Kisah semasa SMP - 3

Akhirnya kami tiba di ruang UKS, ruangan ini terdiri dari beberapa kamar yang tertutup, sehingga orang tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam. Wulan membawaku ke kamar yang paling ujung. Di dalam kamar itu terdiri dari 3 tempat tidur. Tiba-tiba Wulan mengunci pintunya.

"Lan, maksud kamu apa s.." belum selesai aku ngomong tiba-tiba Wulan mencium bibirku dengan lembut. Sambil tangannya meraba-raba tubuhku. Mau tak mau aku terangsang juga, tapi aku berusaha untuk mengendalikan diri.
"Kamu cantik Vit, aku suka kamu.." bisiknya kepadaku.

Rupanya Wulan benar-benar ada rasa denganku. Aku kaget juga, soalnya setahuku dia juga punya pacar. Tapi apakah dia seperti aku juga? Aku juga sering berfantasi dengannya, dan sekarang aku malah sudah berhadapan dengannya.

Aku tersenyum ketika dia akan mencium bibirku, aku balas ciumannya, akhirnya kita berciuman dengan agak liar, sampai akhirnya Wulan mendorongku ke tempat tidur. Wulan menindihku, payudara kami saling bertemu. Kemudian dia menciumku lagi, aku merasakan tubuh Wulan menggesek-gesek tubuhku, aku cukup terangsang saat ini, aku merasa vaginaku basah, aku lebih mudah terangsang bila dengan cewek. Aku peluk tubuh Wulan dan mencoba untuk membuka resluiting rok Wulan. Sedangkan Wulan masih menciumiku sambil mengelus-elus rambutku, rupanya dia sudah menantikan saat ini, ini dilihat dari nafsunya yang sangat tinggi.

Wulan kemudian melepaskan rok-nya yang sudah longgar, rupanya Wulan sudah tidak pakai celana dalam, kemudian aku lepaskan pelukanku. Dengan posisi Wulan berada di atasku, Wulan membuka satu-persatu kancing seragamku. Akhirnya seragamku lepas dan payudaraku menyembul keluar. Wulan kemudian melepaskan rok-ku, dan celana olahragaku, akhirnya aku telanjang bulat, dan benar vaginaku sudah basah oleh cairanku.

Wulan kemudian melepaskan seragamnya dan BH-nya, sehingga jadilah kami telanjang bulat. Wulan kembali menindihku sehingga payudara kami saling bertemu lagi tanpa halangan. Karena payudara kami sama-sama sudah tegang, maka Wulan agak kesulitan untuk menciumku, tapi akhirnya bisa juga. Wulan menggesek-gesekkan vaginanya ke vaginaku, sehingga aku merasakan kenikmatan, Wulan pun merasakan hal yang sama.

Aku hanya diam dan menikmati semua yang dilakukan Wulan. Wulan kemudian menciumi leherku, dan payudaraku. Dia menghisap puting susuku dengan lembut, kadang-kadang dia menggigitnya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa saat itu. Kedua payudaraku dijilatinya secara rata dan di usapnya hingga putingku berdiri tegak.

"Ahh.. Ah.. Ahh.." aku mendesah karena nikmat yang aku rasakan.

Wulan kemudian turun lagi, dia menciumi perutku yang rata, menjilati pusarku, dan kemudian dia menjilati vaginaku. Wulan memasukkan jarinya ke dalam vaginaku dan mencari klitorisku, setelah itu dia menjilatinya. Aku merasakan sensasi yang luar biasa saat lidah Wulan menyentuh klitorisku, aku serasa melayang.

"Ahh.. Iya.. Disitu.. Aahh.." aku mendesah saat Wulan menggigit klitorisku. Tak lama kemudian aku orgasme, aku merasakan orgasme kali ini sungguh spesial, karena aku orgasme karena cewek. Rasanya sungguh nikmat dibandingkan dengan cowok.

Wulan kemudian bangun dan mengambil thermometer yang ada di ruangan UKS ini, Wulan memasukkan thermometer itu ke dalam vaginaku.

"Apa yang kamu lakuin?" protesku.

Tapi Wulan hanya tersenyum saja sembari tetap memasukkan thermometer ke dalam vaginaku.

