Bangkitnya nafsu asmara

Para pembaca, kenalkan namaku Mifta. Aku adalah seorang janda, umurku saat ini 30 tahun kurang 2 bulan. Aku akan menceritakan pengalamanku, yang tiada siapa pun yang tahu, hanya pada pembacalah aku bagi kisahku ini.

*****

Enam tahun yang lalu aku resmi bercerai dengan suamiku, karena dia tak bertanggung jawab dan berpaling pada wanita lain. Kalau kuingat saat itu, betapa hatiku terasa hancur berkeping. Setelah mengetahui kalau suamiku tak setia dan main gila dengan wanita lain di belakangku.

Semenjak aku menjanda, aku tak mau berkenalan dengan lelaki manapun, karena aku takut jatuh hati dan hal yang telah aku alami terulang lagi. Karena kupikir setiap lelaki itu sama saja, suka menyakiti perasaan wanita yang begitu lembut, dan suka meremehkan wanita.

Akhirnya aku sangat benci pada setiap lelaki. Aku tutup pintu hatiku untuk setiap lelaki yang menaruh hati padaku. Bahkan boleh dikatakan rasa cintaku sudah mati dan kukubur dalam dalam. Hal seperti itu sampai berlangsung lima tahun. Sampai akhirnya, aku mengenal seorang lelaki keturunan India, Roy namanya.

Tiga tahun lamanya sudah aku mengenal dia, tapi hanya sebatas kenal saja. Aku sangat kagum dengan penampilannya. Setiap gerak gerik dan segala tingkah lakunya sungguh membuatku ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Kejujuran dan tingkah lakunya yang sopan dan juga tutur sapanya yang lembut sungguh membuatku semakin kagum padanya.

Lama kelamaan seperti ada perasaan yang lain di hatiku. Seakan-akan ada bara asmara yang timbul di hatiku. Perasaan asmara yang sekian lama mati kini perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Apabila aku sedang melihat Roy, hatiku terasa begitu syahdu, dan kalau lama tak melihat dia hatiku terasa sangat rindu.

Aku sangat heran, kenapa bisa jadi begini. Aku sudah berusaha membuang perasaan asmaraku pada Roy, tapi aku tak mampu. Kebaikan dan kejujuran Roy telah mampu membangkitkan asmaraku yang telah sekian lama mati. Lama kelamaan benih-benih asmara di hatiku tumbuh dengan suburnya, sehingga aku tak mampu membendungnya lagi.

"Apakah Roy juga merasakan seperti yang aku rasakan?", batinku bertanya tanya.

Akhirnya kuputuskan untuk mengirimikan email padanya. Ternyata emailku mendapat jawaban seperti yang aku harapkan. Aku gembira sekali karena aku mendapatkan tanda lampu hijau. Sungguh aku tak menyangka messageku mendapat sambutan hangat. Maka di setiap kesempatan aku selalu saling berkirim email dengan Roy. Kata-kata manis dan mesra juga kata-kata asmara dan hasrat selalu kubaca di mailbox-ku. Perkataan cumbu rayu saling membalas.

Sampai suatu hari di rumah Roy, tepatnya di Hayes, keadaan di rumahnya sangat sepi dan sunyi. Hanya aku dan Roy saja. Saat itu pukul sepuluh pagi. Aku dan Roy berada di ruang tamu. Kami berdua mengobrol ngalor ngidul dan akhirnya Roy memasukkan DVD. Dia memasukkan film porno yang berjudul 'Ice Woman'.

Aku duduk di karpet dekat Roy, sambil menyaksikan permainan di layar televisi. Setelah kurang lebih sepuluh menit film berputar, aku melihat duduk Roy mulai gelisah. Aku merapatkan dudukku ke Roy. Kini aku dan dia duduk sangat rapat, dan sekarang tangan Roy mulai nakal, jari-jarinya mulai merayap ke dadaku dan akhirnya menyusup ke balik bajuku, kemudian menyusup ke dalam BH-ku mencari puting payadaraku.

