Permainan usai live show - 2

Sementara di Altar, aku melihat kedua insan berlainan jenis itu sudah melakukan sanggama dengan gerakan-gerakan yang sangat indah dan merangsang. Sang cowok sedang asyik menyetubuhi si cewek dengan posisi konvensional, dimana laki-laki berada di atas dan wanita berada di bawah. Ada sekitar 10 menit mereka mempraktekkan posisi tersebut, kemudian si cowok tampak menarik si cewek dan membuat posisi doggy style. Si cowok terlihat mulai memasukkan penisnya dengan tenang, sementara si cewek terlihat merintih kesenangan dengan mengeluarkan desahan yang membuat penonton yang berjumlah sekitar 80 orang itu ikut-ikutan terangsang.

Dengan penuh kosentrasi, si cowok mulai menggenjot vagina si cewek dengan penisnya yang keluar masuk dengan mengeluarkan suara kresek-kresek disebabkan vagina si cewek yang mulai basah. Berapa adegan diperagakan kedua insan berlain jenis itu, baik posisi berdiri, bersandar ke dinding maupun dengan posisi "gunting", dan mengakhiri permainan tersebut dengan si cowok memuntahkan spermanya di muka si cewek, yang disambut dengan jilatan lidah si cewek membersihkan sperma si cowok dibatang penisnya, dan kemudian menghisapnya hingga penis si cowok mengendur.

"Kita kembali ke hotel, Sandy. Aku sudah tak tahan nih," ujar Aol sambil mengajakku kembali ke hotel. Akupun berdiri tanda setuju. Sambil merengkuh pundaknya, aku meninggalkan tempat hiburan esek-esek tersebut, dan Aol juga ikut memelukku dengan manja.

Begitu sampai di hotel dan menutup pintu kamar, dengan tak sabaran aku langsung merebahkan Aol di tempat tidur yang empuk dan lebar. Segera kutindih tubuh mulus dan sangat sintal itu, sambil menciumi bibirnya yang merekah dan sedikit basah.

"Ah, Sandy..," desahnya.

Aku terus menciumi bibirnya dan berpindah ke pangkal telinganya sambil berusaha membuka kaos ketat yang masih membungkus tubuhnya. Ia mengangkat sedikit punggung dan kepalanya untuk memudahkan diriku mencopot pakaiannya, kemudian melepas pengait BH-nya dari belakang dengan satu tangan kananku, dan mencampakkan BH-nya begitu saja di pinggir ranjang.

Aku terus menciumi pangkal telinganya dan terus berpindah ke lehernya yang jenjang itu. Kemudian ciuman aku alihkan ke puting payudaranya yang berwarna coklat kemerah-merahan yang sudah terasa keras dan menjulang. Sambil terus menggumuli tubuhnya yang molek itu, tanganku mulai beralih dengan menarik resluiting rok mini yang dipakainya. Sekali tarik, rok yang dipakainya terlepas dari pinggulnya yang bahenol itu, sehingga terlihatlah CD warna putih menutupi bongkahan kecil yang sudah mulai basah di sela selangkangannya.

Aol aku lihat juga tidak tinggal diam. Karena aku dilihatnya masih mengenakan pakaian lengkap, iapun langsung membuka satu-persatu kancing bajuku dan melepasnya, yang dilanjutkan dengan membuka kaos singlet yang kupakai. Setelah itu itu, seperti tak sabaran ia lalu menurunkan resluiting celana jeans ku. Karena jeans itu agak sempit, akhirnya aku bantu untuk melepaskannya, sehingga tinggalah kami berdua hanya memakai CD saja.

Aku terus saja menindih tubuhnya dan menghisap puting susunya yang semakin mengeras itu. Sementara Aol, dengan menggapai-gapaikan tangannya menarik kepalaku ke atas, dan langsung menyergap bibirku dengan bibirnya yang ranum itu. Lidah kami saling bermain di rongga mulutnya, sementara tanganku sibuk meremas-remas payudaranya, dan sekali-sekali tanganku turun ke bawah mempermainkan sekitar lubang vaginanya dari balik CD yang masih melekat di tubuhnya.

"Ah, Sandy. Enak..," erangnya tertahan.

Aku tetap menghisap lidahnya dengan rakus, dan kemudian jilatanku pindah ke belakang daun telinganya yang aku tahu sangat sensitif untuk membangkitkan gairah seksnya. Ia menggelinjang menahan nikmat, sehingga aku mengetahui bahwa ia sudah tak sabaran lagi. Dengan sekali tarik, Aol berhasil melepas CD-ku dan langsung meraba penisku yang mengacung serta sudah mengeras dari tadi. Dengan lahapnya, ia mengulum dan menghisap penisku, sehingga membuat aku merasa geli dan semakin terangsang.