"320 Celcius.." gumannya saat Wulan melihat penunjuk di thermometer, rupanya Wulan memasukkan thermometer ke dalam vaginaku hanya untuk mengukur suhunya, sialan batinku.

Kemudian Wulan membuka lemari UKS, rupanya Wulan sudah merencanakan hal ini, buktinya dari dalama lemari itu, Wulan mengambil beberapa alat yang pernah aku lihat di film-film porno. Seperti penis buatan (dildo), vibrator, masker, hingga sabuk penis. Wulan memakai sabuk penis hingga dia seperti seorang cowok berpenis besar dan panjang, namun juga berdada besar.

Wulan mendekatiku yang masih terbaring di tempat tidur, Wulan kemudian memasukkan penis itu ke dalam vaginaku, kemudian mulai menggoyangnya, aku yang baru saja orgasme, langsung timbul lagi gairahku, segera saja aku imbangi goyangannya sehingga kami dapat menimbulkan goyangan yang seirama. Sudah lama aku tidak merasakan seperti ini lagi semenjak putus dengan pacarku dulu.

Aku kadang-kadang meremas-remas payudara Wulan, nampaknya Wulan suka ketika aku pelintir puting susunya, Wulan semakin bersemangat menggoyangnya setiap aku sentuh payudaranya. Sesekali aku meraba pantatnya, kemudian memasukkan jariku ke dalam anusnya, Wulan sepertinya juga merasakan hal yang sama denganku, karena aku lihat dari raut mukanya, dia menunjukkan kenikmatan. Tak lama kemudian, karena goyangan penis yang konstan dan terus menerus, akhirnya aku mencapai orgasme. Saat aku orgasme Wulan terus menggoyang pinggulnya, nampaknya Wulan tidak tahu aku sudah orgasme.

"Aduuhh.. Ahh.. Sudahh.. Aku keluaarr.." rintihku ketika Wulan masih tetap menggoyang pinggulnya. Namun Wulan bukannya berhenti malah mencabut penisnya dan kemudian memasukkan ke dalam anusku. Sakit sekali rasanya saat itu.

"Aduuhh.. Jangaann.. Please.. Sakiitt.." aku setengah berteriak. Namun nampaknya Wulan tidak peduli, dia terus saja menggoyangnya. Beberapa saat kemudian karena anusku tidak licin lagi, Wulan kembali mencabut penisnya dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Kontan saja aku kaget, karena selama ini aku belum pernah merasakan hal semacam ini. Karena kalau cowok pasti nggak bakalan bisa kayak gini. Wulan terus menggoyang pinggulnya hingga aku hampir orgasme lagi. Gilee.. Akhirnya aku orgasme lagi. Wulan kemudian mencabut penisnya, lalu bangun dan melepaskan penisnya. Sementara aku masih terbaring kelelahan.

"Kamu juga harus coba Vit.." katanya sambil memberikan sabuk penisnya kepadaku.

Aku mengambilnya dan mencoba memasangnya, cara memakainya rupanya seperti memakai sabuk pengaman para wall climber. Aku tersenyum sendiri ketika sabuk penis itu sudah terpasang, rasanya aneh, karena sekarang aku serasa punya sesuatu yang baru di tubuhku. Aku melihat Wulan sudah terlentang di tempat tidur sambil menekuk kakinya, hingga vaginanya terlihat.

"Masukkan sini Vit.." pintanya lembut.

Aku segera mendekatinya dan mencoba memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Agak kikuk, karena biasanya aku dimasuki, kini aku harus memasuki. Aku pegang penisku, dan pelan-pelan aku tempelkan di bibir vagina Wulan, kemudian dengan dibantu tanganku, penisku aku dorong masuk ke dalam vagina Wulan, sulit juga, pantesan tadi Angga susah. Akhirnya dengan mata kepalaku sendiri aku melihat penisku masuk ke dalam vagina Wulan sedikit demi sedikit. Aku sempat melihat Wulan, dia membuka mulutnya sambil mendesah setiap aku mendorong penisku masuk.

"Sshh.. Yaahh.. Sshh.." desahnya setengah berbisik.

