Tiga kali sehari

Hari itu, entah kenapa sejak sore aku selalu membayangkan hal-hal yang erotis. Awalnya aku melihat iklan acara Bule Masuk Kampung di TV, dan aku mulai membayangkan bagaimana jika bule tampan itu membuka baju dan celananya, lalu celana dalamnya, sehingga terlihatlah batangannya yang berwarna putih agak kemerah-merahan dan mengeluarkan precum karena ereksi.

Menjelang sore, seperti biasa teman-temanku berdatangan untuk sekedar ngobrol, numpang nonton TV, atau ada yang iseng bermain game di komputerku. Dan aku seperti biasa menyiapkan minuman segar. Dan setelah kami berbuka, lalu teman-temanku pulang sehingga tinggal aku saja yang menonton acara TV. Dan aku kembali melihat iklan acara bule seksi itu, lalu kuganti channelnya, kulihat iklan acara gosip yang dipandu Ully yang tampan dan sensual. Aku jadi tidak konsentrasi. Badanku jadi panas, dan kuputuskan untuk ke kamar mandi.

Aku ke kamar mandi membawa pencukur kumis. Setelah membuka baju dan celanaku, tinggallah celana dalam yang menimbulkan sesuatu yang jadi berbentuk seperti gunung. Oh, my god! Aku terus ereksi! Mungkin saatnya aku mengeluarkan sesuatu dari dalamnya sehingga aku jadi tenang. Kutarik pelan-pelan celana dalamku, lalu kuambil pencukur itu, dan kuhabiskan seluruh bulu yang ada di sekitar penisku.

Aku mulai membayangkan sedang mendekap Ully si presenter itu yang sedang berbaring telentang di ranjang dengan kedua kaki yang terjulur di lantai. Lalu aku meremas sesuatu dari balik celana dalamnya sambil menciumi bibirnya yang sensual. Membayangkan sedang mengocok penis Ully, aku jadi gemetaran. Kusambar kontolku sendiri, lalu kudorong dari bagian bawahnya sehingga tengadah ke atas menyentuh perutku. Kugesek dengan telapak tanganku dengan arah ke atas dan ke bawah, sambil kubayangkan melakukannya dengan Ully. Dan efeknya? Wow! Batanganku berdenyut-denyut dan beberapa menit kemudian sesuatu memaksa keluar dengan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan tulisan. Aku mandi dan kembali ke kamar.

Di dalam kamar, aku melepas lilitan handukku, lalu bercermin pada kaca lemari besar. Wow! Tubuh yang indah! Cute, menggemaskan! Aku selalu terrangsang sendiri saat melihat diriku di cermin. Kubayangkan aku meniduri diriku sendiri lalu bercinta sampai pagi. Aku agak kaget saat kudengar suara ketukan dan ada yang memanggilku.

"Li, Li, buka dong!" seru sebuah suara tergesa-gesa. Gawat! Aku buru-buru memakai celana dalam, dan berpakaian lengkap.
"Sebentar!" Setelah kubuka pintu, ternyata Harry dengan wajah tampan dan polosnya yang sedang kebingungan.
"Ada apa?"
"Tolong Li, aku mau ngerjain tugas malam ini, tapi komputerku tiba-tiba rusak"
"Lho, apa hubungannya sama aku?" ledekku bercanda.
"Ah, kau ini, ayolah, besok harus dikumpulin nih."
"Iya, iya, sebentar", lalu aku mengambil beberapa keping CD yang mungkin diperlukan untuk memperbaiki komputer Harry.

Kami melaju dengan motor Harry. Baru kali ini aku dibonceng Harry, karena beberapa kali saat komputernya rusak, selalu Yoyok yang menjemputku ke kost Harry. Kuamati terus bagian belakang lehernya, lalu kulit pipinya yang halus, dan, bau khas badannya yang entah memakai deodoran jenis apa. Di jalan Harry terus bercerita tantang komputernya yang tiba-tiba rusak, tetapi aku tidak begitu mendengarnya, karena pikiranku sibuk membayangkan hal-hal porno karena saat ini aku ada di belakang Harry yang membuat kontolku ngaceng. Anak ini sama sekali tak sadar, bahwa gayanya yang polos dan seperti anak kecil yang tak punya dosa telah membuatku horny. Sesampainya di kost Harry yang berjarak sekitar 5 kilometer, beberapa teman sedang nongkrong sambil bermain gitar. Salah satunya aku kenal, Miko, yang lebih dulu kukenal sebelum Harry.

