang baru keluar dari pelataran parkir S*** L***. Pikiran Aryo kembali menerawang pada kejadian barusan di urmah Sylvana.

"Hehe.. dapet lagi nih, Sylva..!" Pikirnya.
"Lumayan kalo gue ada tugas ke Bandung lagi. Nggak usah cari hotel." Lanjutnya.

Saat itu masih terjadi antrean, tiba-tiba dua orang gadis mengetuk kaca mobilnya.

"Mas,.. Mas Aryoo,!",. Ternyata Risma dan Senny.
"Ngapain kalian disini?", tanya Aryo bingung.
Aryo menepikan sedikit mobilnya di kanan. Bunyi klakson dari mobil belakang terdengar. Tak dipedulikan Aryo.
"Kami abis dugem sama anak-anak EO lainnya, tuch.. pada ngumpul disana..!".
"Bukannya mereka siap-siap?", tanya Aryo lagi.
"Iyaa.. semua udah siap kok Mas, orang security yang kami sewa jaga di Balai Kota, kita-kita diajak Pak Ferry, katanya sih biar fresh besoknya", jawab Senny.
"Kita sih seneng-seneng aja diajakin..", Risma menimpali."Dari mana sih Mas..? mau balik ke hotel lagi..?", tanyanya lagi.
"Ya.. balik ke hotel..".
"Ikut dong nginep dong Mas..", rengek Senny.
"Soalnya udah pagi nih, kagok kalo pulang dulu ke rumah. Kita bilangnya nginep di kantor sih sama ortu", kata Risma menimpali.
"Naiklah..", jawab Aryo kegirangan.
"Ee.. bentar ya Mas, ngambil dulu tas di mobil temen", kata Senny sambil berlari menuju restoran. Dan mobil pun kembali meluncur ke arah hotel.

Sesampainya di kamar, Aryo membuka baju dan celana tanpa risi di hadapan Risma dan Senny, dan berganti dengan kaos oblong ketat dan celana pendek. Risma dan Senny menelan ludah sendiri.
"Heh,.. bengong!, udah, tidur sana!" kata Aryo memberi perintah.

Keduanya lantas mengeluarkan baju ganti dari tasnya masing-masing, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Terdengar suara keran air di hidupkan. Aryo yang sudah terlihat mengantuk, langsung merebahkan diri di ranjang, sambil mengecek schedule untuk besok di HP-nya. Pintu kamar mandi pun terbuka. Risma hanya mengenakan kaos tanpa lengan warna putih tipis yang longgar sehingga memperlihatkan tonjolan payudara tanpa bra, dengan g-string warna hitam. Sedangkan Senny, mengenakan atasan baby doll satin warna pink hingga batas pinggul dengan bawahan dihiasi CD warna senada dengan potongan high cut. Dia pun tidak memakai bra. Batang kemaluan Aryo yang terasa pegal bangkit dari tidurnya, hingga terasa makin pegal akibat percintaan tadi siang hingga malam dengan Sylvana. Keduanya tersenyum ke arah Aryo dan langsung meloncat ke ranjang. Aryo tertawa kecil melihat kelakuan mereka yang seperti anak kecil. Keduanya menciumi pipi Aryo, sambil mengelus-elus dada Aryo. Malah Risma sempat menelusuri batang kemaluan Aryo dengan tangannya. Aryo sebenarnya ingin menikmati lagi kemolekan tubuh merka, namun badannya terasa luluh lantak.

"Heh, gadis-gadis manis.. Aku capek! tidur aja yuuk", kata Aryo sambil menarik selimut menutupi dua pertiga badan mereka.
Dan malam pun berlalu tanpa ada pergumulan birahi diantara mereka.