"Mifta, sudah lama aku ingin bercinta denganmu sayang?" katanya penuh nafsu.
"Aku juga Roy" kataku.
"Mifta sayang, bolehkah aku minta tubuhmu sekarang?" katanya.
"Tentu saja Roy, aku kan juga menginginkan kamu?" jawabku.
"Aku buka pakaianku ya?" katanya.
"Baiklah sayang" kataku.

Kemudian Roy melepaskan pakaiannya satu persatu termasuk CD-nya, sehingga dia kini sudah telanjang bulat. Betapa mataku sangat terbelalak ketika melihat kontol Roy yang sudah berdiri dengan gagahnya dan juga sangat besar. Bulu kudukku merinding takut, melihat besarnya kontol Roy itu. Dan aku tertegun sejenak.

"Ada apa mifta?" katanya.
"Tidak ada apa apa" jawabku gugup.
"Aku buka pakaian kamu ya?" katanya.
"Silakan sayang" kataku.

Kemudian Roy melepaskan pakaianku satu persatu, termasuk BH dan CD-ku, sehingga aku sekarang telah betul-betul bugil. Tangan kanan Roy terus mempermainkan puting payudaraku, sedangkan tangan kanannya mempermainkan klitorisku. Lidah Roy tak tinggal diam, dia terus beraksi menjilati leherku dengan sangat lihai sekali. Aku tak tinggal diam, tanganku melingkari kontol Roy yang besar dan mengocoknya. Tangan Roy terus menggelitik klitorisku, sehingga membuat aku menggelinjang keenakan.

"Terus.. Roy, ee.. nak.. sekali rasanya Roy," kataku tak karuan.
"Kocokanmu juga enak Mifta," katanya juga.

Rasa geli dan nikmat yang kurasakan betul betul membuatku tak tahan.

"Roy, masukkan sekarang ya? Aku sudah tak tahan?" pintaku.
"Baiklah Mifta, aku juga sudah tak tahan." katanya.

Kemudian kontol Roy diarahkannya ke memekku, tanganku membimbingnya supaya tak meleset. Sedikit demi sedikit Roy menekan kontolnya ke memekku. Rasanya sedikit sakit, tapi bercampur nikmat.

"Mifta, memekmu sangat seret dan enak sekali!" katanya.
"Apa betul Roy?" kataku. Memang memekku terlalu kecil untuk ukuran kontol Roy yang besar itu. Sungguh aku tak menyangka memekku yang kecil mampu menampung kontol Roy yang begitu besar.

Setelah kontol Roy masuk semuanya, Roy mulai menggenjotnya perlahan-lahan. Aku pun ikut menggoyangkan pantatku seirama dengan gerakan Roy. Kadang kadang aku memutar pantatku sehingga rasanya lebih nikmat menurut Roy. Rasa enak dan nikmat yang kami rasakan sungguh tiada bandingannya. Sedikit demi sedikit Roy mempercepat gerakannya dan nafasnya mulai terengah-engah tak teratur. Aku pun tak tinggal diam, kuangkat pinggulku supaya kontol Roy dapat masuk lebih dalam.

"Mifta, aku tak tahan dan mau keluar," katanya.
"Sebentar ya? Aku juga mau sampai," kataku. Kemudian kami saling berpacu dan akhirnya..
"Mifta, aku keluar," katanya.
"Aku juga, kita keluarkan sama sama ya?" pintaku.
"Kamu siap?" tanyanya.
"Ya, aku siap," jawabku.

Lalu akhirnya kami sama sama mencapai nikmat yang selama ini belum pernah kami rasakan. Kami berdua sama-sama lemas, seakan kehabisan tenaga. Lalu kami beristirahat sejenak, baru kemudian tangan Roy mulai nakal lagi. Dia mulai mempermainkan putingku sehingga nafsuku kembali bergairah. Bibir kami kembali berpadu, dan tangan kami sama sama liar. Kontol Roy sudah berdiri tegak lagi bagai pentungan yang siap memukul mangsa.

"Mifta, aku mau lagi sayang?" pintanya.
"Aku juga Roy," jawabku setuju.

Roy kembali mengarahkan kontolnya ke memekku lagi. Tanganku kembali membantunya supaya lebih mudah masuk. Setelah kontol Roy betul betul masuk, Roy mulai menggenjotnya. Kali ini genjotan Roy lebih bersemangat. Setelah sepuluh menit Roy menggenjot kontolnya, Roy membalikkan tubuhku.