"Helo profesor, gimana? Tuh si Harry, nggak tau diapain komputernya" kata si Miko.
"Enak aja, orang dianya yang rusak sendiri" Harry membela diri dengan gayanya yang polos. Aku cuma tersenyum menanggapinya. Kami langsung menuju kamar Harry.
"Gimana sih gejalanya?" tanyaku sambil menekan tombol power.
"Nggak tau tuh, kok selalu nggak bisa muncul windowsnya."
"O, ini kan ada file yang korup" aku mendiagnosa setelah kulihat pesan muncul di monitor saat itu.
"Korup? Mana kutau? Abis pake bahasa inggris gitu errornya"
"Makanya, bahasa inggris tuh lebih penting daripada bahasa jawa, hehe" aku mencoba meledeknya.

Berikutnya, aku serius mengotak-atik komputer sakit itu sehingga jarang berbicara. Setelah beberapa menit, Harry bertanya padaku..

"Kira-kira bisa nggak ya komputerku jadi bagus malam ini?"
"Alaa, paling banter kan rusak trus beli baru" jawabku sekenanya.
"Ali, kau ini bercanda terus, aku gugup nih, tugas belum diketik sama sekali."

Harry terlihat cemberut. Lalu kulihat dia melepas kaosnya, mungkin kepanasan. Aku sempat melirik badannya yang bersih. Wah, gawat, ada yang bangkit lagi di bawah sana.

Kira-kira beberapa langkah lagi aku menyelesaikan tugasku, jadi aku tinggal menunggu proses yang berlangsung. Kulihat Harry yang bertelanjang dada sedang sibuk menekan-nekan tombol HP-nya. Kesempatan! Aku melihat badannya sepuas-puasnya. Oh, seandainya! Ternyata Harry menyadari bahwa aku sedang mengamatinya.

"Eh, udah selesai ya?"
"Yah, dikit lagi" jawabku sambil menarik nafas. Mungkin harry mengiraku capek, lalu dia bangkit dan memijit pundakku.
"Nah, gitu lah. Oya Har, kau pulang nggak lebaran?"
"Pulanglah, orang cuman beberapa kilometer itu"

Aku jadi keenakan dipijit oleh tangan Harry yang bersih tapi kokoh.

"Ehe, kok aku malah ngaceng, ha.. Ha.." ledekku dengan menunjukkan kesan bercanda. Harry cuma tersenyum kecil karena mengira aku bercanda.
"Wah, Li, aku males-e nganterin kamu pulang, tidur sini aja ya? Tenang aja, ntar kubangunin"
"Jangan Har, aku ada yang mau kuurusin malem ini" tolakku segera.
"Apaan? Skripsi? Dari dulu perasaan nggak jadi-jadi juga"
"Ya udah, kalo gitu ngurusin wisuda" aku meralat.
"O, ya udah, entar kuanterin.

Saat Harry sedang asyik nyerocos sambil memijit pundakku, tiba-tiba aku menangkap tangannya dengan kedua tanganku.

"Eh, kenapa?"
"Mm, nggak, tanganmu halus, tapi kuat juga, aku sampe kesakitan." Harry coba menarik tangannya.
"Lepasin ah!" Aku melepaskannya, tapi langsung berdiri dan mengunci pintu dan kuambil gagang kuncinya. Harry gemetaran.
"Kamu, mau apa?"
"Harry, please Har, aku suka sama kamu sejak aku ke sini pertama dulu Har!"
"Tapi, tapi, kita kan sama-sama cowok"
"Iya, aku kan suka cowok. Cewek itu nggak menarik Har!" aku bicara terus terang.

Aku terus maju dan akhirnya aku berhasil mendekap badannya. Dia coba meronta, tapi meskipun dia lebih tinggi dari aku, siapa yang bisa melawan kekuatan setan birahi? Hehe. Aku mengunci kedua tangannya dengan tangan kananku dan membawanya ke belakang badannya, sehingga tangan kiriku bebas merayap di dadanya yang paling membuatku horny, sementara posisiku menduduki kedua pahanya. Sambil terus begitu, aku mulai mencium pipinya dan dia mulai tenang, atau mungkin dia berpikir untuk sedikit bersikap lunak karena nasib komputernya ada di tanganku.