*****

Chapter Four

Minggu pagi. Ketinganya masih terlelap tidur. Selimut yang menutupi tubuh mereka telah tersingkap. Kaos tipis yang dipakai Risma melelet kesamping lepas dari bahunya, sehingga satu tonjolan dadanya mencuat, walau putingnya masih sedikit tertutup. Baby doll Senny tersingkap ke atas hingga dadanya, sehingga bagian bawah dadanya terlihat. Begitu pula paha mulus dan sexy mereka yang memang terekspos, menambah indahnya pemandangan bagi yang melihatnya.

Aryo menggeliat, dan membuka matanya. Melihat sekeliling, dan akhirnya matanya tertuju pada pemandangan dua gadis tadi. Muncul niat iseng Aryo untuk membangunkan mereka. Disingkapkannya lagi ke atas baby doll Senny, sehingga dua bukit kembar mulus itu makin terlihat indahnya. Dijilatinya satu persatu. Senny menggeliat dan mendesah.
"Ehmmhh..", desahnya.

Begitu sadar dikerjai Aryo, Senny tersenyum.
"Selamat pagi Mas,..", sapa Senny.

Diciumnya bibir Aryo. Aryo pun membalas dengan penuh nafsu. Satu payudara Senny diremasnya, menimbulkan suara desahan manja. Risma terbangun gara-gara suara desahan Senny. Begitu matanya terbuka dan melihat apa yang dilakukan Aryo dan Senny. Rsma segera tersadar bahwa pemandangan yang dilihatnya akan membawa kembali Risma mengalami hal terindah yang pernah dia alami berdua dengan Senny. Seketika itu juga Risma memelorotkan celana pendek Aryo yang sedari tadi telah memperlihatkan tonjolan batang Aryo yang keras. Ujung lidah Risma menari di kepala kemaluan Aryo. Aryo pun mendesah keenakan."Ohh.. ahh.. ssph.. aahh", meluncur desahan nikmat itu dari mulut Aryo.

Kini dada mulus Senny terekspos dengan jelas, setelah Aryo membuka baby doll pink yang dikenakan Senny. Lidah Aryo pun menyapu seluruh bagian dada Senny hingga menjalar ke perut dan akhirnya ke daerha selangkangan Senny. Aryo kini menungging, membuat Risma berbaring di bawah kemaluan Aryo, dan bebas memperlakukan kemaluan Aryo sepuasnya. Aryo perlahan menyingkapkan memelorotkan CD Senny. Dengan lahapnya Aryo menyapu bibir vagina yang telah basah. Sesekali lidah Aryo melakukan penetrasi ke dalam vagina Senny, membuat Senny bergerak-greak menggelinjang menikmati sensasi yang ditimbulkan lidah Aryo.

Risma sibuk dengan permainannya. Kuluman mulutnya dikombinasikan dengan genggaman mengocok di kemaluan Aryo. Jilatan Aryo di bibr vagina Senny semakin menggila. Senny pun semakin mendesah dan meremas-remas payudaranya sendiri, sambil sesekali putingnya dipilin. Senny semakin tegang, himpitan paha mulus Senny di kepala Aryo semakin menguat.
"Mas.. akkhu.. nggak tahannh.. akhu ngg.. AAhh", Hingga akhirnya Senny melenguh panjang. Pantatnya sedikit terangkat untuk memaksimalkan kenikmatan yang sedang diraihnya. Mulut Aryo banjir dengan cairan puncaknya Senny. Sampai akhirnya Senny pun terkulai lemas.

Saat itu tidak disisa-saiakan Aryo. Aryo bangkit dan membuka paha Senny, membuat Senny mengangkang. Kemaluannya diarahkan ke vagina Senny. Diusap-usapkannya sebentar dan perlahan, batang itu amblas, sedikit demi sedikit di vagina Senny. Aryo mempercepat gerakan maju mundurnya. Risma menghampiri Senny, berbaring di sisi Senny. Lidahnya menjilati payudara Senny dan satunya lagi diremasnya. Senny berteriak minta ampun pada Aryo.

