Sesama Pria
Saturday, 14 November 2009
Atas nama cinta
Dari beberapa user ada 1 orang yang berhasil menarik perhatianku. Dia mengaku bernama Hendra tinggal di bilangan Jakarta Utara, wah tidak terlalu jauh dari tempatku tinggal tidak ada salahnya untuk melanjutkan pembicaraan ini ke tahap lanjutan. Singkat kata aku dapat nomor teleponnya dan hati merasa senang.
"Hai, apa kabar?", kataku dalam percakapan telepon dengan Hendra, "baik, kapan main ketempatku?" katanya. Wah ajakannya membuat hatiku senang dan saya memutuskan untuk datang ke tempatnya malam itu juga.
Sedikit kecewa karena saya terlambat dari janji yang seharusnya tiba di tempatnya pukul 21.00.
"Maaf ya aku terlambat" kataku.
"Tidak apa-apa, ayo silahkan masuk."
Ruangan rumahnya ada di lantai 2, ternyata dia mengontrak di lantai atas sedang penghuni di lantai 1 ada beberapa orang wanita lanjut usia dan seorang diantaranya adalah pemilik rumah. Kami naik ke atas lalu terlibat dalam perbincangan hangat dan kemudian darisana ku ketahui bahwa dia seorang yang baik, bekerja di bidang pendidikan dan orang yang jujur pula. Dia bercerita betapa menderita hidupnya beberapa tahun lalu, sebatang kara hidup di Jakarta dan harus mengadu nasib tanpa adanya sanak saudara. Hatiku merintih perih membayangkan susahnya mencari sesuap nasi di Ibukota tanpa bekerja. Dia seorang guru freelance sekarang ini dan tempat dia tinggal sekarang ini adalah bantuan dari pihak yayasan tempat dia bekerja, sungguh malang nasibnya. Saya merasa tidak nyaman bertamu ke tempat orang sampai larut malam dan kemudian memutuskan untuk pulang.
Keesokan siang harinya saya datang kembali untuk menemuinya, sungguh Hendra seorang yang menarik, berperawakan sedang, jantan dan sopan dalam bertutur kata. Dia menceritakan tentang mantan pacarnya, seorang yang sabar yang dikenalnya lewat room chatting dan langsung jadian meski belum pernah bertemu dan membuat komitmen. Menyesal namun terlanjur menjalani karena komitmen walau tidak suka jawabnya, hem agak janggal menurutku. Dan terkaanku benar, "aku selingkuh dengan beberapa pria dan pacarku tidak pernah cemburu" jawabnya. Aku menanyakan bagaimana dia bisa tetap melanjutkan hubungan mereka selama 2 tahun kalau batin mereka tersiksa. "Aku sudah beberapa kali menyatakan putus ke pacarku tapi dia kerap kali menangis dan memohon untuk tidak di tinggalkan, aku tak tega maka dari itu saya tetap bertahan. Sampai suatu ketika dia yang memutuskan hubungan kami dan parahnya aku telah benar-benar jatuh cinta kepadanya." singkat cerita Hendra kepadaku.
Kami duduk bersila di depan TV menonton tayangan DVD walaupun tidak terlalu serius untuk di tonton. Perlahan Hendra memelukku dan aku membalasnya dengan ciuman hangat. Hatiku bagaikan terbang melambung dan bahagia di perlakukan begini. Sedikit napasku tertahan merasa kebahagiaan. "Aku senang berada di sini bersamamu, menikmati waktu berdua denganmu dan aku berharap suatu saat nanti kamu bisa menjadi orang sukses" kataku, dan dia melanjutkan "semoga kita bisa tetap bersama, aku menyukaimu dan berharap kamu tidak pernah meninggalkanku." Ciumannya semakin panas dan membara dia menentengku masuk ke kamar, "oh Tuhan hatiku merasa sangat panas dadaku seakan mau meledak dia orang yang tepat untukku." gumamku dalam hati. Aku menservis dia, segala oral kulakukan demi kebahagiaan dan kesenangannya. "Boleh aku fuck kamu?" pintanya, "apapun kuberikan sayang" jawabku. "Ourgh...." erangku saat miliknya yang besar berhasil masuk. Aku mengambil posisi diatas untuk memuaskan Hendra dan dia tidak butuh waktu lama untuk mencapai klimaks. "ouh... aku mau keluar" erangan dari mulut Hendra begitu dasyat bak harimau mengaum, oh lelakiku yang tangguh meski aku tidak mencapai klimaks asal kau bahagia tidak mengapa. Malam itu aku menginap di rumahnya.
Aku tidak dapat tidur nyenyak di malam hari, Hendra kembali melanjutkan hasratnya untuk kedua kali. Betapa bahagia kurasakan. Pagi haripun dia masih menginginkanku dan kembali kulanjutkan servis yang terbaik untuknya, tetap tanpa kurasakan klimaks.
Hari-hariku tidak pernah kurasakan sepi meski tidak setiap hari bertemu tapi lewat telepon dan suara Hendra yang kudengar sudah lega rasanya. 1 minggu setelah pertemuanku dengannya aku mengajaknya untuk pergi berlibur ke Surabaya. Sempat dia menolak dengan alasan tidak ada uang untuk pergi dan aku membuat kesepakatan untuk membayar segala tiket, hotel dan makanannya. Aku bahagia akan cinta yang kudapat.