"Malam ini aja ya Har, malam ini aja, please! Aku bener-bener ngaceng" pintaku.

Hari diam saja. Aku terus menciumi wajahnya, lalu tangan kananku melepaskan kedua tangannya dan berganti meremas-remas kontolnya dari celana panjangnya. Ternyata lama-lama dia menikmatinya juga, buktinya dia memejamkan mata sambil mendesah. Aku membuka celananya yang tidak berikat pinggang, dan kepala kontolnya yang bersih langsung terlihat menyembul melebihi ukuran celana dalamnya. Kuusap perlahan-lahan kepala kontol bagian bawah, dan dia tampak sangat menikmatinya sampai-sampai badannya gemetar.

"Kamu pernah ngeseks sama pacarmu?"
"Enggak. Oh, Li, terusin aja Li, oh, enak Li"

Wah, jangan-jangan nanti dia ketagihan, pikirku. Baguslah! Lubang kontol Harry mulai mengeluarkan precum, dan aku langsung menjilatinya, lalu kumasukkan sekalian batangan itu ke mulutku, dan kubuat gerakan maju mundur di mulutku. Harry keenakan sampai-sampai kedua tangannya meremas-remas seprei kasurnya.

"Oh, Li, aku, aku mau keluar Li"

Kemudian kurasakan sesuatu muncrat di mulutku, dan kutelan sebanyak-banyaknya. Tapi mungkin Harry jarang mengeluarkan spermanya, sehingga karena terlalu banyaknya yang keluar, sampai tidak cukup kutelan. Kulihat ekspresinya yang sangat puas. Dia terkapar lemas sambil menatap batangannya yang mulai lemas. Aku ikut berbaring di sebelahnya lalu memeluk dari samping.

"Enak nggak Har?" aku bertanya dengan nada mesum.
"Eh, iya. Kok bisa ya? Padahal kita, sejenis"

Aku tidak menanggapinya lagi karena tanganku mulai meraba-raba bagian bawah perutnya, kuelus-elus dengan perlahan. Harry mulai tidak tenang. Dia melepaskan pelukanku lalu tangan kirinya meraih kontolku yang masih belum dibebaskan dari ereksi.

"Sekarang giliranmu" bisiknya sambil meremas-remas kontolku, aku juga mulai mengocok kontol harry sehingga tak lama kemudian, dia bangkit lagi.

Dia nampak terlonjak, lalu frekuensi kocokannya naik dan badannya kembali bergoyang-goyang menyesuaikan dengan kocokan tanganku.

"Har, mau nggak kau masukin kontolmu di pantatku?"
"Ha? Emang bisa?"
"Coba aja"

Lalu aku bangkit dan kubimbing dia untuk memasukkan penisnya ke pantatku, setelah sebelumnya kulumuri lagi penisnya dengan ludahku. Tidak terlalu lama, seluruh kontolnya masuk ke pantatku. Posisinya aku telentang dengan dua kaki terangkat ke atas dan dia menyodokku dari arah depan pantatku. Kulihat matanya merem-melek. Tentu karena baru ini dia merasakan batangannya dijepit sesuatu dan bukan milik pacarnya.

"Ayo, har, dorong!"

Harry menurut. Didorongkannya badannya maju mundur. Awalnya lambat, lalu semakin lama semakin kencang. Aku yang merasakan nikmat tak terkira mulai membanjir precumku minta penyelesaian. Aku meraih batanganku dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai-belai kepala Harry. Harry semakin keenakan, begitu juga aku.

"Har, aku mau keluar" teriakku, yang mungkin karena belum orgasme sejak tadi.

Secara spontan Harry menangkap spermaku dengan mulutnya lalu menelannya. Mungkin dia agak kaget karena baru pertama meminum cairan kaum adam ini. Tapi dia semakin bernafsu menggenjot pantatku.

"Li, aku mau keluar juga, kamu nggak bisa hamil kan?"
"Hehe, nggaklah, keluarin di dalam pantatku aja Har" Lalu Harry melenguh dan sesuatu membanjir ke arah dalam perutku.
"Nggak usah dilepas Har" perintahku.