Melihat Senny sudah kepayahan, lantas Aryo menyuruh Risma menungging. Tubunhya berada di atas Senny, dan mukanya tepat berada di atas dua gunung kembar Senny. tak menunggu waktu lagi, Aryo membenamkan penisnya.. bukan di vagina Risma, tetapi di anus Risma!, setelah sebelumnya, ludah Aryo membasahi seluruh kemaluan Aryo.

"Bless..", sedikit-demi sedikit batang besar berurat itu masuk menyeruak di anus Risma.
Risma sedikit berteriak, menengadahkan mukanya, dan tidak jadi melumat payudara Senny. Gerakan maju mundur Aryo semakin cepat. Risma semakin berteriak tak karuan, seperti sedang menangis. Senny yang berada di bawah Risma, beringsut mundur dan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Melihat pemandangan yang indah itu, Senny pun ikut terangsang, melakukan masturbasi, dengan mengusap-usap vaginanya, sesekali menusukkan jarinya, dan tangan satunya lagi meremas payudara montoknya.

Aryo merasa puncaknya sudah dekat, mempercepat gerakannya. Risma yang masih menungging kepalanya rebah ke ranjang. Risma terlihat pasrah, dengan lenguhan-lenguhan panjang terputus-putus keluar dari mulutnya. Hingga akhirnya Aryo mengejang, dan memuntahkan cairan kenikmatannya di anus Risma. Panjang benar puncak yang diraih Aryo. Perlahan Aryo mencabut penisnya, yang berlumuran sperma. Cairan yang berada di dalam anus Risma pun berleleran keluar mengalir perlahan menyusuri paha mulus Risma manakala Aryo mencabut batangya. Aryo pun rebah ke ranjang. Risma yang masih belum mendapatkan puncaknya, mencoba memasukkan batang Aryo yang masih tegak dan basah. Risma bergerak-gerak turun naik dengan cepat, tidak mau menyia-nyiakan batang Aryo yang masih tegak, yang sebentar lagi akan melemas. Aryo semakin marasa pegal pada kemaluannya. Tadinya dia tidak ingin meneruskan, namun kasihan pada Risma yang telah ia sodomi. Nasib baik berpihak pada Risma. Akhirnya Risma pun mendapatkan puncaknya, dan rebah di samping Aryo kecapean.

Aryo meraih jam tangannya. Pukul 08.45, 45 menit lagi menjelang pelaksanaan event. Aryo tenang saja, toh karena lokasi pelaksanaan event itu tidak jauh dari hotel tempatnya menginap. Aryo bangkit dan mengajak dua gadis yang masih terkulai lemas tiu untuk mandi bersama.

"Girls c'mon.. waktunya tinggal dikit lagi nih.. ntar kalian dimarahi Pak Ferry lho".
"Ntar dong Mas, nyawaku nih masih melayang.. Lagian kami khan masih capek..! koq Mas Aryo nggak capek sih..?", tanya Senny sambil tersenyum menyiratkan kebahagiaan sejati masih dia alami. Aryo hanya tersenyum saja, dan merasa bersyukur bahwa selama ini fitness yang dilakukannya dua hari sekali sangat bermanfaat untuk menjaga ketahanan tubuhnya.
"Aku nggak kunci kamar mandinya yaa..", kata Aryo sambil berjalan gontai menuju kamar mandi.
"Ikuut!", balas mereka lagi, sambil menghambur mengejar Aryo yang berlari juga menuju kamar mandi. Silakan bayangkan apa yang terjadi di sana.

Siang itu di Balai Kota. Aryo terlihat sporty, mengenakan jeans stone whased, dengan atasan kaos oblong. Kacamata hitam turut menghiasi wajahnya, menutupi teriknya matahari Bandung saat itu. Terlihat Aryo sedang berbincang dengan Pak Ferry, pemilik EO lokal, dan sesekali berbincang juga dengan para crew, memberi perintah, di samping panggung.

