Saudara kembarku

Aku bernama Dedy dan aku mempunyai saudara kembar yang bernama Deny, umur kami saat ini adalah 23 tahun, kami memiliki wajah yang mirip sekali sehingga tidak semua orang bisa membedakannya apalagi kalau baru mengenal kami, tubuh kami, tinggi badan kami dan perawakan kami bahkan berat badan kami hampir sama paling-paling beda satu atau dua kilo saja dan kami kuliah diperguruan tinggi yang berbeda dengan jurusan yang berbeda pula kalau aku mengambil jurusan ekonomi akuntansi sedangkan kembaranku mengambil jurusan pertanian. Kami memang tinggal serumah akan tetapi kami memiliki kamar sendiri-sendiri sehingga privasi kami tetap terjaga dengan baik.

Walaupun sejak kecil kami tumbuh dan besar secara bersamaan akan tetapi tidak semua yang menjadi sifat dan keinginan kami selalu sama. Dan perbedaan-perbedaan itu mulai nampak sejak kami beranjak menjadi remaja. Kami mempunyai rasa ego yang kuat, sehingga tidak mau saling mengalah walaupun itu dengan kembarannya sekalipun sehingga diputuskan oleh orang tua kami untuk memisahkan kami mulai dari kamar tidur, sekolah dan lain sebagainya agar kami tidak selalu bertengkar saja. Sehingga tidak semua kawan sekolahku bahkan sampai kuliah saat ini yang mengetahui bahwa kami adalah anak kembar demikian juga halnya dengan Deny. Karena biasanya saudara kembar itu pasti rukun selalu pergi bersama-sama dan sebagainya, akan tetapi nggak tahu dengan diri kami berdua ini seperti serial Tom and Jerry yang ada di TV itu kadang rukun hanya sebentar kemudian bertengkar lagi, dan kalau boleh diambil persentasenya antara kami rukun jalan bersama dengan pertengkaran kami sebanding 20:80, jadi lebih banyak ketidak sesuaian pendapat dari pada kecocokan kami.

Sehingga walaupun Deny adalah kembaranku, akupun nggak pernah usil ngurusin apa yang dilakukan dengan kawan-kawannya karena akupun juga nggak senang kalau dia usil ngurusin diriku, walaupun kadang aku mendambakan bisa saling curhat, bercanda bersama, pergi bersama dan sebagainya, tapi rupanya itu hanya menjadi angan-anganku saja. Karena kekerasan hati kamilah yang membuatnya kadang tidak bertegur sapa. Dan aku juga bertanya-tanya dalam diriku sendiri, apakah selama ini ada gejolak yang lain dari yang lain, yang selalu mendesak-desak untuk merasakan belaian kasih sayang dari seorang lelaki juga dirasakan oleh Deny kembaranku atau tidak. Apakah aku hanya merasakannya sendiri, kalau kadang malam hari aku beronani seorang diri dengan membayangkan figur jantan yang atletis dengan badan berotot dan dengan batang yang besar dan panjang itu, apakah juga dirasakan oleh Deny.

"Ah, nggak tahulah," jawabku dalam hati pada suatu sore ketika tidak ada kuliah dan aku tiduran didalam kamarku dengan santainya. Sampai akhirnya kudengar ketukan dipintu kamarku.
"Siapa?"
"Aku Ded, Deny" jawab suara dari luar.
"Koq tumben kamu cari aku segala," jawabku dengan cuek "Masuk aja nggak dikunci koq"

Kemudian Deny masuk kekamarku dengan wajah dan muka yang amburadul, begitu kusutnya wajahnya dan muram serta sedih.

