Sesama Pria
Saturday, 28 November 2009
Pacar keduaku
Kejadian ini terjadi sekitar 2 bulan lalu, tepatnya di bulan September, satu hari sebelum keberangkatanku ke Jerman untuk melanjutkan kuliahku. Malam itu, aku merayakan acara perpisahan kecil-kecilan di salah satu cafe terkenal di Bandung. Kami hanya berempat termasuk Javi, Toni dan Leo teman karibku serta aku sendiri. Selama di cafe kami hanya bersenang-senang dan aku tidak ada pikiran sama sekali ini semua terjadi akan dengan Javi.
Javi baru kukenal 2 bulan terakhir dari Toni yang merupakan teman akrabku di kampus. Dan selama ini aku hanya sekedar teman biasa dengannya, dan kebetulan saja malam itu Javi sedang berada di rumah Toni. Javi kelihatan sangat lelaki sama seperti aku dan tidak ada sama sekali tampang suka sesama jenis. Javi, jujur aku akui dia itu ganteng dan punya badan bagus. Dia itu keturunan Pakistan dan ibunya Sunda. Wajahnya mirip Thomas Djorghi, tapi lebih sedikit hitam dan macho tentunya. Dia mahasiswa tingkat akhir salah satu kampus parawisata di Bandung. Ukuran badannya sekitar 175/73, dan dia sempat aktif di dunia model di Jakarta, tapi kurang begitu berhasil. Alasannya karena terbentur dengan deadline tugas akhir kuliahnya yang sudah terlambat.
Waktu saat itu menunjukkan tepat jam 1 pagi, dan aku harus pulang, sebab besok siang aku harus ke Jakarta untuk berangkat penerbangan malam. Jadi kami berempat pun kembali, dan kebetulan Javi satu mobil denganku. Dengan alasan sudah kemalaman dan dia lupa membawa kunci pagar rumah kost-nya, akhirnya Javi tidur di rumahku, sedangkan Toni dan Leo balik ke rumahnya. Pikirku saat itu, untung ada teman ngobrol buat tidur. Selama di mobil kami saling cerita tentang pacar kami, dan rencana ke depan. Katanya dia ingin jalan-jalan ke Malaysia akhir tahun.
Sampai di rumah, kebetulan ada acara MTV Unplugged, dan bintangnya Goerge Michael. Di sini semua mulai terjadi. Javi mengatakan bahwa GM seorang gay, dan aku pun tahu tentang itu. Dia lalu mengatakan bahwa dia juga gay. Terus terang aku terkejut sekali. Tapi tanpa sadar aku tenang saja waktu itu. Terus terang aku kagum dan suka melihat tubuh cowok macho, karena aku juga ingin seperti itu. Kayanya benih gay aku ada, tapi aku tidak menyadarinya.
Lalu Javi menanyakan, "Apakah kamu pernah suka sama cowok atau bercinta sama cowok sebelumnya..?"
Aku langsung mengatakan, "Tidak."
Lalu dia mengatakan, "Mau coba ngga..?"
Aku terdiam. Sebagian diriku bilang tidak, tapi juga ada bagian diriku yang mengatakan, "Coba saja, kan ngga ada salahnya."
Sekali lagi, aku memang suka sama Javi, tapi secara fisik bukan untuk ke hati. Sekitar 10 menit suasana waktu itu hening. Javi salah tingkah, dan aku masih bingung.
Tiba-tiba adrenalinku secara refleks mendorongku untuk berkata, "Ya, aku mau..!"
Javi meyakinkan lagi akan keputusanku, kubilang kalau aku sudah yakin dengan keputusanku.
Lalu Javi memelukku dari belakang dengan hangat, aku jadi ingat seperti aku memeluk cewekku Tania. Diciumnya leherku, dijilatinya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lalu digigitnya kuping serta lidahnya bermain di kelopak kupingku. Geli sekali rasanya dan aku semakin terbuai dalam permainannya. Lidahnya sungguh lembut di telingaku, seperti daging hangat yang bermain lincah.