Setiba kami di Surabaya jam 09.30 pagi kami merubah rencana untuk terbang ke Bali. Hendra belum pernah ke Bali dan ini adalah liburan pertamanya, kami sempat menunggu beberapa jam di airport setelah membeli tiket dengan penerbangan jam 02.00 siang. Singkat kata tibalah kami di hotel di kawasan kuta Square. Ada sedikit kejanggalan dari sikapnya hari ini, diam dan tidak banyak bicara. Beberapa kali kucoba untuk menghiburnya dan nyatanya sia-sia. Aku bertanya "bagaimana supaya membuat hubungan kita ini berjalan lama dan bukan hubungan singkat?" jawabnya, "kamu harus menjadi seorang yang kreatif." Aku kembali senang karena Hendra kembali ceria dan dia mencumbuku mesra di kamar hotel, kemudian kami tidur.
Keesokan harinya kami pergi berkeliling bali menaiki motor yang kusewa, beberapa tempat wisata kami kunjungi. Malam hari dia ingin melihat Q-bar, gay cafe dan aku berjanji untuk membawanya dan memperlihatkan dunia gay di bali. Betapa kagetnya ketika dia memulai tingkah tebar pesonanya ke beberapa bule di sebelah, apakah dia tidak merasakan bahwa aku melihat dan ada di sebelahnya? Kutepiskan segala perasaan negatifku terhadapnya. "Bisakah kau ke atas sebentar dan tinggalkan aku?" Jawabnya, agak bingung akan permintaannya namun ku luluskan permintaannya. Di ruangan atas kurasakan ketidak nyamanan, aku merasa hening dan kesepian meski musik berdentang keras, 5 menit, 10 menit, 15 menit aku memutuskan untuk segera turun dan menemui Hendraku yang tercinta dan kagetnya diriku melihat dia sedang berduaan dengan seorang bule. Aku keluar dari cafe tersebut, dia tidak melihatku, oh Tuhan apa yang harus kulakukan haruskah kutinggalkan dia sendiri disini dan kembali ke hotel? Tidak, aku pergi ke Bali berdua dan pulang ke Jakarta pun harus berdua. Aku memutuskan untuk masuk. "Hai" aku duduk kembali ke meja kami dan menyapa Hendra. Dia agak kaget, "kenapa cepat kau kembali, dia ingin mengajakku ke hotelnya." Aku merasa hatiku di iris-iris dan sangat kecewa, tidak mengapa sampai saat ini kita belum berkomitmen. Hendra membatalkan kelanjutan pembicaannya dengan si bule dan memutuskan untuk kembali ke hotel tempat kami. Dia memilih bungkam semalaman sampai esok pagi kami harus kembali ke Jakarta.
Beberapa hari setelah di Jakarta aku menelepon Hendra di sore hari "Tolong jangan hubungi aku, menelepon ataupun Sms sampai tanggal 10 Juni, aku harus pergi ke Bandung urusan pekerjaan." Oh Tuhan berarti aku harus menyepi tanpa bertemu ataupun mendengar suaranya. Sedih, kaget segala perasaan bercampur. " Mengapa?" Tanyaku, dan jawaban terakhirnya "tunggu tanggal 10 Juni akan ku jelaskan."
Waktu yang hampa menderaku, pernah kucoba Sms dia dan bertanya alasannya yang tidak masuk akal, jawabannya adalah bahwa aku seorang yang possesif. Aku sedih mendengarnya, kucoba bertahan dan sabar menanti sampai bulan depan tiba.
Tanggal 10 Juni sore hari aku memutuskan untuk meneleponnya menuntut jawaban pasti atas sikapnya. "tidak sekarang lewat telepon saya akan menjawab kamu tapi lewat email, tidak enak bicara langsung." Keesokan hari kudapatkan jawaban yang menyakitkan dan sangatlah klise dari Hendra, "maafkan saya yang tidak bisa berbohong, saya bukan orang munafik, selama kamu tidak menghubungi saya ada orang lain yang telah masuk ke dalam kehidupan saya. Adikku telah selesai dengan pendidikannya dan sekarang dia tinggal bersamaku, so maaf kamu tidak bisa datang ke rumahku lagi." Aku telah berkorban demi cinta, apa yang kulakukan selama ini adalah atas nama Cinta. Dan kata-kata terakhir dariku untuk Hendra adalah, "aku mencintai seseorang dan terus berjuang demi kelanjutan cinta. Tapi ada kalanya aku harus berhenti menyayangi seseorang apabila orang tersebut tidak pantas untuk di sayang"
Aku tahu dan kemudian tersadar bahwa dia bukanlah orang yang baik, 2 bulan kemudian ketika aku masuk ke room chatting aku bertemu lagi dengannya. Dia yang duluan menghampiriku, walau sudah lama tidak berjumpa namun sudah kucurigai bahwa orang ini adalah Hendra. Kutanya tinggal dengan siapa dan siapa mantan pacarnya namun dia tidak pernah menyebutkan bahwa saya adalah orang yang pernah dekat dengannya. Mantan pacarnya orang Bandung. Ku ketahui bahwa selama saya bersamanya dia sudah bermain api dan sedang berpacaran dengan lelaki asal Bandung. Tuhan salahkah aku ini, tidak layakkah aku untuk dia, apakah kekurangan yang dimiliki olehku, aku sudah berkorban dan kesedihanlah yang kudapatkan.
Tamat