Lain-lain
Wednesday, 26 August 2009
Malam yang indah
Kondisi tempat kost saya yang sangat sederhana bahkan boleh dibilang sangat tidak memadai membuat semua ini bisa terjadi. Walaupun begitu, saya sangat menikmati tempat tinggal tersebut karena selain usaha salon saya bisa sedikit berkembang, para tetangga di sekitar tempat saya tinggal juga dapat menerima keberadaan saya apa adanya tanpa ada rasa benci dan menganggap saya sebagai makhluk yang aneh. Mereka pada umunya sangat baik, saling hormat menghormati dan saling harga menghargai satu sama lain. Apa yang bisa disumbangkan dari kepandaian yang saya miliki, saya berikan kepada mereka dengan cuma-cuma tanpa meminta uang sepeserpun. Bagi saya, asal mereka senang saya pun ikut senang. Misalnya dalam hal merias pengantin yang sering diadakan di tempat kami tinggal dan juga kegiatan-kegiatan warga lainnya seperti dalam HUT Kemerdekaan saya pun ikut terlibat di dalamnya. Hal tersebut membuat hubungan saya dengan warga sekitar dapat terpelihara dengan baik.
Dengan kondisi seperti ini, saya juga sangat bersyukur karena kebetulan dikaruniai wajah yang cantik dan tubuh yang seksi sehingga membuat para pria yang pernah melihat saya akan terkagum-kagum dibuatnya. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang belum tahu kalau saya adalah waria. Namun ada juga beberapa orang lainnya yang terus terang ingin meminta saya untuk mau menjadi istri atau pacarnya walaupun mereka tahu kalau saya adalah waria, sayangnya kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak yang sudah punya anak dan istri.
"Saya nggak mau bikin rusak rumah tangga orang lain lho Mas.." ujar saya suatu kali kepada Mas Kurdi yang masih keturunan Arab itu.
Ia begitu memaksa saya untuk jadi istrinya setelah selama dua hari menginap di kamar saya dan merasakan servis yang luar biasa dari saya.
"Soalnya bukan apa-apa Lin.. cara kamu melayani aku itu lho yang membuat aku kesengsem sama kamu.." rayu Mas Kurdi dengan nada gombalnya.
"Aku merasa jadi laki-laki yang sesungguhnya dipelukanmu.. karena kamu sangat pandai dan sangat sabar memberi perhatian buatku baik di ranjang maupun tidak di ranjang.." kata Mas Kurdi mencoba meyakinkanku.
"Iya Mas.. tapi Mas Kurdi kan sudah punya istri.. nanti gimana kalau istri Mas tahu suaminya kawin lagi.. sama waria lagi.." ujar saya meluruskan pikirannya.
"Iya betul.. tapi saya nggak pernah dapat kepuasan seperti yang saya dapatkan dari kamu Lin.." kata Mas Kurdi dengan terus memaksa.
Karena saya tidak mau dipaksa, akhirnya Mas Kurdi menyerah juga. Dan sekarang kalau libidonya sedang naik saja dia datang mencari kepuasan birahi dari tubuh saya ini.
Setelah menyelesaikan pekerjaan memotong rambut dan merias wajah Bu Henny pada pukul 18:00 sore, seperti biasa saya langsung pergi mandi. Pada saat masuk ke kamar mandi sebenarnya saya tidak tahu kalau ada orang yang sedang mengintip. Namun setelah beberapa guyuran air saya tumpahkan ke tubuh saya, ada suara yang mencurigakan di atap kamar mandi. Seketika saya kaget juga, tapi lama-lama saya malah jadi senang karena ada yang melihat saya mandi. Sengaja saya melakukan gerakan-gerakan yang erotis untuk membuat si pengintip jadi tambah nafsu. "Ah.. ah.. aahh.." saya mendesah sambil memilin-milin puting payudara saya. Kemudian saya juga menjilati ketiak saya sendiri dan mengangkat salah satu kaki saya ke atas bak mandi untuk selanjutnya mulai menusuk-nusukan jari tangan saya ke lobang anus saya secara perlahan-lahan. Gerakan memilin dan mengusap puting payudara serta menusuk lobang anus itu membuat saya jadi sangat keenakan. Saya sendiri paling suka kalau melakukan itu sambil mengkhayal sedang diperkosa oleh pria yang gagah dan ganteng serta punya kemaluan yang agak besar. Setelah beberapa saat, akhirnya saya tidak tahan untuk melakukan masturbasi. Dengan nafas yang terengah-engah karena menahan nafsu dan kenikmatan, saya mulai menjerit-jerit kecil "Aduh.. enaak sekali.. ahh.. aahh.. oohh.. aahh.." sampai-sampai rasa gelinya terasa amat sangat di sekujur tubuh yang kemudian mengejang dan akhirnya saya hanya dapat berteriak "Aaahh.. sshhss.." dan cairan putih kental itu pun muncrat dari kemaluan saya yang beberapa cipratannya tampak menempel di bulu kemaluan saya yang memang lebat. Akhirnya saya hanya berharap si pengintip bisa menikmati semua pertunjukan ini.