Javi membuka bajuku satu persatu hingga hanya celana dalam yang tertinggal di tubuhku. Lalu Javi berhadapan di depanku, dan membelai tubuhku yang sudah setengah bugil. Dia menciumi dan menjilati tubuhku yang katanya putih bersih, dan yang paling kusuka adalah waktu dia bermain di sekitar putingku, dijilat dan digigit-gigit mesra. Ough.., aku suka sekali. Terus terang aku benar-benar melayang saat itu. Dia semakin turun ke bawah dan kurasakan ada sesuatu yang bermain di luar celana dalamku dan terasa hangat dan basah.
Javi ternyata seorang 'good lover', dia lebih mementingkan kualitas permainan dari pada hanya sekedar memuaskan nafsu saja. Cukup lama Javi menjilati dengan lembut seluruh tubuhku dan memanjakan pikiranku. Fore play yang dilakukan Javi terhadapku sangat menyenangkan dan akan selalu kuingat. Tanpa kusadari aku pun berusaha membuka pakaian Javi satu persatu hingga hanya celana dalam yang tertinggal. Dan aku melihat pemandangan yang cukup indah, yaitu tubuh bagus dari seorang pria tampan.
Javi memiliki bulu dada yang lebat tapi halus merata di seluruh bidang dadanya, bahkan bulunya hingga ke belahan paha yang tentunya sungguh indah. Tapi di antara itu semua yang menjadi perhatian utamaku tentunya benda kecil yang tersembunyi di balik celana dalam birunya. Ternyata batang kejantanan Javi cukup besar dan lebih besar dari punyaku. Aku pun semakin menggila dan gantian menjilati seluruh tubuh Javi, dan ternyata aku cukup lancar melakukan itu semua.
Aku begitu senang berciuman dengan Javi, dan aku belum pernah merasa sepuas ini berciuman dengan seseorang. Javi memang seorang 'good kisser' dan aku dapat mengimbanginya. Kami berdua cukup lama melakukan foreplay saat itu. Kalau masih dapat kuingat, kami melakukan foreplay lebih dari 2 jam. Karena kami tahu, ejakulasi hanya tujuan sesaat yang cepat menghilang. Javi membuka celana dalamku secara perlahan dan dia perlahan menjilati batang kejantananku yang ukurannya sekitar 15 cm, lalu di hisapnya. Oughk, indah dunia ini kurasakan. Lalu dia menjilatinya dengan penuh nafsu hingga lubang pantatku pun tidak luput dari jilatan lidahnya yang hangat.
Permainan Javi memang dahsyat dan tidak kalah dengan permainan Tania, pacarku yang tentunya cewek. Cukup lama Javi menjilati penis dan lubang pantatku. Aku menikmati permainan ini hingga saat aku mencapai klimaks kepuasan. Ohh.., spermaku muncrat di mulut Javi dan dia menyenanginya, bahkan dihisapnya habis sperma hingga aku kegelian menahan lidah nakalnya di penisku.
Dengan sisa tenaga aku terkulai lemas di ranjang dan berpelukan mesra dengan Javi.
Lalu Javi berkata, "Kamu senang, Don..?"
"Oh, rasanya bahkan lebih dahsyat dari yang aku rasakan sama pacar cewekku sebelumnya. Kamu memang hebat, Javi." kataku.
Kami bercumbu lagi dengan mesra dan Javi tidak memaksaku untuk memuaskannya, karena dia melakukannya dengan rasa sayang dan suka kepadaku.
Tiba-tiba Javi mengatakan, "Sayang, kamu suka ngga sama aku..?"
Terus terang aku bingung dengan perkataan sayang dari seorang cowok macho, dan aku belum terbiasa dengan perkataan itu.
"Kamu mau ngga jadi pacarku..?" kata Javi.
Kukatakan ini bukan saat yang tepat untuk mengatakannya. Aku memang bukan orang yang sentimentil, tapi ini baru yang pertama bagiku.