Hingar-bingar musik mewarnai panasnya hari itu di Balai Kota. Anak-anak ABG di depan panggung berjingkrak-jingkrak di depan panggung dengan semangat dan berteriak-teriak memberi support pada band-band yang tampil di depan panggung yang tidak lain adalah teman-teman mereka juga. Aryo melihat sekeliling, tentunya mencari pemandangan indah, cewek-cewek Bandung yang terkenal cantik. Toh, walaupun punya pengalaman dengan beberapa cewek saat kuliah di Bandung, cewek-cewek Bandung tidak pernah membuat Aryo bosan.

Saat melihat-lihat sekeliling penonton yang memang ramai, mata Aryo tertuju kepada seorang wanita, rambut panjang berbando lebar. Memakai kaos putih lengan panjang ketat, dengan tas kecil bertali menyilang di dadanya. Memang dia agak berada di luar kerumunan, saat Aryo melihatnya.

"Diana..!", teriak Aryo dalam hati.
Aryo lantas berjalan dengan sedikit berlari mencoba menghampiri Diana, menembus kerumunan penonton. Berjuang, diantara desakan penonton yang histeris, malah sempat kaki Aryo terinjak oleh salah satu penonton yang berjingkrak.

Ketika sampai pada tempat yang dituju, Aryo kehilangan Diana. Aryo kembali celingukan, mencari Diana, diantara kerumuan penonton, tapi tak mendapatkan hasil. Kembali Aryo harus berjuang untuk menuju depan panggung. Terduduk Aryo di samping panggung. Aryo menyalakan Marlboro merahnya.
"Pffuhh..", asap putih mengepul keluar dari mulutnya.
Pikirannya menerawang kembali seperti ketika bertemu dengan Sylvana.
"Ahh.. sudahlah.. romantisme jaman dulu", ujarnya dalam hati.
Kembali Aryo melanjutkan aktivitasnya mensupervisi event tersebut.

Sore menjelang malam, Naif menutup event itu dengan meriah. Penampilan David saat itu memang gila. Dengan pakaian gaya Seventies, dan muka dihiasi kacamata lebar, membuat lucu penampilannya. Penonton pun puas dengan penampilan mereka. Seiring dengan berakhirnya lagu yang bertajuk Aku Rela, penonton pun bersorak, bertepuk tangan riuh.

Penonton pun bubar, hengkang dari tempat itu sedikit-demi sedikit. Akhirnya hanya tersisa crew panggung dan acara yang sedang membereskan perlengkapan dan area sekitar. Aryo berbincang kembali dengan Pak Ferry. Senyum puas pun tersungging di wajah Aryo.

"Oke, Mas Aryo, laporannya akan saya siapkan besok ya, berangkat jam berapa besok ke Jakarta?", tanya Pak Ferry.
"Nggak usah buru-buru Pak, saya masih punya dua hari lagi di Bandung.
"O.. Iya..!,.. oke deh Mas, aku meeting evaluasi dulu yaa, bareng anak-anak.., mereka dah menunggu..!", kata Pak Ferry, dan meninggalkan Aryo sendirian.

Aryo melipat tangannya di dada.
"Hmm.. What a busy days.., " gumam Aryo. Ya, busy with love, busy with ladies, busy with all of the past romances things, and that is Aryo.

Saat Aryo melamun sendiri menghadap panggung yang sedang dibereskan terasa seseorang menepuk bahunya dari belakang. Aryo menoleh, Diana..!

"Halo Om yo..!" sapa Diana lembut. Masih mengenakan setelan yang sama seperti tadi siang. Diana terlihat cantik. Aryo terpaku dengan mata berbinar. Tak sepatah kata pun muncul dari mulut Aryo. Lama sekali.
"Hallo.. Om Aryo.. Earth calling Aryo.. Earth calling Aryo.. commin Arryo!", kata Diana yang memang suka bercanda.
"Ha.. ha.. ha.. ha..!", Aryo terbahak.
"Dasar anak Gila!", kata Aryo sambil memencet hidung Diana.
"Aduh, sakiit",
"Biarin.., biar pesek hidungmu, biar enak kalo lagi nyium kamu".
"Iih, Om Aryo masih genit deh,..", balas Diana memencet hidung Aryo.

