Lain-lain
Thursday, 20 May 2010
Ambisi Wijaya - 8
"Siapakah.. kalian.. sebenarnya?".
Subodai menjawab,"Orang lemah sepertimu seharusnya membusuk di neraka saja."
Lalu cekikan itu bertambah keras, dan menghancurkan leher jendral itu. Darah bercucuran keluar dan menetes di wajah Subodai. Lalu jendral Mongol itu menjilati darah yang berada dimukanya. Hal itu membuat Suwongso terdiam dan tidak dapat berbuat apa-apa, tiba-tiba ia dikagetkan oleh tentaranya, karena sebagian tentara jatuh pingsan dan beberapa diantaranya mati ketakutan. Panglima Suwongso sekarang baru sadar mengapa pada malam sebelumnya ia dilarang oleh panglima Chen Mien untuk datang ke daerah itu.
Akhirnya benteng pun direbut, namun tentara Mongol itu langsung membakarnya, Suwongso menjadi binggung karena benteng itu dibangun didaerah yang cukup strategis untuk bertahan. Lalu ia akhirnya berkuda ke tempat sang Jendral dan mohon pamit untuk kembali ke wilayah Jendral Wijaya. Saat itu ia melihat semua wajah tentara Mongol berubah mengerikan. Wajah mereka bukan lagi tampak seperti manusia namun seperti kawanan serigala yang lapar dan haus darah. Wajah mereka semua kejam, dan tersenyum. Akhirnya sebelum Suwongso pulang ia mendengar salah seorang perwira bertanya kepada Subodai.
"Jendral, hari masih pagi. Daerah mana lagi yang harus kita makan?"
Suwongso baru sadar bahwa para tentara Mongol itu tidak perlu tempat untuk bertahan, mereka hanya tahu menyerang dan membantai. Suwongso segera pergi dari tempat itu karena takut. Saat ia kembali ke benteng Wijaya, ia langsung menceritakan semua yang ia lihat kepada semua orang.
Wijaya pun berkata,"Suwongso, apakah kau tahu kekuatan Chen Mien?"
Lalu Suwongso pun menjawab,"Iya, Ia jauh lebih kuat dariku, karena ia hampir membunuhku dulu."
Wijaya terdiam sebentar lalu berkata,"Apabila kerajaan Sung yang banyak terdapat orang kuat seperti Chen Mien saja dapat dikalahkan oleh orang Mongol, berarti orang Mongol benar-benar bukan orang sembarangan, itulah sebabnya Chen Mien telah memberi tahu kepada kita agar hati-hati pada rapat militer tahun lalu."
Lalu semua perwira dan panglima menjadi takut dan sadar akan kekuatan musuh yang mereka hadapi.
*****
Dimalam harinya putri Ayu datang menjengguk panglima Chen Mien yang patah hati. Ia hanya duduk sendirian di kamarnya yang gelap dan sunyi. Kepalanya selalu tertunduk ke bawah, dan air matanya menetes setiap saat secara pelan-pelan. Ayu ikut sedih akan panglima yang setia kepada pemimpin dan kekasih ini. Ayu masuk kekamar itu dan mencoba untuk menghibur sang panglima. Namun hiburan itu tidak dapat merubah reaksi sang panglima. Ayu langsung berdiri dibelakang punggung Chen Mien yang sedang duduk dikursi dan memeluknya dari belakang.
Chen Mien kaget karena ada dua payudara padat yang menempel dipunggungnya. Kepala Ayu langsung bersender di pundak Chen Mien. Setelah agak lama kemudian kepala Chen Mien bergerak dan bersender ke pipi Ayu. Pipi Chen Mien digosok-gosokkan ke pipi Ayu yang halus itu secara berulang-ulang. Ayu pun ikut kaget, dan akhirnya ia langsung berjalan ke depan Chen Mien dan duduk di kakinya. Rok Ayu tersingkap dan terlihatlah paha seksi dan padat itu. Chen Mien langsung meraba-raba paha seksi dan kecoklatan itu di dalam kamarnya yang remang-remang. Tiba-tiba angin bertiup kencang dan pintu kamar tertutup rapat. Kain jendela langsung jatuh dan sinar rembulan menerangi kamar itu.
Terlihatlah wajah Ayu yang sangat cantik dan berseri. Mata Chen Mien langsung terbuka besar. Ayu lalu memasukan jarinya ke dalam roknya, dan ia pun berdesah, ternyata ia memasukan jari-jari tangannya ke dalam vaginanya. Setelah beberapa saat tangan itu pun dikeluarkan dan penuh dengan lendir. Lalu ia mengulur tangan itu ke bibir Chen Mien. Panglima itu langsung menjilatinya secara pelan dan mengulumnya. Lalu setelah jari itu kering, Chen Mien langsung memeluk Ayu secara ganas. Ia langsung mencium dan mengulum-ngulum bibir Ayu secara liar. Lidahnya bergerak seperti cacing kepanasan didalam mulut Ayu, yang dibalas dengan tidak kalah ganasnya.