Aku sepertinya tak mau menang sendiri. Aku lalu merebahkan diri dan menarik Aol menindih tubuhku dengan posisi "69". Sementara Aol asyik mempermainkan penisku dengan lidahnya, akupun asyik menghisap dan menjilati clitoris yang sudah menyembul dari lubang vaginanya. Setelah sekitar 10 menit kami mempermainkan alat kelamin lawan, akhirnya aku merasakan tubuh Aol mengejang tanda ia akan mencapai orgasmenya yang pertama. Aku jadi semakin ganas menghisap dan menjilati lubang vagina Aol, sehingga akhirnya aku merasakan pinggul Aol terangkat dan tiba-tiba mulutku dibasahi lendir yang membanjir keluar dari vagina Aol. Sejenak aku memberikan kesempatan untuk Aol guna menikmati orgasmenya itu.

"Ogh, aku ke.. luar Sandy..," erangnya sambil mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan.

Setelah kulihat Aol sedikit tenang, Aku lalu menarik tubuhnya dan minta ia menungging membelakangiku, untuk bersanggama dengan gaya doggy style. Gaya sepasang insan dalam live show tadi kembali membayang dibenakku, dan akupun mencoba gaya tersebut dengan Aol. Ternyata gaya tersebut cukup ampuh untuk membuat Aol menjerit histeris menahan nikmat yang tiada tara. Dapat kurasakan bagaimana pinggul Aol ikut bergoyang sehingga penisku seperti dipijat-pijat dan dijepit sesuatu.

Dengan tetap menggenjot vagina Aol yang terasa legit, tanganku menggapai payudara Aol yang menggantung dengan bebas dan meremas-remasnya. Aol mengeluarkan rintihan sebagai tanda ia sangat menikmati permainanku itu. Setelah beberapa menit ketika aku lagi asyik-asyiknya menggenjot vagina Aol dari belakang, aku rasakan Aol sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panas dari vaginanya.

"Oh, Sandy. Kamu benar-benar hebat, aku su.. dah mau ke.. luar..," Aol mendesah tertahan.

Dan tiba-tiba aku merasakan batang penisku terasa panas oleh cairan yang keluar cukup banyak dari vagina Aol. Kembali aku memberikan kesempatan kepadanya untuk menikmati orgasmenya yang kedua, sementara aku masih mampu menahan diri untuk tidak jebol. Perlahan-lahan, setelah aku melihat Aol mulai tenang dan siap melanjutkan perterungan ronde berikutnya, aku minta agar Aol menelentang.

Tak sabar aku menyaksikan Aol yang telah telentang, aku lalu merangkak dan menindih tubuh Aol yang ramping dengan perut datar itu, dan mulai menciumi bagian-bagian sensitif dari tubuh mulus itu. Seketika Aol kembali terangsang, dan mulai mencari-cari penisku serta meletakkannya tepat di lubang vaginanya.

"Sandy, ayo masukkan. Aku sudah tak tahan lagi," ujar Aol.

Aku tidak menghiraukan permintaan Aol itu, dan terus saja menciumi bagian-bagian sensitif yang ada pada tubuhnya. Ciuman demi ciuman terus aku lakukan dari bibir, terus berpindah ke belakang daun telinganya dan leher jenjangnya. Di lehernya yang jenjang itu, aku gigit sehingga membuat ia kembali mengeluarkan jeritan tertahan.

"Oh, Sandy. Please, aku sudah tak tahan lagi," pintanya dengan mata sayu karena menahan nikmat.

Akupun tak sampai hati membiarkannya menderita menahan nikmat. Aku langsung menekan pinggul dan karena lubang vaginanya sudah licin, sebentar saja seluruh batang penisku sudah amblas masuk ke vagina Aol. Bless..! Aku mulai menggoyang vagina Aol dengan penisku, menirukan gaya yang aku tonton dalam pertunjukan live show tadi. Makin lama kocokanku semakin cepat, dan Aol mulai menceracau tak karuan dalam bahasa Thailand yang sama sekali aku tidak mengerti.

Setelah sekitar 25 menit berlalu, erangan yang keluar dari mulut Aol semakin tak menentu. Aku terus menggenjot lubang vagina Aol dengan memaju mundurkan penisku yang tertanam di dalamnya, sementara bibirku tetap menjelajah setiap bagian-bagian yang sensitif di tubuhnya. Mulai dari belakang telinga, leher dan puting payudaranya yang mengeras itu, aku isap dengan penuh nafsu.

"Please Sandy, aku sudah tak tahan lagi. Aku mau keluar.. lagi.. ogh..," jeritnya tertahan.