Diana kini telah menjadi gadis dewasa. Saat Aryo meinggalkan Melinda, Diana masih seperti ABG. Ya, Diana adalah keponakan Melinda.

"Kok tahu aku disini?".
"Aku tahu Om yang ngerjain ini..".
"Tahu dari mana..?".
"Orang iklan pasti tahu Om,.. aku kerja di periklanan di Bandung, kantor kecil sih, diajakin temen, tapi aku suka Om, bayak tantangan.. lihat aja Om sendiri..!", kata Diana menjelaskan.
"Jadi apa kamu disana..?"..
"Jadi AE.. sama kayak Om".
"Salah. aku Senior Account Executive, dua tingkat diatas kamu, setelah Associate, hehehe..!", jawab Aryo.
"Tapi yang penting tugasnya sama.. gaet klien, pelihara dan di maintain. apalagi kalo kliennya cakep", jawab Diana
"Anak pinter..", ucap Aryo kembali memencet hidungnya Diana.
"Auu.. sakiit.. Om!", rengeknya lagi.

Diana, kini 26 tahun. Berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Beda cuman 5 tahun dari tantenya Melinda. Dulu masih imut, dengan dandanan gaya anak ABG. Mereka berdua berjalan ke pinggir, dekat dengan pembatas parkir mobil dan duduk disana.

"Apa kabar tantemu..?", tanya Aryo mengalihkan pembicaraan ke arah yang lebih private.
"Baik,.. Malah dia bilang Om Aryo SMS dua hari yang lalu".
"Kamu tahu..?".
"Tahu, tante Mel cerita koq, malah juga dia cerita Om Aryo nggak angkat HP-nya waktu tante Mel nelepon balik".
"Aku ketiduran,.. Trus kelupaan mau nelepon balik, sibuk", sergah Aryo merasa diingatkan kembali.
"Iya, Om, aku tahunya kemaren kok waktu aku mampir ke rumah Tante Mel".
"Trus, kamu kok nggak ajak Tante Mel kesini..?".
"Nggak ah, daripada aku jadi kambing congek.. Pasti Om Aryo sama tante Mel nggak mau diganggu.. trus aku jadi kambing congek deh.. khan bete.. digituin..!", jawabnya lagi.

Diana memang tahu bagaimana cintanya Aryo sama tantenya. Tapi dia pun kagum juga dengan laki-laki itu, walaupun tahu Aryo sudah sepenuhnya milik tantenya. Namun di luar dugaan, Aryo pun menyambut kemolekan tubuh Diana dengan senang hati. Diana tidak kecewa dengan keadaan itu. Yang penting berada di pelukan kekasih tantenya membaut dia merasa nyaman dan terlindungi, terlebih, kebutuhan seksualnya selaku ABG yang kala itu menggelora terpenuhi, daripada harus dipuaskan dengan anak-anak sebayanya yang hanya mengandalkan nafsu semata. Dipelukan Aryo, Diana merasa menjadi wanita dewasa, toh, walaupun Aryo punya pandangan lain tentunya.
"Kenapa baru sekarang Om hubungi Tante..?", kembali Diana membuka percakapan.
"Aku.. aku", Aryo terbata mencari alasan yang tepat.
"Kenapa nggak pernah juga Om hubungi Diana..?", tanya Diana lagi.

Aryo semakin bungkam. Sulit rasanya untuk berkata bahwa perselingkuhan tantenya dengan Reza, teman kantor Melinda di sebuah bank di bilangan Asia Afrika Bandung membuat Aryo menutup diri dari keduanya.