Lalu aku membalik posisi sehingga Harry yang telentang dan aku sebaliknya dengan posisi duduk menghadapinya, sementara kontolnya tetap menancap di pantatku. Aku mendekatkan badanku sehingga bisa mencium dan meraba-raba dadanya. Aku mendengar dengus nafasnya seperti orang yang baru saja berlari jauh.

"Li, malam ini kayak surga Li, coba dari dulu kamu ajari aku kayak gini"
"Aku kan kasihan sama kamu Har, coba malam ini kau nggak buka baju dan nggak mijiti aku, mungkin nggak terjadi"

Adik kecilku yang terjepit di antara perut mulai terusik karena tertindas badan-badan seksi kami. Beberapa bagian sperma Harry yang ada di pantatku mengalir keluar. Sekali lagi aku melumat bibirnya. Lalu kubisikkan bahwa aku ingin menusuknya. Dia mengijinkan walaupun agak khawatir.

"Tenang aja, kau liat kan tadi aku keenakan waktu kau masukin anumu?" Dia mengangguk, lalu aku mencabut penisnya dari pantatku.

Perlahan-lahan aku mengolesi lubang pantat Harry dengan spermanya yang keluar dari pantatku, lalu kumasukkan telunjukku dan kugesekkan di lubangnya. Harry mencoba menahan rasa sakitnya yang lama-lama berubah menjadi erangan keenakan.

"Oh, ayo Li, masukin" rupanya batangannya kembali tegang dan tangan kanannya mulai mengocok batangnya sendiri.

Aku mulai memasukkan seluruh batanganku dengan pelan-pelan sambil kututup mulutnya dengan tangan kananku. Harry menahan nafas sementara proses penetrasi berlangsung. Dan setelah sempurna, dia bernafas sejenak, lalu aku mengambil alih untuk mengocok batangannya dengan tanganku. Setelah dia keenakan, aku mulai memaju-mundurkan pantatku. Dia benar-benar keenakan, sampai kepalanya bergoyang-goyang.

Lalu dia memisahkan penisnya dari tanganku dan mulai mengocoknya sendiri. Rupanya dia terlalu terbawa perasaan sehingga dia muncrat duluan. Aku masih terus menggenjot pantatnya dan semakin kupercepat gerakanku. Setelah beberapa menit, ahirnya kupenuhi pantatnya dengan spermaku. Karena kehabisan tenaga, aku langsung mencabut senjataku lalu berbaring sambil memeluk Harry.

"Har, malam ini aku seneng.. Banget, kau gimana?"
"Iya, sama, makasih ya, coba kalau tadi aku nolak, ha.. ha.."
"Udah, sekarang mau rusak tiap hari, aku perbaiki deh komputermu. Asal kau yang jemput. Ok?" kataku sambil tersenyum nakal.
"OK lah, gampang"

Setelah lama ditinggalkan, komputer di sebelah kami ternyata telah lama selesai berproses. Akhirnya aku pamit dan minta diantar.

"Waduh, aku capek banget Li, takutnya entar ketiduran waktu ngantar kamu. Gimana kalo kusuruh Miko aja yang ngantar?"
"Ok-lah, nggak papa"

Harry berjalan menuju ruang nonton yang ada di lantai dua, lalu meminta tolong Miko untuk mengantarku. Di tengah jalan, Miko terus menerus memperhatikan penunjuk kecepatan (mungkin) sambil tidak tenang.

"Kenapa sih Mik?"
"Kayaknya Harry lupa ngisi bensin. Nih, mau habis"
"Trus gimana?"
"Ya udah, kita cari pom bensin"

Setelah beberapa ratus meter, ternyata beberapa pom bensin yang ada sudah tutup, mungkin karena sudah terlalu malam. Dan motor itu pun macet.

"Wah, Gimana nih. Kita dorong?" tanyaku.
"Walah, jadi nggak enak, udah ngerepotin jauh-jauh, malah jadi gini" Miko jadi merasa bersalah.
"Nggak papa kok, siapa tahu nanti di depan ada yang masih buka"

Lalu Miko menuntun motor itu dan aku mendorong di belakang. Karena kelelahan, aku berhenti sambil memegangi lututku.