"Ada apa Deny?" tanyaku sekenanya.
"Aduh Ded, gimana yaa, aku jadi serba salah nih" sambil meremas-remas tangannya tanda gelisah dalam menghadapi masalahnya.
"Iya ada apa?" "Cepet cerita dong, aku pengin istirahat nih" jawabku mulai sengit.
"Aku mesti mulai dari mana Ded, karena ini merupakan satu rahasia besar dalam diriku" kata Deny.
"Ya, kenapa? Aku nggak punya banyak waktu untuk meladeni kamu kalau kamu nggak cepet cerita," jawabku tambah sengit, "Gua kasih kesempatan buat kamu sampai hitungan ketiga lalu kamu segera keluar dari kamarku, aku mau tidur," kataku dengan ketusnya tanpa ada beban untuk memecahkan masalahnya.
"Gini Ded, aku punya teman kuliah namanya Sony, dan aku naksir berat sama dia, tapi dianya mencuekin aku malahan sekarang malah pacaran sama anak semester satu yang baru masuk itu, apa gua nggak patah hati nih Ded"
"Gua rasanya sudah males deh kuliah lagi kalau lihat tampang si Sony, gua jadi tambah sebel, apalagi kayaknya dia sering senyum-senyum sama aku dengan nada mengejek"
"Sebentar-sebentar, lu tadi cerita katanya lu jatuh hati sama sapa tadi.. gua lupa" tanyaku menyelidik.
"Sony" jawab Deny.
"Sony itu cowok apa cewek" tanyaku lagi.
"Ya cowok dong, Ded, masak ada cewek namanya Sony" jawabnya.

Aku hanya bisa melonggo saja mendengar ini semua, dan dalam hati aku berguman ternyata apa yang kurasakan selama ini juga terjadi pada diri Deny yaitu lebih cenderung untuk mencintai sesama jenis walaupun aku belum pernah terbuka sama sekali, baik kepada teman akrabku sekalipun apalagi terhadap Deny yang seperti Tom and Jerry ini.

"Oh Deny sayang, ternyata kita sama Den" gumanku dalam hati.

Dan segera kuhampiri dia yang sedang duduk ditempat tidurkan dan kupeluk dia dan kucium keningnya, dan dia mendongak ke atas dengan rasa terheran-heran melihat sikapku yang berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam waktu beberapa menit saja.

"Oh Deny, Deny sayang" ucapku.
"Kita sama Den, demikian juga dengan aku lebih cenderung untuk mencintai sesama jenis kita," kataku, "Bolehkan aku menyayangimu lebih dari hanya sekedar saudara kembar dan kaupun boleh menyayangiku lebih dari itu"

Deny masih melongo dan tak mengerti arah pembicaraanku, dan dengan terbata-bata dia menjawab "Jadi.. Jadi lu juga merasakan hal yang sama ya Ded, ooh Dedyku sayang, kenapa baru kali ini kita mengetahuinya, kenapa tidak sejak dulu waktu kita beranjak remaja" keluhnya, sambil menyungsepkan kepalanya dipelukanku.
"Biarlah mulai hari ini, detik ini kita membuka lembaran baru dalam kehidupan kita," kataku.
"Ok, Ded, demikian juga aku akan menyayangimu lebih dari saudara kembarku," kata Deny lagi.

Dan bibir kamipun segera berpagut untuk mencari pelepas dahaga kami yang terpendam selama ini, saling mencumbu, mengelus dan saling membangkitkan gairah kami sampai tak terasa kaos belel yang kukenakan sudah luruh kelantai dan sekarang giliran celana pendekku mulai merosot sampai kepaha berkat usaha Deny untuk bisa memeluk tubuhku dalam keadaan yang polos demikian juga dengan tanganku tidak tinggal diam mulai melolosi kancing baju Deny yang barusan dipakai kuliah dan mulai turun kepinggangnya lalu kulolosi ikat pinggangnya dan gesper celananya dan risleting celanaya tidak ketinggalan kubuka juga dan kurasakan benjolan hangat didalam celana dalamnya yang ukuran sama persis seperti punyaku karena biasanya organ tubuh orang kembar itu mendekati sama baik tinggi badan, besar tubuh dan juga besarnya penis juga mendekati sama kalaupun berbeda itupun sangat sedikit sekali.

Setelah berpagutan untuk berapa lamanya dan kami sudah bugil semuanya, maka kurebahkan Deny diatas tempat tidurku dan mulai kucumbui dia mulai dari keningnya, cuping telinganya, belakang telinganya yang merupakan daerah paling sensitif untuk merangsangya dan turun ke hidungnya kujilati dengan lidahku dan turun kebibirnya dan kamipun berpagutan lagi untuk beberapa lama dengan posisi tubuhku diatas tubuh Deny yang telentang itu.