"Om Reza ya..!" Diana menjawab sendiri pertanyaannya.
Aryo menoleh pada Diana dan memandangnya lama, kemudian tersenyum.
"Sudahlah gadis kecil. Semua itu sudah berlalu, toh, aku juga sudah memaafkan tantemu" jawab Aryo yang kembali menyalakan rokoknya. Bangsat, kenapa nama itu muncul kembali di pikiran gue, pikir Aryo.
"Mereka nggak jadi nikah koq Om,!", lanjut Diana lagi.
"Koq bisa..?" tanya Aryo. Matanya agak sedikit berbinar mendengar kabar dari Diana.
"Iya, aku pikir juga mereka mau nikah.. udah urus sana-urus sini tapi belakangan ini merka bertengkar mulu. Nggak tahu apa yang diributin, tapi ujung-ujungnya kalo tante Mel dah nyampe rumah pas aku lagi nginep di sana, pasti aja matanya sembab dan ada bekas memar di bagian-bagian tubuhnya", jawab Diana lagi, menjelaskan.
"Maksud kamu?".
"Tante Mel, sering dipukulin sama Om Reza.. Om".
"Emang kamu pernah lihat..?", tanya Aryo sedikit menginterogasi.
"Nggak secara langsung sih, cuman, pernah kita jalan bareng bertiga, abis dari BSM, mampir ke rumahnya Om Reza. Nah, disitu aku dijemput temen. Lantas aku tinggalin mereka berdua".
"Terus..?".
"Pas aku mau pulang lagi ke tempat Om Reza, aku ditelepon Tante Mel supaya aku langsung balik ke rumah Tante, karena Tante Mel sudah ada di rumah. Begtu aku nyampe di rumah tante Mel.., akhirnya terbongkar rahasia Om Reza yang suka nyiksa tante Mel"
"Emang tantemu cerita?".
"Lengkap dengan bukti-bukti, yang akhirnya kami bilang sama eyang, bahwa Om Reza emang begitu,.. trus nggak jadi deh mereka nikah", jelasnya lagi.
"Kapan tuh kejadiannya?", tanya Aryo yang terus memancing.
"Dua bulan lalu Om, ", jawab Diana lagi."Tapi aku seneng sih, Om Reza putus dari tante Mel..".
"Kenapa seneng?", tanya Aryo menggoda Diana, sambil tersenyum
"Ih.. si Om nih yang pastinya, tante Mel bakalan deket lagi sama Om.., dan Aku juga jadi deketan lagi sama Om..", jawab Diana sambil merangkul Aryo.
"Dasar anak kecil.. tahu enaknya aja. Emang tante mu masih mau sama aku..?", tanya Aryo lagi sambil memencet hidung Diana lagi.
"Udah om ah.. ntar bener-bener putus idung Diana niih.., Om, coba deh Om telepon lagi.. tante Mel deh", bujuk Diana pada Aryo.
"Oke.. oke.. jangan buru-buru dong ah, biarkan Tantemu menikmati kebebasan barang sejenak.. ya.. siapa tahu tantemu bisa mendapatkan yang lebih baik dari Aku, Diana..", kata Aryo pada Diana, sambil mengusap-usap kepala Diana.
"Aku ada makan malam bentar lagi sama Kapolwil.. kamu mau ikut gak..?", ajak Aryo.
"Pake baju ginian Om..? Nggak pantes lah.. Masa sih?", tanya Diana sambil melihat baju yang dikenakannya.
"Gampang, mampir dulu di BIP yuk..", ajak aryo sambil menarik tangan Diana.
"Eeh.. sekarang Om..?" tanya Diana lagi.
"Iyaa.. ayo cepet buruan, ntar abis dari BIP, mandi di kamar hotel aku, trus ganti baju..", lanjut Aryo.

Keduanya berjalan ke arah mobil Aryo dan meluncur ke mall dekat balai kota. Disana Aryo memilihkan baju yang sesuai dengan acara makan malam nanti. Setelah selesai berbelanja, keduanya segera meluncur ke arah hotal tempat Aryo menginap, cuman 10 menit sampailah mereka di kamar Aryo.

Bersambung . . .