Aku dorong penisku terus, namun rupanya penis ini terlalu panjang, karena belum sampai penuh, aku merasakan ujung penisnya sudah menyentuh rahim Wulan. Kemudian pelan-pelan aku goyangkan pinggulku, sementara Wulan juga melakukan hal yang sama. Jadilah aku seperti cowok sekarang, sementar itu Wulan masih tetap mendesah dan sekali-kali meraba-raba payudaraku dan memegangi pinggangku. Cukup lama kami bergoyang hingga akhirnya Wulan mencapai orgasme, aku sendiri tidak tahu karena aku tidak merasakan apa-apa ketika menyetubuhi Wulan tadi, namun aku tetap merasa terangsang, karena memandang wajah Wulan yang cukup cantik. Pada saat Wulan orgasme, penisku aku cabut, dan aku arahkan ke mulut Wulan.

Aku duduk di payudara Wulan, sedangkan aku arahkan penisku yang masih berlumuran cairan vagina kami ke mulutnya. Wulan rupanya tahu dengan maksudku dan segera menghisapnya hingga bersih. Setelah itu, aku bangun dan melepaskan sabuk penis itu. Aku mengantinya dengan vibrator. Aku setel dengan speed yang medium, kemudian sebagian aku masukkan di vaginaku, sementara ujung yang satunya, aku masukkan ke vagina Wulan. Aku berbaring di sebelah Wulan sambil memeluknya, Wulan pun menyambut pelukanku. Kami saling berpelukan, berciuman, sementara kami terus mendesah karena sensasi yang ditimbulkan vibrator di vagina kami. Beberapa menit kemudian kami orgasme bersamaan, dan cairan kami berdua membasahi vibrator dan sprei. Selang beberapa saat aku bangun, kemudian mulai menjilati vagina Wulan, vagina Wulan cukup rapat, dengan klitoris yang cukup besar sehingga mudah untuk kujilat dan kugigit. Wulan mengerang ketika aku gigit klitorisnya.

"Ahh.. Yaa.. Teruuss.." Wulan mengerang setengah berteriak.

Aku khawatir ada orang yang mendengar, maka aku putar tubuhku, hingga sekarang kami berposisi 69. Aku di atas, sedanngkan Wulan di bawah. Kami saling menjilati, menggigit klitoris, dan memasukkan jari ke dalam vagina. Entah berapa lama hingga kami mencapai orgasme yang bersamaan. Setiap orgasme, kami tukar tempat. Wulan di atas, aku di bawah. Kadang aku masukkan beberapa thermometer ke dalam anus Wulan, Wulan pun demikian, dia memasukkan vibrator yang dia bawa ke dalam anusku, kami mencoba semua alat yang dibawa Wulan hingga kami kelelahan.

Hingga akhirnya, kami tertidur sambil berpelukan dengan kondisi telanjang, dan hampir semua barang Wulan menancap di vagina dan anus kami. Di anusku sabuk penis menancap, dan vibrator menancap di vaginaku dalam kondisi masih bergetar, aku sangat menikmatinya sehingga aku tidak berniat untuk mematikannya. Sedangkan kondisi Wulan tidak jauh berbeda denganku. Di vaginanya tertancap 2 buah dildo dan di anusnya tertancap 3 buah thermometer. Payudara kami saling bertemu dan terasa lengket, sedangkan tubuh kami bermandikan keringat. Kasur dan sprei acak-acakan, namun kami tetep cuek saja, dan tetap tidur.

Aku terbangun karena aku merasakan hampir orgasme, rupanya vibrator yang masih bergetar itu sudah membuatku orgasme beberapa kali tanpa aku sadar. Itu terlihat dari cukup banyak cairan yang keluar dari sela-sela vibrator yang menancap vaginaku. Aku kemudian mencabut semua yang menancap di tubuhku, kemudian membersihkan badanku dengan handuk yang ada di ruangan itu. Kemudian aku berpakaian seperti biasa. Aku melihat jam, sudah jam 2 sore. Cukup lama kami bercinta tadi. Wulan masih tertidur pulas, dengan barang-barang yang menancap di vagina dan anusnya.

Aku mendekati Wulan dan mencium bibirnya dengan lembut, kemudian aku cabut dildo dan menukarnya dengan vibrator, dan aku setel dengan speed yang low. Wulan tampak mendesah ketika aku masukkan vibrator itu ke dalam vaginanya. Aku cium sekali lagi bibirnya kemudian melangkah keluar dan pulang menuju rumah. Hari yang melelahkan dan tidak terlupakan.

Tamat