"Ohh Deny, Deny sayang"
"Oh yeah, Ded, Dedyku sayang, enak Ded, aku selalu mengharapkan yang begini ini Ded, kenapa kita selama ini tidak saling mau terbuka Ded"
"Ohh Ded, kalau tahu begini aku tidak perlu putus asa untuk mengejar Sony, karena aku bisa mendapatkannya pada dirimu, Dedyku sayang," bisiknya ditelingaku.
"Yahh, Den, nggak pa-pa Den, lebih baik agak terlambat dari pada tidak mendapatkannya sama sekali, Deny sayang," rayuku.
"Marilah kita miliki bersama malam ini dengan sepuas-puasnya Den"
"Ohh, yyaahh, baiklah Ded"

Kemudian cumbuanku mulai merayap kedadanya, keputingnya yang kiri dan kanan dan terus turun kepusarnya dan lebih turun lagi kepenisnya yang sudah ngaceng dari tadi dan kukulum dalam mulutku, kusedot, kuhisap dengan kuatnya sehingga kulihat Deny mengelinjang-gelinjang keenakan dan terus kumasuk keluarkan dengan bibirku, kuremas kantong pelirnya dengan tanganku dan jari-jariku mulai turun lagi menuju lobangnya yang aku tahu pasti masih perawan, karena belum ada yang memasukinya demikian juga dengan diriku, yang selama ini kulakukan hanyalah hayalan-halayan belaka tanpa berani bertindak lebih jauh lagi dan baru kali ini aku melakukannya dengan Deny saudara kembarku demkian juga Deny juga baru pertama kali melakukannya denganku. Jadi seolah-olah malam itu adalah merupakan malam pertama bagi kami berdua yang sedang kehausan akan kasih sayang sejenis.

Kumasukan jariku dalam lobangnya setelah terlebih dulu kubasahi dengan ludahku, kumasuk-keluarkan dalam lobangnya sambil mulutku tetap menghisa-hisap penisnya.

"Aaaoohh, aduhh Ded, Dedyku"
"Ooohh enak sekali Ded, teruuss Ded, jangan berhenti"
"Ayyoo Ded, terus Ded, lebih dalam lagi Ded"
"Auucchh, ooghh"

Sampai kurasakan lobang Deny sudah siap menerima penisku, aku segera memeluk Deny dan kubisikkan dalam telinganya

"Den, aku malam ini akan memberikan sesuatu yang pasti kau dambakan selama ini, apa kamu sudah siap Den"
"Eeehh" jawabnya tak jelas.
"Pasti agak sakit nantinya Den" kataku.
"Enggak pa-pa Ded, ayo cepet Ded, aku sudah on berat nih"

Dengan pelan-pelan mulai kumasukkan kepala penisku ke dalam lobangnya yang masih begitu sempit.

"Aaauudduuhh, sakit Ded, tunggu Ded, lu diam dulu yaa Ded" rengeknya.

Untuk beberapa saat aku berdiam diri dengan hanya kepala penisku yang yang baru masuk sedangkan batangya masih seluruhnya berada diluar, lalu dengan pelan-pelan lagi kudorongkan penisku sedikit demi sedikit dan Deny menggeliat kesakitan.

"Aduuh Ded, sakit sekali Ded"
"Kalu gitu aku cabut saja yaa, Den"
"Jangan Ded, aku malam ini akan memberikan yang kumiliki untuk kamu Ded, ayo Ded teruskan, aku sudah siap Ded" lanjutnya.

Akhirnya dengan satu dorongan kuambleskan semua penisku kelobangnya Deny dan kudengar teriakan Deny.

"Adduuhh, Ded, sakit Ded, tapi nggak apa-apa tunggu sebentar yaa Dedyku sayang" rayunya

Setelah beberap saat setelah kulihat Deny sudah tidak tegang lagi baru kutarik penisku dan kumasukkan lagi, karena lubangnya Deny begitu sempit sehingga terasa jepitannya pada penisku sehingga tidak lebih dari sepuluh kali masuk-keluar dalam lobangnya Deny, aku sudah merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari penisku sehingga dengan satu tekanan yang kuat kumasukkan penisku sampai pada pangkalnya dan segerak kupeluk Deny erat-erat

"Ooohh, Den, aku keluar Den, aku nggak kuat Den, begitu nikmatnya lobangmu Den, Oooh Deny sayang terima kasih Den"
"Nah sekarang, ganti kamu Den yang boleh menikmati tubuhku untuk yang pertama kalinya, ayolah Den, please Den, aku siap Den untuk menerimamu dalam tubuhku"

Setelah itu, aku segera telentang sambil mengangkat kedua kakiku ke atas, dan kutekuk lututku sampai kedada sehingga lobangku jadi nendongak ke atas untuk memberikan kesempatan kepada Deny untuk merangsang otot-otot lobangku agar tidak terlalu tegang dan siap untuk menerima milik Deny.