Malam itu udara terasa sangat panas sekali. Di luar rumah masih terdengar beberapa orang sedang mengobrol dan terkadang diselingi tawa dan nyanyi. Sementara saya di dalam kamar yang kecil ini sedang mendengarkan radio yang sedang menyiarkan lagu-lagu dangdut populer sambil merapikan beberapa alat kencantikan yang telah saya pergunakan kerja seharian. Setelah semuanya rapi, sekaranglah waktunya untuk merias diri sendiri pikir saya. Mulai menata rambut saya yang panjang sebahu, me-make-up wajah dan memakai parfum yang bisa mengundang birahi laki-laki. Biasanya kalau sedang kepingin cari tambahan atau ingin cari kemaluan buat dihisap, saya langsung pilih baju yang seksi dan kemudian panggil tukang becak minta diantarkan ke lokasi mejeng. Tapi malam itu rasanya kok malas. Mungkin karena sudah kerja seharian jadi badan rasanya ingin ditidurkan saja.
Ketika mencoba mau tidur, tiba-tiba pintu ruang depan diketuk orang.
"Mbak Linda.. Mbak Linda.. malam Mbak.."
"Ya malem.. siapa diluar.." kata saya.
"Saya Anto Mbak.. mau ngomong sebentar boleh nggak..?" terdengar suara Anto yang memang sudah saya kenal memanggil saya.
"Ia Nto.. sebentar ya.. ada apa sih kok malam-malam begini.." ujar saya sambil membuka pintu.
Ternyata di luar Anto tidak sendirian. Ia ditemani oleh dua orang laki-laki yang belum saya kenal sebelumnya.
"Ini lho Mbak.. teman saya.. namanya Giyono dan satunya lagi namanya Romli katanya mau kenalan sama Mbak.. Kalau Mbak nggak keberatan boleh nggak teman saya ini ngobrol-ngobrol sebentar sama Mbak.. Orangnya baik kok Mbak.." kata Anto berpromosi sambil sedikit merayu saya untuk segera dapat menyilakan masuk ketiganya.
Walaupun masih lelah tapi hati saya sebenarnya senang juga dengan kedatangan tamu-tamu seperti mereka ini. Selain cakap-cakap mereka juga sangat menggairahkan. Setelah dipersilakan masuk dan duduk tak satupun di antara mereka yang mau memulai bicara.
"Ayo sekarang mau ngobrol apa nih.." kata saya.
Ditanya demikian Giyono baru berani menjawab.
"Sebenarnya saya mau minta maaf Mbak.."
"Lho memangnya kamu salah apa.. kok pake minta maaf segala.." jawab saya.
"Eh.. eh.. sebenernya gini Mbak.. saya mau minta maaf soalnya saya sama Romli ini.. tadi sore ngintip Mbak lagi mandi.." katanya terus terang.
"Oh itu.. nggak apa-apa kok.. lebih dari ngintip juga nggak apa-apa kok kalo kamu mau.." balas saya tambah ngawur.
"Ah masa Mbak.. misalnya apa Mbak.." kata Romli yang tiba-tiba ngomong padahal dari tadi dia cuma diam saja.
"Misalnya nih.. ini misalnya ya.. itu juga kalo kamu mau lho.. kamu bertiga tuh memperkosa saya, gimana.. mau nggak..?" tawar saya kepada mereka.
"Wah kalo yang gituan sih nggak usah ditawarin Mbak.. kita ke sini emang mau ngentot Mbak.." kata mereka hampir bersamaan.
"Ya kalo begitu ditutup dulu ya pintunya.. dan kamu semua saya persilakan untuk memperlihatkan kemampuan kamu masing-masing.." ujar saya dengan penuh semangat.