"Tahan sebentar sayang, aku juga sudah mau keluar. Kita keluarkan sama-sama," jawabku.

"Ogh.., enak..!" serunya.

Dan tiba-tiba saja, aku merasakan Aol sudah tidak bisa lagi bertahan. Kedua kakinya yang panjang itu kurasakan mulai menjepit pinggulku, dan tanpa dapat ditahannya lagi, aku merasakan Aol telah mendapatkan orgasmenya yang ketiga, dan aku juga merasakan cukup banyak cairan keluar di vaginanya yang terasa panas oleh penisku. Akupun mempercepat genjotanku, sehingga tanpa dapat ditahan lagi, dalam hitungan detik aku muntahkan seluruh sperma yang sudah menyumpal dan mendesak untuk keluar dari pangkal penisku.

"Croot.. Croot.. Croot..!" beberapa kali tembakan spremaku menghantam dinding vagina Aol hingga ke dasar.

"Oh, Sandy. Kamu benar-benar hebat. Selama ini belum pernah aku mengalami multi orgasme seperti yang aku rasakan denganmu," desah Aol sambil memelukku dan mencium hangat bibirku.

"Kamu juga betul-betul hebat Aol, aku sangat terpuaskan sekali. Mr. Phong begitu pintarnya mencarikan lawan tanding untukku," ujarku sambil mencuil hidungnya yang bangir itu.

Kamipun lalu sama-sama pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun karena elusan tangan Aol pada penisku ketika kami sama-sama saling membantu menggosokkan badan, akhirnya penisku kembali berdiri dan minta bersemayam di vagina Aol.

"Wow, adik kecilmu kembali berdiri. Apakah orang Indonesia semuanya kuat-kuat sepertimu, Sandy?" tanya Aol sambil tetap mengelus-elus batang penisku. Aku hanya menjawab dengan senyuman.

Karena sudah sama-sama terangsang, akhirnya permainan dahsyat itu kembali kami ulangi di bawah siraman shower yang telah kami atur siraman airnya. Aku kangkangkan kedua pahanya, sementara perlahan-lahan aku coba memasukkan penisku yang sudah mulai mengeras kembali. Sekali tekan, Bless..! Seluruh batang penisku amblas masuk ke dalam vaginanya yang legit itu. Aku terus memaju mundurkan penisku di dalam vaginanya, sementara Aol juga tak kalah gesitnya membalas goyangan pinggulnya.

Karena aku merasa lelah dan tak tahan lagi mengocok vaginanya dengan penisku dalam keadaan berdiri, lalu aku menggendongnya dalam posisi penisku masih tertancap di vaginanya menuju kursi yang ada di ruang tamu. Dengan posisi aku duduk dan dia dalam pangkuanku, Aol mulai menggoyangkan pinggulnya, sehingga kembali penisku serasa dipilin-pilin. Sementara ia menggoyang-goyang pinggulnya, tanganku sibuk meremas-remas payudaranya yang bebas tergantung. Dan permainan tersebut kami jalani sekitar 20 menit lamnay, sehingga kami kembali sama-sama memuntahkan lahar panas dari alat kelamin kami masing-masing.

Dan hingga pagi, permainan seks yang cukup dahsyat kembali terulang. Sepertinya Aol tak pernah puas, hingga pada saat kami terbangun siang harinya dan hendak launch di hotel, ia kembali coba merangsangku untuk melakukan kembali hubungan intim yang sangat nikmat itu, dan kemudian setelah makan siang, kami sama-sama tertidur lagi hingga sore menjelang menghadiri pesta pernikahan putri Mr. Phong di rumahnya.

"Bagaimana Sandy, senang berada di Bangkok?" tanya Mr. Phong begitu kami sampai di rumahnya pada malam harinya.

"Wah, senang sekali pak. Bangkok betul-betul syurga dunia bagi orang luar," jawabku.

"Berarti tidak sia-sia aku minta Aol untuk menemanimu selama disini. Dia memang pintar dan selalu mengetahui apa yang kita inginkan," jawabnya sambil tersenyum penuh arti padaku dan melirik Aol yang berada di sisi kiriku. Kulihat Aol hanya tersipu-sipu malu.

Selama lima hari aku berada di Bangkok, sepertinya tiada hari bagi kami berdua untuk tidak melakukan hubungan seks. Sepertinya aku dan Aol begitu menikmatinya, sehingga rasanya sangat berat bagiku untuk kembali ke Indonesia. Namun karena izinku dari kantor hanya seminggu saja, akhirnya dengan berat hati aku terpaksa harus kembali ke Indonesia.

*****

Salam manis buat Wanda yang dalam hitungan hari akan menikmati malam pertama dengan suami tercinta, semoga malam pertamamu sangat indah dan selalu bahagia.

Tamat