Sesama Pria
Saturday, 28 November 2009
Pacarku adalah adik pacarku
Saat ini aku sudah mempunyai seorang pacar, adik kelasku yang kukenal saat OSPEK, tapi perasaanku padanya berbeda dengan perasaanku pada laki-laki, aku sering merasa bergairah jika bersentuhan dengan laki-laki yang keren tapi dengan pacarku aku merasa biasa-biasa saja. Jadi jika harus jujur, aku lebih menyukai adik pacarku yang bernama Iwan, yang masih duduk dibangku SMU. Aku sering membayangkan bercumbu dengan Iwan. Pacarku sering merasa aneh jika diantara kami ada Iwan sehingga untuk menghilangkan kecurigaan pacarku aku sering mencumbunya dan kami pernah melakukan hubungan badan, saat itu aku merasa sangat bergairah saat melakukannya karena aku membayangkan sedang melakukannya dengan adiknya yang cukup keren. Pacarku sangat menikmatinya dan sejak saat itu kami sering melakukannya, tapi pacarku lebih agresif dan agar tidak mengecewakannya aku melayaninya tapi pikiranku tetap membayangkan kalau aku sedang melakukannya dengan laki-laki, terutama dengan adiknya, Iwan.
Selang beberapa bulan hubungan kami, pacarku harus pindah dan ikut dengan orang tuanya pindah ke Batam, jadi kami harus berpisah untuk jangka waktu yang cukup lama. Karena dia masih tingkat pertama jadi tidak masalah untuk pindah sekolah, tapi adik laki-lakinya yang sudah kelas 3 tidak mau ikut pindah, karena dia merasa kesulitan jika harus ikut pindah dan menyesuaikan diri lagi karena ujian sudah semakin dekat. Sehingga kutawarkan kepada orang tuanya agar Iwan tetap tinggal di Jakarta dan baru menyusul ke Batam setelah lulus, dan untuk sementara dia bisa tinggal bersamaku karena kamar kostku yang cukup luas karena sebenarnya kamarku disewakan untuk dua orang tetapi agar lebih bebas aku menyewanya sendiri, sehingga tidak masalah jika Iwan tinggal bersamaku. Akhirnya orang tua pacarku setuju begitu juga dengan Iwan bahkan dia merasa senang karena ada yang bisa mengajarinya jika mengalami kesulitan belajar dan tidak harus ikut pindah ke Batam.
Seminggu berlalu sejak kepindahan pacarku dan orang tuanya ke Batam, aku dan Iwan semakin akrab. Aku menyayangi dan memanjakannya seperti aku menyayangi dan memanjakan pacarku sendiri, tapi Iwan masih belum menyadarinya. Kami tidur seranjang, dan kadang kalau Iwan sudah tertidur lelap aku lalu bangun dan memandangi wajah dan tubuhnya yang seksi karena kebetulan jika tidur kami hanya mengenakan celana pendek dan kaos saja. Dan kadang tanpa diketahuinya aku sering melakukan onani sambil melihat tubuhnya dan kadang kubelai wajah dan kucium bibirnya serta pipinya, selain itu aku juga sering membelai penisnya, tapi tetap berusaha untuk tidak mengejutkannya. Aku melakukan onani di pinggir tempat tidur, sehingga jika aku keluar, maniku sering mengotori lantai dan buru-buru kubersihkan dengan tisu.
Suatu hari saat aku sedang nonton VCD porno dan kebetulan saat itu aku sedang nonton VCD yang isinya cowok semua, Iwan pulang tanpa mengetuk pintu dulu sehingga aku cukup kaget dan tidak sempat mematikan VCD.
"Ih Mas Surya kok nonton yang kayak gituan, itu kan yang main cowok semua Mas."
"Iya nich Wan aku salah pinjem, tapi tanggung dari pada uangku sia-sia kau tonton aja itung-itung hiburan."
Iwan cuma tertawa mendengarnya, kemudian dia ganti baju dan sambil makan siang dia ikut nonton di sebelahku. Sepertinya dia terangsang, begitu juga aku, rasanya ingin sekali aku melakukannya dengan Iwan, tapi aku takut kalau dia marah dan menyebabkan timbul masalah yang aku sendiri tidak berani memikirkannya, jadi kutahan gairahku. Selesai noton film, aku langsung onani di kamar mandi, rasanya sangat nikmat sekali, seolah-olah aku melakukannya dengan Iwan.