Akhirnya saya betul-betul dikerubuti oleh tiga laki-laki itu sekaligus. Setelah dengan paksa mereka mendudukkan saya di sofa, mereka bertiga juga dengan rakusnya membuka baju tidur saya sehingga saya langsung telanjang bulat. Karena setiap tidur saya memang tidak pernah memakai BH dan celana dalam. "Gile cing seksi banget nih Mbak Linda.. pantatnya bahenol banget.. toketnya bener-bener bikin gua nafsu nih.." kata Romli sambil mengisap dan menjilati kedua payudara saya. Sementara itu Anto sudah menjulurkan kemaluannya ke mulut saya dan dia juga ingin dibuat enak. "Ayo Mbak isep Mbak kontol ini Mbak.. jilatin deh Mbak.. ayo Mbak terruuss Mbak.. bikin Anto keluar Mbak.." Saya mendengar desahannya makin bernafsu untuk mengisap dan menjilat kemaluan Anto sampai keujung-ujungnya termasuk ke biji pelirnya. Dan yang tidak kalah asyik adalah kelakuan Giyono yang dengan beringasnya mengangkat sekaligus merentangkan kedua kaki saya dan menjilati paha sampai ke pangkal paha serta sasaran akhirnya yaitu lubang pantat saya yang seksi, katanya. Saya betul-betul kegelian dibuatnya. Setelah beberapa menit Romli menjilati payudara, ketiak dan perut saya, Giyono melahap habis tempik saya serta kemaluan Anto yang kelihatannya mau keluar. Tiba-tiba Giyono menyuruh saya untuk tidur telentang. "Ayo Mbak sekarang telentang deh biar saya embat tempik Mbak ya.." Ketika kemaluan Giyono sudah benar-benar masuk ke tempik saya, dia menggenjotnya dengan lincah dan penuh semangat. Saking semangatnya tubuh saya pun ikut bergoyang-goyang keras. Romli juga masih sibuk mempermainkan kedua payudara saya. "Ayo angkat kedua tangan Mbak.. biar saya jilatin sekalian ketiak Mbak yang baunya bikin saya pingin ngentot Mbak ini.." ujarnya makin kesetanan. Sedangkan kemaluan Anto semakin cepat mulut saya mengisap maka semakin mengeras dan membesar batang kemaluan itu di mulut saya. Saya jadi yakin ini pasti sudah mau keluar.
"Ayo terus Mbak.. terus Mbak.. terruuss Mbak.. aahhsshh.. aahhss.." dilepasnya batang kemaluan itu dari mulut saya dan ketika sampai puncaknya, maninya yang asin dan enak itu dimuncratkan kepermukaan wajah saya dan..
"Ccrreet.. crreet.. crreet.."
"Ah.. enak juga peju kamu Anto.." kata saya sambil menelan sisa-sisa sperma yang meleleh dibibir dan pipi saya.
Sementar itu permainan Giyono dan Romli makin seru saja. Bahkan jadi semakin menggairahkan ketika tangan Romli sekarang mulai menjamah kemaluan saya dan mengocoknya secara perlahan-lahan. Dan yang lebih kurang ajar lagi, dia duduki wajah saya dengan pantanya dan ia minta agar batangannya juga dihisap seperti punya Anto. Saya betul-betul tidak berdaya ketika kedua tangan saya direntangkan ke atas dan dipegang kuat-kuat oleh Romli sambil batangannya dimasukkan maju mundur di mulut saya.
"Iya gitu dong.. Mbak Linda pinter banget deh.. sshh.. ennaakk Mbak.. ennaakk Mbak.. aahh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Kenikmatan itu bukan hanya dirasakan oleh Romli, saking nikmatnya Giyono pun makin cepat gerakannya dalam menusuk lubang pantat saya. Sambil memegang kedua paha saya ke atas dan kadang-kadang mencubit pantat saya dengan gemasnya dia berujar, "Aduuhh Mbak.. tooloong Mbak.. kontol saya udah nggak kuuaatt.. mau keluuaarr.." dan..
"Creet.. creet.. cret.. creet.." akhirnya air sperma yang sangat banyak itu membanjiri lubang pantat saya.
Ketika kedua temannya sudah duduk lemas karena keenakan "gituan". Romli masih terus menggenjot pantat dan batangannya di mulut saya. Menurut saya dia ini mainnya sangat kasar. Tapi justru itu yang paling saya suka. Setelah puas di mulut saya, dia pindah posisi ke lubang pantat saya. Gerakan-gerakannya main liar saja. Sambil bersetubuh dia mainkan juga kemaluan saya untuk dikocoknya dan terkadang juga dia menggigit puting kedua payudara saya.
"Ayo Mbak kita keluar sama-sama ya.." ujarnya penuh harap.
Setelah beberapa menit saya memang sudah tidak tahan untuk orgasme karena rangsangan-rangsangan hebat yang dibuat oleh Romli di seluruh tubuh saya.
"Mbak mau keluar ya.. saya juga Mbak.. sebentar.. sebentar Mbak.. kita sama-sama Mbak.. tuu kaan Mbak.. wah enaakk sekaalii Mbak.. saya juga nggak tahan nih.. aduuhh.. ahhsshh.. Mbaakk saya keluaar Mbaakk.." teriaknya.
Bersamaan dengan itupun saya akhirnya keluar juga, "Aaahh.. sshh, gigit tetek saya dong Mas.."
"Creet.. creet.. creet.."
Ah.. wah benar-benar malam yang indah buat kami berempat.
Tamat