"Kenapa Li? O iya, kamu kan capek abis ngurusin komputer. Ya udah, kita istirahat dulu"
"Ok deh" Lalu Miko berhenti dan kami duduk di pinggir jalan. Rupanya cara bernafasku yang seperti kehilangan banyak energi membuat Miko memperhatikanku.
"Kamu kayak abis berkelahi dech. Atau jangan-jangan.." Tiba-tiba Miko menarik badanku sampai dekat sekali di badannya.
"Aku mencium bau sperma. Kamu abis ngapain di kamar Harry?"

Aku gemetaran. Wah, gawat! Bisa berantakan semuanya. Atau dia akan kugarap juga ya? Supaya tutup mulut. Belum selesai berpikir, tiba-tiba Miko menempelkan bibirnya ke bibirku. Karena kaget, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayolah Li, aku tau kamu gay, dan aku udah lama cari kesempatan buat bercinta sama kamu"

Akhirnya aku membalas lumatan-lumatannya. Lama-kelamaan Miko membuka celananya, lalu celana dalamnya. Dia mengocok batangannya. Aku segera merebut batangannya, lalu kukocok sambil sebelah tanganku membelai dadanya.

"OK, Mik, aku terima tantanganmu" jawabku mantap.

Aku terus mengocok kontol Miko. Miko terengah-engah. Mungkin untuk mengalihkan perhatian atau reaksi dari rasa nikmat, tiba-tiba dia menarik resleting celanaku sehingga dia berhasil menarik batanganku yang sudah setengah tegang. Akhirnya kami saling mengocok. Iya, di pinggir jalan itu. Untung hari sudah malam. Tapi tak urung aku khawatir juga.

"Mik, kita di jalan nih" Miko tidak mempedulikan kata-kataku. Dia mempecepat kocokannya di penisku sambil menggerak-gerakkan pantatnya.
"OK, Li, aku mau keluar, Ayo Li, percepat!"

Aku pun mempercepat kocokanku pada kontolnya dan, crot! Crot! Sperma Miko memancar ke atas sejauh beberapa centimeter. Aku dibuatnya terkagum-kagum. Sambil terus telentang, dia memperhatikan ekspresi mukaku yang keheranan.

"Kenapa? Takjub? Nanti kukasih tahu caranya, tapi sekarang giliranmu."

Kini Miko mengganti posisi. Dia mengulum kontolku beberapa menit. Mungkin karena sudah beberapa kali orgasme hari ini, akibatnya aku tak kunjung orgasme.

"Kok nggak keluar-keluar Li?"

Belum sempat aku berkomentar, Miko melepas kontolku, berganti posisi, lalu segera memasukkan kontolku. Bles! Ternyata lubang Miko tidak terlalu sempit. Sambil aku menggenjot pantatnya, dia mulai ereksi lagi, sehingga mau tak mau dia mengocok penisnya juga.

Mungkin karena pengaruh pantatnya yang hangat, akhirnya aku merasa hampir orgasme.

"Mik, aku mau keluar Mik, oh.."
"Sebentar Li.." erang Miko dengan suara gemetar. Lalu Miko mempercepat kocokannya.
"Oh, aku mau keluar juga. Oh.."

Aku mempercepat genjotanku, dan dia mempercepat kocokannya, hingga.. kami melenguh hampir bersamaan. Sperma Miko muncrat beberapa centimeter ke udara lagi dan aku kembali dibuatnya takjub. Aku benar-benar kelelahan malam itu.

"Mik, aku capek banget" Miko memelukku erat.
"Jadi benar kamu ML sama Harry?" Aku mengangguk ragu-ragu.
"Tadi di kost aku juga udah onani. Makanya aku kecapekan."
"Wah, kamu, hebat juga, padahal udah lama aku ngincer Harry, eh malah kamu yang dapat duluan"
"Nasib Mik, nasib.. Hehe."

Akhirnya Miko mendorong sendiri motor itu karena tahu aku kelelahan. Untunglah, beberapa ratus meter kemudian, ada penjual bensin eceran, dan akhirnya sampai di kostku. Sebelum pamit pulang, Miko mencium keningku.

"Aku suka kamu Li, nggak peduli biar pun kau udah jadian sama Harry, aku tetap suka sama kamu" Aku cuma bisa terbengong mendengar pengakuannya.

Setelah Miko pulang, aku langsung tertidur tanpa sempat mencuci muka atau menggosok gigi. Yah, lelah mendapat kenikmatan bertubi-tubi. Oh, alangkah indahnya hari ini.

Tamat