Jadi jawabku, "Javi, kita sahabatan aja, kamu taukan aku masih punya pacar si Tania, dan aku cinta sama dia. Tapi terus terang aku sayang banget sama kamu. Walau kita belum lama kenalan, tapi aku yakin dengan perasaan ini. Lagi pula aku kan besok harus pergi ke Jerman. Dan akan menjadi sengsara bagi kita berdua bila kita mempunyai ikatan. Kamu dan aku tidak bisa saling percaya begitu saja. Lebih baik kamu jaga diri kamu di sini dan perasaanmu, begitu juga aku, akan selalu berusaha menjaga perasaan ini dan akan tetap ingat saat-saat indah ini. Jadi lebih baik kita bersahabat aja, walaupun aku pingin selalu berdua denganmu seperti orang pacaran. Oke, sayang..?" Javi pun setuju denganku.
Melihat perasaan Javi yang begitu dalam denganku, aku semakin erat memeluk dirinya dan dia pun membalasnya. Lalu kulepaskan pelukanku dan mendorong tubuhnya ke ranjang.
"Sekarang giliranku, Sayang..!" perintahku kepada Javi.
Aku sekarang berada di atas tubuh Javi. Kulakukan semua yang telah dilakukan Javi kepadaku sebelumnya. Aku melakukannya dengan perasaan yang senang dan nafsu cinta. Ternyata batang kejantanan Javi cukup tegar bertahan. Dan penisnya cukup nikmat rasanya di mulut dan lidahku.
Ohh.., aku sangat bernafsu menjilat batang kejantannya. Cukup lama aku menjilati penis Javi, dan kemudian Javi mengangkat kedua kakinya ke atas dan memperlihatkan lubang pantatnya.
"Sayang, masukkan barangmu ke sini, cepatlah, Honey..!" Javi berkata kepadaku setengah memerintah.
Terus terang aku sempat ragu, karena belum pernah melakukannya serta resiko yang mungkin terjadi. Tapi gelora nafsuku begitu tinggi, dan akhirnya, "Oughh.. enak, Sayang..!" jerit Javi.
Kurasakan sedotan kuat di penisku dengan lubang yang sempit. Kumainkan sebisa mungkin penisku di lubang surga Javi dan Javi pun mengerang keenakan.
Tiba-tiba Javi menjerit, "Sayang, ak.. aku mauu keluar.., ohh enak, Sayang..!"
Curahan sperma Javi terburai di dadanya yang bidang, dan tanganku mengolesi badannya dengan sperma itu, sementara pantatku masih tetap tegar bergoyang menuju puncaknya.
Dan pada akhirnya, "Javi, aku juga mau keluaarr.., Sayang.. ohh..!" kataku.
"Keluarkan di mukaku, Sayang..!" perintah Javi.
Akhirnya kukeluarkan spermaku di badan dan wajah Javi. Aku pun terkulai lemas di atas tubuh Javi. Kami saling berpelukan dan beciuman. Aku merasakan sesuatu yang licin seperti gel di tubuhku yang begitu enak dan juga rasa spermaku yang ternyata nikmat, kenyal dan hangat. Lalu kami bercumbu lagi hingga pagi subuh jam 5.30. Aku ingat, aku klimaks hingga 3 kali dan Javi 2 kali.
Dan yang akan selalu kuingat adalah saat itu adalah pertama kali aku bercinta dengan seorang pria dan aku merasa jatuh cinta dengan seorang pria bernama Javi, dan Javi pun mencaintaiku. Jadi besoknya, aku bersama keluarga, teman-temanku, pacarku Tania dan tentunya Javi, pergi mengantarkan keberangkatanku ke bandara Soekarno-Hatta. Aku merasa tidak rela pergi meninggalkan kenangan indah terakhir saat aku berdua dengan Javi.
Hingga sekarang, dari Jerman, setelah aku menelepon Tania di Bandung, aku pasti menelepon Javi, pacar keduaku dan kekasih jiwaku. Cerita ini nyata adanya, dan semoga Javi membaca ceritaku ini, sebagai tanda rasa sayangku denganmu, Javi. Terus terang, ketika mengetik cerita ini, aku kembali teringat saat terakhir bertemu dengan Javi dan menginginkan moment itu kembali terjadi secepatnya.
Tamat