Setelah beberapa saat dan aku merasakan otot-otot lobangku mulai relaks, akupun lalu mengambil posisi menungging dan kusuruh Deny untuk memasukan penisnya yang sudah siap itu dari belakangku. Kurasakan usapan-usapan lembut tangan Deny dilobangku dan kemudian memasukkan jari-jarinya pertama satu, kemudian dua dan kemudian kurasakan benda hangat yang menyentuh lobangku dan ketika kulirik ternyata Deny telah membawa ujung penisnya menuju ke arah lobangku yang sudah siap menerima kehadiran penis Deny. Dan bless

"Ahh, aduh Den sakit juga yaa, sorry yaa kalau tadi aku menyakitmu dengan penisku dan kini aku merasakan sakitnya juga, tapi nggap apa-apa Den, kita impas sudah, aayyo teruskan Den, oohh" racauku tak karuan.

Dan Denypun segera memasuk keluarkan penisnya sambil bergumam.

"Aduh Ded, enak juga yaa memasukin lobangmu yang masih sempit ini, oohh, aaucchh"

Tanpa terasa penisku yang tadi mulai melemas setelah mengeluarkan pejuh kini kembali terangsang setelah penis Deny memasuki lobangku dan tangankupun segera mengocoknya sampai..

"Ayyoo, Den cepet Den aku mmaaoo keluar lagi nih"
"Bentar lagi Ded, aaoohh"
"Ayyoo Ded, kita keluarin bareng-bareng yaa"
"Ayoo Ded, sudah mau nyampe nih"
"Aahahhaahh, aaucchh, ooh Ded, Ded, aku keluar nih dilobangmu, ennaakk Ded" dan bersamaan dengan itu pejuhku menyembur lagi mengenai dada dan perut Deny yang posisinya ada diatasku dan Deny kemudian menciumku dan menjilat pejuh yang ada didadaku.

"Aduh, Ded enak sekali Ded, rasanya aku menyesali diriku sendiri kenapa nggak dari dulu kita saling memberi dan menerima seperti saat ini"

Sambil kutarik kepala Deny, kucium bibirnya yang mirip dengan bibirku dan kubisikkan.

"Kita janji yaa, akan selalu akur dan menikmati kehidupan kita dengan dengan saling menerima dan memberi untuk memuaskan dahaga kita selama ini"
"Ok, aku janji nggak bertengkar lagi sama kamu" kata Deny.
"Sudah ah, kita tidur yook, malem ini lu tidur di kamar gua aja yaa"
"Setuju Ded" jawabnya.

Dan malam itu kita tidur dalam keadaan bugil dan saling berpelukan. Kicauan burung pagi itu terdengar riang sekali diluar jendela kamarku dan kubangunkan Deny yang masih terlelap dipelukanku.

"Den, Den ayo bangun Den, sudah siang nih"
"Aduuh, Ded masih ngantuk nih, abis kerja keras semalem" katanya.
"Ok, deh kita mandi bareng yaa dan ntar kita berangkat kuliah bareng yaa, pake mobilmu aja, lu antar gua terus ke kampus lu, ntar pulangnya gua tunggu lu di depan kampus gua yaa" pinta Deny dengan manjanya.
Dan baru kali ini kulihat Deny begitu manja terhadap aku dan akupun senang kalau dimanjain kembaranku.

Akhirnya kita mandi bareng di kamar mandi yang ada di kamarku, dan setelah selesai mandi Deny keluar menuju kamarnya sendiri hanya dengan melilitkan handuk dipinggangnya. Kurang lebih sepuluh menit kemudian aku sudah siap untuk berangkat kuliah dan kuhampiri kamar Deny dan ternyata diapun sudah siap untuk berangkat dan kamipun turun dari lantai atas dengan berangkulan sambil menuruni tangga dan pemandangan ini sempat memukau seluruh penghuni rumah yang sedang menunggu kami untuk sarapan pagi itu, kedua orang tuaku lagi benggong dan melongo demikian juga dengan adikku yang cewek semua melihat ke arah kami seperti melihat suatu keajaiban, karena merupakan hal yang paling langka kalau kami bisa berjalan bersama apalagi sambil berangkulan dengan muka yang cerah dan berseri.