"Ganti posisi ya Mifta? Aku sedikit letih." katanya.
"Baiklah Roy, aku bersedia," jawabku. Kemudian aku menggerakkan pinggulku ke atas dan ke bawah, kadang kadang kuputar-putar.
"Aauuhh.. Mifta.. Enak.. Sekali," kata Roy.

Aku terus menggoyangkan pinggulku ke atas dan ke bawah tanpa menghiraukan racauan Roy. Kali ini kami berdua sama-sama bertahan lebih lama. Setelah aku letih berada di atas, kini kami mengubah style.

"Mifta, style doggy ya?" pintanya.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau mari kita coba," jawabku.

Kami melakukan gaya doggy, ternyata gaya ini rasanya sangat enak dan nikmat sekali. Dulu aku tak pernah melakukan gaya seperti ini. Roy terus menggenjot kontolnya dengan begitu bersemangat.

"Roy, kontol kamu enak sekali," kataku.
"Apa benar Mifta?" jawabnya.
"Memang ini benar, dan aku tak bohong," jawabku.

Rasa nikmat yang kurasakan semakin memuncak. Genjotan Roy pun semakin tak karuan, sekarang gerakan Roy sudah mulai cepat. Aku pun menggerakkan pinggulku seirama dengan gerakan Roy. Akhirnya Roy mencabut kontolnya dari memekku, dan memintaku telentang. Setelah aku telentang, Roy naik ke atasku dan kembali memasukkan kontolnya ke memekku dan menggenjotnya. Kini genjotan Roy semakin mantap dan terasa sangat dalam dan sangat enak sekali. Roy mempercepat gerakannya.

"Mifta, aku mau sampai," katanya.
"Aku juga Roy," jawabku. Kami berdua berpacu dalam nikmat, dan akhirnya..
"Aku keluar lagi sayang," katanya.
"Aku juga Roy," jawabku.

Akhirnya kami berdua sama sama mencapai puncak kenikmatan dan keluarlah lahar dari kontol Roy juga dari memekku. Dan kami berdua sama-sama lemas dan terkulai di atas karpet. Setelah kami melepas lelah, kami pergi mandi supaya badan kami nampak segar. Sehabis mandi, kami berdua duduk-duduk di sofa sambil berbincang.

"Mifta, kalau kapan kapan kamu mau, bilang saja ya?" kata Roy.
"Memangnya kamu mau lagi?" kataku.
"Ya pastilah! Siapa yang mau mau nolak nikmatnya memek kamu yang seret itu?" katanya.
"OK, kalau aku mau, aku akan beritahu kamu" jawabku.

Akhirnya setiap ada kesempatan selalu kupergunakan untuk bercinta dengan Roy. Kadang kadang seminggu sekali dan kadang kadang lima hari sekali, aku bermain cinta dengannya. Hal tersebut sampai sekarang masih tetap berlanjut.

*****

Begitulah para pembaca, kejujuran dan kelembutan perkataan Roy, mampu membangkitkan hasrat asmaraku yang selama ini hampir musnah. Bahkan sudah hampir mati.

Buat Roy, kalau kamu kebetulan sedang membaca ceritaku ini, semoga kamu mengetahui betapa aku sangat cinta kamu, tapi aku tak pernah mengatakannya padamu, karena itu tidak mungkin. Dan betapa aku selalu merindukanmu Roy! Roy, bacalah ceritaku ini sambil hayatilah isinya. Dan baru kemudian kamu akan tahu isi yang terkandung di dalamnya.

Dan bagi para pembaca, semoga kalian sedikit terhibur dengan kisahku ini, walau tidak begitu seru. Aku memang tidak pandai menambahi ataupun mengada-ada. Itu semua kutulis menurut aslinya saja. Mungkin para pembaca sekalian kurang bernafsu di saat membaca kisahku ini. Tapi hanya itu saja yang dapat saya persembahkan untuk kalian semua.

Kalau di antara pembaca ada yang ingin berkenalan denganku, silakan kirim email untukku, pasti secepatnya akan kubalas walaupun aku begitu sibuk. Salam untuk semua pembaca.

Tamat