Pada saat itu Chen Mien masih duduk bersender dikursi dan Ayu duduk tepat diatas kedua kakinya, sehingga badan Ayu terdorong ke atas dan sedikit lebih tinggi dari Chen Mien. Lalu Chen Mien membuka baju Ayu dan langsung menghisap payudaranya seperti kumbang menghisap madu. Ayu langsung membuka baju Chen Mien dan celananya. Ayu pun melepaskan roknya secara perlahan-lahan sehingga terlihatlah kedua pantatnya yang padat itu secara-pelan-pelan dan bersinar karena terpantul sinar rembulan. Penis Chen Mien langsung berdiri tegak seperti pohon bambu. Ayu langsung naik dan berdiri di pegangan kursi. Kaki Ayu di pegang dan dielus secara kuat oleh Chen Mien agar ia tidak jatuh. Vagina Ayu langsung ditempelkan ke wajah Chen Mien dan kedua tangan Ayu memegang kepala Chen Mien serta mendorongnya masuk ke arah vagina secara keras. Paha Ayu pun mengapit kepala Chen Mien.
"Ah.. Ah.. Oh.. Oh.." desah Ayu kenikmatan karena vaginanya dijilat secara liar.
Lalu setelah dua puluh menit, Ayu berbalik badan dan kini lidah Chen Mien berpindah dari lobang vagina ke lobang pantat. Otot pantat yang keras itu mengapit lidah Chen Mien berulang-ulang. Setelah puas menjilati lobang pantat, Chen Mien menjilati permukaan pantat yang padat itu.
Setelah kecapekan berdiri akhirnya Ayu duduk di pangkuan Chen Mien. Vaginanya langsung ditembus penis pohon bambu itu. Paha Ayu langsung mengapit Chen Mien dan betisnya dijulurkan lurus kebelakang punggung Chen Mien karena lemas. Tangan Ayu memeluk leher Chen Mien dan payudaranya kembali dihisap secara ganas.
"Ah.. Ah.. Oh.. Oh.." desah Ayu yang makin lama makin besar.
Lalu setelah puas dadanya dikulum, Ayu langsung mencipoki Chen Mien. Setiap bercipokan beberapa saat kepala Ayu diangkat dan terlihat liur Ayu yang mengalir ke bawah dan masuk tepat ke mulut Chen Mien. Hal itu membuat Chen Mien makin bergerak liar penisnya. Tangan Chen Mien terus-terusan meraba punggung dan pundak Ayu yang sangat halus dan ketat. Setengah jam berikutnya Ayu berganti posisi dan memutar ke belakang. Putaran itu membuat penis Chen Mien terpijat keras didalam vagina Ayu.
"Arghh.." desah Chen Mien.
Lalu penis itu dicabut keluar dari vagina dan dimasukkan ke dalam pantat Ayu. Kedua tangan Chen Mien langsung meraba vagina dan payudara Ayu secara ganas. Salah satu tangan Ayu memeluk kepala Chen Mien dan tubuhnya dimiringkan sedikit kebelakang agar ia dapat mencium Chen Mien dengan gampang. Otot pantat yang begitu kuat dan padat itu memijat penis Chen Mien dengan ganasnya. Lobang pantat itu terbuka dan menutup secara beraturan dan membuat penis Chen Mien terpijat kesana kemari.
Akhirnya Chen Mien tidak dapat menahan orgasmenya dan spermanya memancur keluar seperti gunung meletus. Lubang pantat Ayu terasa hangat karena terisi oleh sperma Chen Mien. Lalu mereka berdua langsung berpelukan dan berciuman diranjang. Akhirnya mereka tidur bersama dalam pelukan hangat dan kedua tubuh telanjang yang saling menempel dan memeluk secara mesra.
Sementara itu Jendral Wijaya dikabarkan oleh mata-matanya bahwa tentara Mongol membantai dan menghancurkan lebih dari delapan kota-kota besar, dan desa. Seluruh penduduk tidak ada yang dibiarkan hidup satupun. Para wanita di tangkap dan dikirimkan ke negeri Mongol pada sorenya dengan kapal-kapal raksasa. Pada malam itu juga semua tentara Mongol mendirikan kemah tanpa alas, sehingga mereka sebenarnya tidur di rumput-rumput kecuali para jendral dan panglima yang dibekali dengan ranjang dikemahnya masing-masing.