Malam harinya, aku pura-pura tidur, dan kulihat Iwan sedang nonton VCD yang kupinjam tadi. Kulihat dia menggosok-gosokan tangannya ke penisnya, aku jadi ikut terangsang karenanya. Setelah mematikan VCD Player dia beranjak ke kamar mandi, cukup lama dia baru keluar, pastilah dia melakukan onani di dalam sana. Saat dia rebahan di sampingku, aku pura-pura mengigau memanggil-manggil nama kakaknya. Aku memeluknya dan menciumnya, Iwan sedikit terkejut terutama saat aku mencium bibirnya ternyata dia membalas ciumanku, aku meremas-remas dadanya dan kucium bibir dan lehernya sambil tetap terpejam. Penisku sudah mengeras sejak tadi dan kurasakan penis Iwan juga ikut mengeras. Aku langsung menindihnya sambil tetap menciuminya. Kemudian kugesekkan penisku ke penisnya dan kami masih tetap memakai celana. Aku terus menciuminya dan meremas-remas dadanya sambil tetap mengesekkan penisku di atas celananya, sampai akhirnya aku keluar, begitu juga Iwan, dia sangat menikmati apa yang kulakukan. Kemudian aku kembali ke tempatku dan saat aku pura-pura mencari selimut kurasakan celana Iwan basah dan celanaku juga. Aku tertidur lelap sampai pagi harinya. Saat bangun kulihat sikap Iwan sedikit berbeda, tapi aku tidak ambil pusing, aku langsung pergi kuliah.
Malam harinya aku sudah hampir tertidur lelap, saat kurasakan Iwan memeluk tubuhku dan mencium bibirku, aku terkejut tapi sekaligus sangat senang, dan saat dia mulai meraba ke bagian kejantananku aku pura-pura terbangun, "Eh lagi ngapain kamu Wan."
Iwan kelihatannya sangat terkejut, dia cuma menundukkan wajahnya dan saat kupegang pundaknya, dia gemetaran mungkin dia takut aku memarahinya.
"Maaf Mas Surya, Iwan cuma eh cuma.."
"Cuma apa Wan.. kamu pengen ya?"
Iwan masih tetap diam dan menundukkan wajahnya, aku merasa sudah terangsang oleh sentuhan dan ciuman yang diberikan oleh Iwan barusan. Lalu aku mengangkat wajahnya.
"Maaf Mas Surya.. Iwan janji nggak akan mengulanginya lagi."
Iwan menangis ketakutan, aku menjadi kasihan, lalu aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan kucium bibirnya, Iwan kelihatannya terkejut.
"Nggak pa-pa Wan, Mas juga suka sama kamu kok, kalau kamu mau kita bisa melakukannya."
Kucium lagi bibirnya, Iwan membalas ciumanku. Kami saling melumat satu sama lain. Kemudian kubuka kaosku dan kusuruh Iwan juga membuka kaosnya, terlihat badan Iwan cukup bagus, dadanya bidang dan berwarna putih bersih dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Kami kembali berciuman, kemudian kudorong tubuh Iwan dan kujilati leher dan dadanya. Putingnya kugigit perlahan-lahan, tubuh Iwan cuma bisa menggelinjang kegelian sambil mendesah, "Geli Mas, tapi terusin aja enak kok Mas."
Aku terus mencium dadanya, kemudian turun ke pusarnya dan kugigit serta kuhisap pusarnya.
"Akh.. Mas Surya enak.. terus Mas."
Lalu dengan terburu-buru kubuka celananya, sampai ke lututnya saja. Penisnya sudah tegak cukup besar untuk anak seusianya dan sudah sedikit lebat oleh bulu-bulu. Aku lalu mencium kepala penisnya dan kemudian aku melumatnya dan kuhisap kepala penisnya sambil tanganku mengocok batangnya.
"Akh.. enak Mas akh.. terus Mas akh.."
Kadang kukulum bolanya dan kadang kujilati duburnya persis seperti yang kulihat di film porno kemarin. Kemudian aku menjilati dan mengulum penisnya. Aku terus menghisapnya dan jari tanganku masuk ke dalam duburnya dan mengocok di dalam sana. Kumasukkan, mula-mula satu jari kemudian dua jari. Tanganku terus mengocok duburnya dan mulutku sibuk menghisap penisnya. "Akh.. Mas Surya.. terus Mas enak.. Akh Mas, Iwan mau keluar Mas.." Pantatnya ikut naik, tangannya memegang kepalaku dan menekannya ke penisnya, di dalam mulutku kurasakan ada semburan hangat dari penisnya masuk langsung ke dalam kerongkonganku dan aku hampir tersendak dibuatnya karena penisnya masuk cukup dalam di mulutku. Aku menjilatinya sampai penisnya kelihatan mengkilat sambil tanganku terus mengocok duburnya.
