Lain-lain
Sunday, 23 May 2010
Resident Evil X - 3
Setelah puas berejakulasi di mulut Claire, si pemilik toko mencabut penisnya. Claire agak lega, akhirnya dia dapat kembali mengatur nafasnya yang memburu dan mengelap ceceran sperma di sekitar bibirnya. Tapi semua ini masih belum berakhir, tanpa memberi kesempatan pada Claire yang masih terbatuk-batuk, si pemilik toko merebahkan tubuhnya di lantai. Pakaian atasnya yang sudah setengah terbuka dia lucuti, sedangkan Dario melucuti celananya, tidak ketinggalan pula sepatu bot dan sarung tangannya pun mereka buka. Sesudah menelanjangi Claire, merekapun melepas pakaiannya sendiri.
"Sudah.. cukup.. jangan diteruskan lagi, kita masih dalam bahaya!!", kata Claire sambil menyilangkan tangan menutupi dadanya.
"Tenang nona, kami 3 hari disini cukup aman, senjata pun banyak, lagipula kamu datang untuk menolong kan? Nah dengan begini kamu juga sudah menolong kami hahaha..!!", ejek si pemilik toko.
Tanpa buang waktu lagi si pemilik toko langsung menyambar paha Claire dan merentangkannya.
"Aaawww.. jangan!!", pekik Claire sambil berusahan menutupi daerah itu.
Dario segera menarik tangan Claire dan memeganginya. Kepala si pemilik toko hanya sejengkal dari daerah terlarang Claire, hembusan nafasnya pun mulai terasa di sana. Rambutnya yang diikat membuat Dario leluasa menjilati lehernya yang jenjang samapi ke tenguknya yang ditumbuhi rambut halus sambil meremasi kedua payudaranya. Tubuh Claire bergetar sambil mengeluarkan desahan ketika lidah pria itu menyapu permukaan kemaluannya sehingga bulu-bulu disana jadi basah oleh ludahnya. Lidah itu kini mulai membelah bibir kemaluannya dan terus melesak ke dalam. Desahan Claire makin hebat, matanya terpejam, tangannya menggenggam erat tangan Dario yang bercokol di payudaranya. Sekarang mau melawan pun sudah tanggung, tubuhnya tidak bisa berbohong untuk terus menikmati hal ini.
Sepuluh menit lamanya pria itu melahap kemaluan Claire, tapi nampaknya dia masih belum puas juga, dia terus mengisap vagina itu walaupun cairannya sudah membasahi daerah itu. Claire kembali terlonjak ketika lidah pria itu menyentuh selaput daranya, kedua paha mulusnya menegang sehingga mengapit kepala si pemilik toko. Sementara itu Dario memiringkan wajah Claire untuk melumat bibirnya. Karena sudah lepas kontrol, Claire tidak kuasa menolaknya, dia membiarkan lidah Dario bermain-main dalam rongga mulutnya, bahkan pelan-pelan lidahnya juga mulai ikut bermain, saling membelit dan saling isap. Tanpa sadar, salah satu tangannya memainkan payudaranya bersama tangan Dario.
"Akkhh.. ahh!!", rintih Claire panjang bersamaan dengan melelehnya cairan bening dari vaginanya.
Dario memandangi wajah Claire yang sedang orgasme sambil memilin-milin putingnya, sementara si pemilik toko menyeruput cairan vaginanya sampai habis.
Pria itu tersenyum puas dengan mulut belepotan cairan cinta setelah mengeluarkan lidahnya dari vagina Claire. Tubuhnya masih lemas setelah orgasme, butir-butir keringat membasahi wajah dan tubuhnya. Dia tidak bisa apa-apa ketika si pemilik toko memiringkan tubuhnya dan mengangkat paha kanannya, tangan satunya menuntun penisnya memasuki liang senggamanya dari samping. Tanpa mempedulikan rintihan kesakitan Claire yang baru pertama kali ditusuk itu, si pemilik toko terus saja mendorongkan penisnya untuk mendobrak kemaluan yang masih sempit itu, rintihan Claire dan raut mukanya yang menahan sakit hingga mata berair justru makin merangsang pria itu. Dengan sekali hentakan, tertancaplah seluruh batang itu ke dalam vagina Claire membuatnya menjerit kesakitan.
Mulailah pria itu menyodok-nyodokkan penisnya diiringi desahan dari mulut Claire. Cairan merah nampak meleleh perlahan dari vaginanya, rupanya pria itu baru saja membobol keperawanannya. Dario berlutut di depan wajah Claire, lalu meraih tangannya dan meletakkannya pada penisnya, disuruhnya Claire memasukkan benda itu ke mulutnya. Penis Dario memang tidak sebesar si pemilik toko, namun tetap saja tidak muat seluruhnya di mulutnya yang mungil. Claire benar-benar tidak berdaya menolaknya, niat untuk melawan mereka perlahan-lahan sirna, kalah oleh perasaan nikmat yang sedang melandanya. Sekarang tanpa ditodong pistolpun, Claire mengikuti saja keinginan tubuhnya menikmati semua ini. Sensasi dari vaginanya yang diaduk-aduk dan remasan pada payudaranya menjalar ke seluruh tubuh, membuatnya semakin bersemangat mengulum penis Dario sambil mengelus-ngelus buah pelirnya.