Dan pagi itu kami sarapan dengan diselingi canda tawa antara aku, Deny dan Rina sedangkan kedua orang tuaku hanya senyum-senyum saja penuh dengan keheranan dalam menanggapi tingkah kami pagi itu. Tapi biarlah keheranan mereka tetap berkecamuk dalam kepala mereka tanpa tahu apa yang sebenarnya, yang telah terjadi diantara kami sehingga bisa berubah sedrastis itu.

Setelah selesai sarapan, aku segera mengambil kunci mobilku dan menuju kegarasi untuk mengeluarkan mobilku dan dari belakang Deny berlari sambil berteriak

"Ded, tunggu dong masak gua mau ditinggal, khan lu sudah janji mau ngantar gua kekampus"
"Ok, aku tunggu, gua mau manasin mesin dulu nih"

Sejenak kulirik kedua orang tuaku dengan ekor mataku, kulihat mereka makin melonggo lagi, ada keajaiban apalagi ini pikirnya. Koq tumben dan nggak biasanya kami bisa akur berangkat kuliah bareng apalagi aku harus mengantar Deny terlebih dulu dan nanti pulangnya aku menjemput dia lagi.

Dan sejak saat itu kalau kami berangkat kuliah selalu bersama-sama, kalau tidak aku yang mengantar Deny dengan mobilku, ya Denylah yang ganti mengantar aku dengan mobilnya, jadi lebih irit gitulah dalam hal transportasi kekampus kami masing-masing. Sehingga pada suatu sore ketika giliranku untuk menjemput Deny, aku parkir mobilku di depan kampus Deny dan untuk membuang waktu aku nongkrong diatas mobilku sambil ngeliatin mahasiswa yang cakep-cakep lalu lalang di depanku. Dan kudengar suatu suara seseorang.

"Hai, Den lu bolos kuliah yaa hari ini," teriak seseorang sambil menepuk bahuku, keliatannya sih akrab benar dengan Deny.
"Ops, sorry gua Dedy, bukan Deny," jawabku.
"Lho..? Jadi Deny itu kembar yaa?" tanyanya sambil melongo.
"Iya, benar dan gua adalah saudara kembarnya," jelasku.
"Heran yaa, selama ini Deny nggak pernah cerita tuh kalau punya saudara kembar yang wajahnya mirip betul" katanya.
"Sorry yaa kalau aku sudah membuatmu kaget tadi"
"Oh, nggak apa-apa koq"
"Lagi nungguin Deny yaa?" tanyanya lagi.
"Ya, koq belum keluar-keluar ya tuh anak" sambungku.
"Paling-paling bentar lagi"

Ketika itu kulihat Deny berlari dari arah halaman kampus dan berteriak.
"Sorry yaa Ded, lu nunggu kelamaan yaa"
Ketika Deny melihat seseorang disebelahku lalu diapun berkata.
"Oh yaa Ded, ini Ricky teman kuliah gua" kata Deny memperkenalkan Ricky padaku.
"Kita tadi sudah ngobrol koq, dan dia mengira aku adalah kamu" jelasku.
"Iya Den, lu selama ini nggak pernah cerita sama aku kalau kamu punya kembaran yang mirip banget wajahnya" protes si Ricky.
Deny tidak menjawab dan hanya tersenyum aja lalu menghampiri aku dan memeluknya dan membisikan kata.
"Ayo Ded, kita pulang"

Kami berdua segera memasuki mobilku dan kujalankan dan tak lupa kami lambaikan tangan untuk Ricky yang berdiri sambil terbengong-benggong. Apakah Ricky mengetahui hubungan istimewa diantara kami selain sebagai saudara kembar atau tidak, yang penting kami bisa menikmati hidup ini dengan penuh keceriaan

Tapi biarlah hanya kami sendiri yang tahu jawabannya dan menjadikan semuanya itu menjadi rahasia kami berdua, sikembar yang jadi akur, rukun selalu pergi bareng dan tidur bareng di kamar kami secara bergantian dan juga tetap saling memberi dan menerima didalam kepuasan kami, sampai kapan kamipun juga tidak mengetahuinya. Semoga tetap begini untuk selamanya.

Tamat