Kemudian dengan bernafsu Iwan mendorong tubuhku, sambil menindih tubuhku dia mencium bibirku kemudian turun mencium dadaku. Tanpa disuruh dia langsung membuka celanaku dan melemparkannya di lantai. Iwan lalu mulai mengulum penisku dan menghisapnya, "Yeah akh.. enak Wan terus akh.."Iwan terus menghisap penisku seperti orang yang sedang kehausan, dia sangat bersemangat sekali. Aku menggerakkan pantatku mengikuti hisapan mulut Iwan. "Akh.. terus Wan enak sekali, akh.."Iwan terus mengulum dan menghisap penisku, sampai beberapa saat kemudian kurasakan aku seperti melayang dan dari penisku ada sesuatu yang mendesak dan ingin keluar. "Aakh.. Mas keluar, Wan akhh.." dan, "Crott.. crott.. crott.." kusemburkan maniku di mulutnya, Iwan menelannya dan terus menghisap penisku. Kami merasakan kenikmatan yang luar biasa, kami lalu berciuman dan tidur berpelukan sampai pagi.
Pagi-pagi kami bangun hampir bersamaan, saat Iwan akan berdiri kutarik tangannya dan kucium bibirnya. Iwan membalasnya.
"Sayang kamu nggak usah sekolah dulu deh, soalnya Mas masih pengen deket sama kamu."
"Iya deh Mas, tapi Iwan mau mandi dulu ya, atau Mas mau dimandiin sama Iwan."
Aku cuma tertawa lalu kuikuti dia masuk ke kamar mandi dan kami mandi bersama. Kami saling menyabuni badan masing-masing.
"Bodi Mas oke banget, Mas main lagi yuk?"
Aku cuma tersenyum, lalu aku mendekatinya dan kucium bibirnya, aku mengocok penisnya dengan sabun. Aku kembali menciumnya dan kemudian aku turun ke penisnya, kubersihkan dengan air dan mulai kuhisap penisnya.
"Enak Mas.. akh terus Mas."
Lalu aku menjilati duburnya, Iwan kegelian saat aku menjilati duburnya.
"Wan, Mas boleh nyobain masuk ke dalam nggak, soalnya Mas udah lama penasaran pengen tau rasanya."
Iwan mengangguk sambil tersenyum. Kemudian kubasahi tanganku dengan sabun cair lalu kumasukkan tanganku ke duburnya sampai kedua jariku masuk semua.
"Mas ayo masukin aja, Iwan juga penasarn dan udah nggak tahan nih Mas."
Aku lalu mengolesi penisku dengan sabun cair, cukup banyak sabun yang kuoleskan. Kemudian aku mengarahkan penisku ke duburnya dan menekan perlahan.
"Ssstt.. pelan-pelan Mas, aduh akhh.."
Sampai akhirnya penisku masuk semua di duburnya, rasanya sungguh nikmat. Penisku dijepit sangat kuat oleh duburnya, kudiamkan penisku beberapa saat kemudian setelah kurasakan jepitan di penisku sedikit melonggar aku mulai memompa penisku dengan cepat, aku dan Iwan hanya bisa mengerang dan mendesah nikmat. Aku kocok terus penisku di dubur Iwan. Iwan pun tidak mau diam, dia mengocok penisnya dengan sabun.
"Mas.. Iwan keluar Mas, akh.."
Iwan menyemprotkan maninya sampai muncrat ke tembok, pijatan di penisku terasa menguat, tekanan kukurangi, setelah beberapa saat aku mulai bergerak lagi. Iwan berpegangan di bak mandi dan aku mengocok penisku sambil memeluk tubuhnya dan meremas dadanya. Beberapa menit kemudian..
"Akh.. Wan, Mas mau keluar akh.. enak sekali Wan.. sshh.." Kupercepat gerakanku dan saat maniku menyembur di dalam duburnya, kutekan dan kumasukan penisku sedalam-dalamnya,"Akh.. Mas Surya enak sekali semprotan, Mas." Aku terengah-engah dibuatnya, setelah napasku mulai teratur, kucabut penisku dari duburnya, sedikit terasa lengket dan nikmat saat kucabut dari duburnya.
"Wan, Mas suka sama kamu."
"Akh Mas Surya.. Iwan juga. Eh Mas, Iwan juga mau dong kayak tadi gantian ya Mas ya."
Hari itu baik Iwan maupun aku membolos dan kami melakukannya berkali-kali. Aku menyukai Iwan dan begitu sebaliknya, diluar kami seperti kakak-adik dan didalam kami lebih seperti suami istri yang saling mencintai.
Tamat