Dikemah Meng Chi terlihatlah panglima itu membuka baju perangnya karena kecapaian. Pada saat ia membuka bajunya, dan hendak berganti baju lain, terdengarlah suara yang kecil diatas kepalanya. Lalu ia pun segera berlari dan berhasil meraih pedangnya yang diletakan diatas ranjang. Ternyata ia sadar kalau ada pembunuh di kamarnya. Lalu pembunuh itu langsung loncat ke bawah dengan bersenjata dua keris kecil. Meng Chi langsung menggunakan ilmu silatnya dan berhasil menangkis serangan pembunuh. Karena ayunan pedang itu keras maka kedua keris itu terlepas dari tangan pembunuh, Meng Chi langsung membuang senjatanya dan meraih kedua lengan pembunuh bertopeng itu serta melemparnya ke ranjang.
"Ha.. Ha.. Ha, dengan wangi harum badanmu, aku tahu kalau kamu itu wanita cantik. Mari tidur denganku, aku memang sudah lama merasa bosan."
Lalu Meng Chi menangkap pembunuh itu dan melepaskan topengnya. Ternyata benar dugaan Meng Chi, pembunuh itu adalah seorang wanita cantik dan seksi. Pakaian wanita itu seperti Ninja dari negeri Jepang pada waktu itu. Roknya sangat mini dan terlihat kain celana dalam berwarna putih yang menutup vagina. Bulu-bulu vagina pun terlihat keluar sedikit. Meng Chi langsung menjilat celana dalam itu. Wanita itu tidak dapat berbuat apa-apa, pada saat ia hendak melawan Meng Chi mengunakan kungfu yang ia pelajari dari negeri Sung lalu menotok titik darah wanita itu sehingga wanita itu tidak dapat berteriak dan badannya menjadi lemas.
Meng Chi lalu melanjutkan proses menjilat vagina itu. Lalu dengan satu tarikan baju wanita itu langsung lepas setengah dan terlihat dua buah dada yang berukuran sedang muncul keluar dari bajunya. Meng Chi lalu menarik celana dalamnya pulanya dan mencumbuinya. Dalam keadaan bercumbu Meng CHi menjilati dada wanita itu secara ganas. Lalu kemudian ia menelanjangkan dirinya dan wanita itu, lalu kedua-duanya duduk diranjang, dan badan mereka saling berhadapan dan bertempelan. Tangan Meng Chi memeluk punggung wanita itu dan memaksa tubuh mereka berdua menempel. Penis Meng Chi yang besar terus-terusan mencumbui wanita itu. Wanita itu tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya dapat mengeleng-gelengkan kepalanya dan berdesah.
Rambutnya yang tadinya diikat sekarang terbuka dan terbelai panjang. Goyangan kepalanya yang kekiri dan kekanan membuat rambutnya ikut bergoyang. Meng Chi menjadi semakin bergairah dan cumbuannya itu bertambah ganas. Ternyata wanita itu masih virgin sehingga tusukan penis panglima Mongol itu terasa nikmat dan keras. Tak lama kemudian Meng Chi orgasme dan spermanya muncrat ke dalam vagina itu. Wanita itu lemas dan jatuh kepelukan Meng Chi. Air matanya membasahi wajahnya, lalu Meng Chi menciumnya dan menjilati air mata itu. Lalu beberapa saat kemudian mereka berdua jatuh keranjang dan tidur pulas.
Dipagi harinya wanita itu diberikan kepada tentara Mongol untuk dinikmati sampai mati. Subodai lalu melakukan rapat militer di kemahnya untuk menentukan daerah korban selanjutnya, namun tiba-tiba seorang tentara datang dengan membawa sebuah surat. Surat apakah itu?
Sementara itu di perkemahan jendral Wijaya juga diadakan rapat militer. Para perwira dan panglima sangat menentang tindakan tentara Mongol yang diluar batas manusiawi. Lalu jendral Wijaya berkata,
"Namun apabila tentara itu terus melakukan serangan gila, maka tentara mereka sendiri akan cepat habis pula, dan setelah Kediri hancur, kita dapat menyerang tentara itu dengan mudah. Mereka yang sudah kecapaian dan belum siap itu akan dengan mudah kita hancurkan, lalu kita bisa memperkuat pertahanan sebelum gelombang berikutnya tiba di tanah air kita".
Lalu semua orang juga setuju pada taktik itu. Lalu sore harinya seorang mata-mata Wijaya datang melapor bahwa tentara Mongol sekarang tidak bergerak sama sekali karena Jendral Subodai memerintah mereka untuk tidak berperang. Jendral Subodai ternyata mendapat surat dari Kublai-Khan bahwa tentara Mongol yang dikirim untuk menguasai negeri Jepang ternyata gagal karena dihancurkan oleh badai Tsunami di laut China timur. Maka untuk mempersiapkan serangan gelombang kedua ke kerajaan Hojo (Jepang dulu) maka bala bantuan yang akan dikirim ke Nusantara terpaksa ditunda. Oleh sebab itu Subodai membatalkan perangnya agar tidak kekurangan tentara saat mau digunakan nantinya.
Akankah strategi Wijaya berhasil dalam mengurangi jumlah tentara Mongol?
Bersambung . . .