Claire merasakan dirinya melayang-layang, seperti ada yang mau meledak dari bawah, dia mau menjerit namun tertahan oleh penis Dario. Selama setengah menit perasaan itu menderanya, selama itu dia hanya bisa berkelejotan sambil mengeluarkan erangan tertahan. Tak lama kemudian si pemilik toko mencabut penisnya dan menyiram payudara Claire dengan spermanya. Claire telentang lemas dengan kaki terkangkang, dari kemaluannya mengalir darah dan cairan orgasme yang telah bercampur, tubuhnya bersimbah peluh, liur, dan sperma. Belum habis rasa lemasnya, Dario sudah mengangkatnya, kemudian dia duduk di kursi dan memangkunya dengan posisi membelakangi. Digenjotnya gadis itu dengan posisi duduk, Claire tidak bisa tidak mendesah menerima sodokan naik turun itu. Gairahnya mulai timbul lagi sehingga tanpa sadar diapun ikut memompa tubuhnya sendiri, payudaranya yang memerah bekas cupangan dan remasan ikut bergoncang-goncang seirama gerak tubuhnya.
Si pemilik toko mengangkat dagu Claire hingga wajahnya mendongak ke atas, lalu bibirnya melumat bibir Claire. Dia hanya pasrah saja membiarkan lidah tebal itu menyapu langit-langit mulut dan lidahnya hingga ludah menetes-netes di pinggir mulut mereka. Sambil mencium satu tangannya meraih payudara kiri Claire dengan gemas, dia juga menurut saja waktu tangannya dipegangi pria itu untuk dibimbing mengocok penisnya. Ketika merasa sudah akan keluar lagi, secara refleks dia mempercepat naik turunnya dan semakin cepat mengocok penis pemilik toko. Pada saat yang hampir bersamaan, Dario pun mencapai klimaksnya, pria itu merintih keenakan sambil meremas susu Claire keras-keras. Kembali lolongan panjang terdengar dari mulutnya, erangan yang berisi perasaan nikmat, sakit, dan sedih bercampur jadi satu, dirasakannya ada cairan hangat yang menyiram rahimnya.
Berkali-kali Claire mengalami orgasme dahsyat, kedua pria itu mengerjainya dengan berbagai gaya. Tubuhnya yang mandi keringat itu nampak mengkilat dibawah cahaya lampu. Masih belum merasa puas, si pemilik toko kini mengincar pantatnya. Diaturnya posisi Claire supaya nungging, tangannya bertumpu pada meja toko. Pemilik toko membuka belahan pantatnya dan mulai menekan-nekankan penisnya ke daerah itu.
"Aaahh.. ahh.. jangan.. disitu.. please!!", rintih Claire dengan meringis menahan sakit.
"Hehehe.. tenang saja bitch, kamu juga menikmatinya kan!", ejeknya sambil terus mendorong.
Tiba-tiba, "Praangg..!!", kaca etalase di belakang mereka hancur berkeping-keping, bersamaan dengan itu belasan zombi merangsek masuk ke dalam. Dario yang sedang beristirahat duduk dekat situ langsung diterkam mereka sebelum sempat bereaksi. Si pemilik toko yang terkejut sempat meraih pistol dan menembakkannya sekali. Tapi zombi-zombi itu terlalu cepat sehingga belum sempat dia menembak kedua kalinya, tubuhnya sudah dikerubuti mereka, jeritan menyayat hati terdengar dari mulut mereka yang dicabik-cabik zombi itu. Yang lainnya maju menyerbu Claire, salah satu dari mereka mendekapnya dari belakang dan sempat memegang payudaranya. Dengan sisa-sisa tenaganya Claire berontak sebisanya dengan menyikut dan menendang, tangannya berusaha meraih sepasang sub-machine gun yang tidak jauh darinya. Sedikit lagi.. dan akhirnya, yes, dia berhasil meraihnya dan dengan sigap ditembakkannya pada zombi yang mendekapnya.
Setelah terdengar sesaat suara rentetan tembakan, ambruklah zombi itu. Melihat hal itu yang lain maju mengepung Claire. Cepat-cepat diraihnya sub-machine gun yang satu lagi, dia mulai menembak membabi buta dengan kedua senapan mesin mini itu. Ratusan peluru berhamburan membuat zombi-zombi itu berjatuhan dengan tubuh bolong-bolong. Setelah zombi terakhir ambruk, Claire melihat kedua orang tadi sudah terkapar dengan tubuh penuh cakaran, terlambat untuk menyelamatkan mereka.
Tubuhnya bersandar lemas pada tembok, merenungkan apa yang baru saja terjadi, dia tidak tahu apakah dia harus merasa senang atau sedih atas kematian keduanya. Di satu sisi dia merasa wajib menolong manusia yang tersisa di kota terkutuk itu, namun di sisi lain mereka juga adalah orang yang baru saja memperkosanya. Dia hanya bisa menumpahkan perasaannya yang campur aduk itu dengan menangis terisak-isak.
Sesaat kemudian setelah merasa agak tenang, dia baru sadar bahwa ada sesuatu yang lebih penting yang harus dikerjakannya yaitu memecahkan misteri kota ini dan mencari kakaknya, Chris. Setelah memakai kembali pakaiannya dan mengambil barang-barang yang dianggap perlu, dia segera meninggalkan tempat itu untuk kembali ke motel tempat perlindungan sementara mereka.
TAMAT