Mengapa aku gay?

Ketika aku mulai memasuki bangku kuliah, aku mulai belajar hidup sendiri dengan tinggal di sebuah rumah kost dekat kampus. Aku tidak tahu bahwa kebanyakan teman-teman serumah kostku adalah gay. Aku tidak menaruh curiga sama sekali dengan aktivitas mereka yang sering berlama-lama dalam kamar teman yang lain. Mungkin mereka sedang belajar bersama, itu pikirku.

Suatu malam aku kembali mendengar pembicaraan mereka dan aku semakin penasaran dengan apa yang mereka perbincangkan, aku mulai mendekati jendela kamar yang ada di samping kamarku itu dan mengintip ke dalam. Astaga, ternyata mereka sedang menonton"blue film", Aku semakin mendekat dan memperhatikan film itu. Aku terkejut, ternyata mereka sedang menonton film gay porno. Namun, aku mulai juga tegang melihat film itu.

"Hei, Geo. Lagi ngapain? kok pake intip-intip segala? masuk aja nggak apa-apa kok!" ujar Sandy teman kamar sebelah. Aku kaget setengah mati, tapi aku berusaha untuk tersenyum.
"Nggak akh, aku nggak enak sama mereka" ujarku sambil berlalu ke dalam kamarku.
Namun, Sandy mengikuti aku dan turut masuk ke kamarku dan kami pun duduk di atas tempat tidur.
"Geo, aku ingin tanya sama kamu, boleh ya"
"Boleh aja kok"
"Geo, kamu tertarik juga ya sama cowok?"
Ah, pertanyaan itu membuatku berhenti bernafas.
"Nggak, aku normal kok! Aku masih tertarik sama cewek."
"Emang kamu sudah pernah dapatin cewek untuk ml?" tanyanya lagi.
"Nggak pernah sih" jawabku menunduk.
"Kalau kamu mau, kita bisa ml. Enak lho, daripada kamu terus tahan-tahan nafsu kamu, kan lebih baik disalurkan agar jangan terus jadi beban. Lagian mana ada sih cewek yang mau sembarangan digituin, sama cowok aja, banyak kok yang mau, ya.. walau mereka normal tapi mereka biasa juga cari variasi," jelas Sandy.

Kami terdiam sesaat dan Sandy mulai memelukku dan menciumi bibirku dengan penuh nafsu. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya mulai mengusah dadaku hingga turun ke bawah penisku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku menikmati ciuman itu. Lama Sandy mempermainkan perasaanku, dan aku seperti dihipnotis oleh kecupan dan isapan bibir Sandy yang mempermainkan lidahku dan menjelajahi seluruh bagian mulutku. Aku hanya diam saja menerima apa yang sedang terjadi dengan diriku.

Sandy lalu melepaskan aku dan bertanya,"Gimana? enak kan?" Aku hanya diam lalu menjawab setelah beberapa detik.
"Ya, Sandy. Aku menikmatinya". Sandy kemudian berdiri dan mengajakku ke kamar sebelah dimana ada Richard dan Ivan sedang menonton film gay. Terus terang, aku tidak ada perasaan untuk menolak sama sekali, aku dengan mudahnya ditarik oleh Sandy ke kamarnya Richard.

Sesampainya aku dan Sandy ke kamar mereka, mereka langsung mematikan video itu.
"Sandy, ngapain kamu bawa-bawa Geofanny ke sini?" tanya Richard.
"Ric, Ivan, dia juga mau gabung kok sama kita. Dia teman yang baikkan?" jawab Sandy.
"Maksud lo apa sih? Dia juga mau nonton?"
"Iya. ya kan Geo? Tadi dia ngintip kalian lho nonton video itu"
"Oke.." sahut Richard dan menghampiri aku dan memeluk aku sambil mencium bibir aku. Ini adalah tanda persahabatan mereka, dan Ivan pun melakukan hal yang sama.

Entahlah, aku tidak mengerti dengan perasaan aku sendiri, sepertinya aku memasuki lembaran baru dalam kehidupanku. Aku mulai menikmati dunia gay dan aku mulai juga memperhatikan sesama jenis.
Mereka kembali memutar video itu dan aku pun mulai duduk di sofa memperhatikannya. Aku mula-mula merasa jijik dan geli sendiri melihat aksi-aksi panas video itu. Tapi lama kelamaan aku mulai menikmati dan kurasa penisku pun mulai bangkit. Tak terasa video itu selesai. Mereka mulai pada bangkit berdiri. Ivan mulai mencium Sandy dan Richard datang menghampiriku dan mengajakku bangkit dari duduk lalu menciumi aku dengan penuh nafsu. Kudengar bunyi detak nafasnya yang tajam membuat aku semakin bernafsu juga. Entahlah.. tapi aku sekarang menikmatinya.

Sambil berciuman kami saling melepaskan busana lawan main dan akhirnya kami semua telanjang bulat. Wow.. aku terpaku melihat penis masing-masing. penis mereka pada besar dan panjang kira-kira dua genggaman tangan. Richard mulai menunduk dan meremas-remas penisku yang masik setengah tidur, dan akhirnya tegak juga berdiri keras dan kuat. Richard kemudian mengulumnya dan sesekali mengisapnya. Kurasakan lidahnya memutar-mutar menjilati seluruh bagian penisku yang ada dalam mulutnya. kemudian mengayun maju-mundur kepalanya ."Akh..akh.." hanya itu yang keluar dari mulutku, aku mendesah kenikmatan kala Richard mengisap keras penisku dan terasa hingga ke ujung syaraf-syaraf dalam perutku.

Sementara itu Ivan dan Sandy juga melakukan hal yang sama. Mereka berada di samping kami. Tak lama kemudian, Richard berdiri dan menyuruhku mengulum penisnya. Aku dengan hati yang ragu mulai menunduk dan tepat di depan mataku adalah penis Richard yang berdiri tegak, kuat dan keras berwarna merah tua, tidak kujumpai rambut-rambut menghalangi pandanganku. Hati saya masih diliputi rasa jijik dan geli untuk melakukannya, aku hanya diam memandangi milik Richard itu. Lalu Richard memegang kepalaku dan menyentuhkannya ke penisnya, Ya.. aku menciumnya, tercium bau yang harum.
"Ayolah Geo, kamu bisa melakukannya. Cobalah, maka kamu akan menikmatinya," kata Richard dengan nada pelan.

Aku mulai membuka mulutku dan mengluarkan lidahku dan menjilat-jilati kepala penis besar itu. Tak lama, aku pun berani memasukkan penis besar itu ke dalam mulutku dan mengulumnya dengan mempermainkan lidahku di dalamnya sambil mengisap-isapnya. Ya.. ini pertama kali aku lakukan mengisap yang asing tapi ini sangat enak dan bahkan lebih enak dari isapan jus lemon dan nenas.
Richard lalu melepaskan penisnya dari mulutku dan membuatku berdiri.
"Geo, gantian ya!"
Aku hanya menunduk. Richard kembali berjongkok di depanku dan kembali mengulum penisku. Tapi ada yang baru yang ia lakukan. Dengan kedua tangannya, ia nulai melebarkan pantatkku dan memasukkan jarinya ke dalam lubang anusku,"augh" hanya itu yang keluar dari mulutku. kurasakan jari itu kian lama kian dalam dan bergerak-gerak di dalamnya. aku sangat kenikmatan dengan apa yang Richard lakukan sekarang. Setelah kira-kira semenit ia melakukan ini, aku diangkatnya dan digendong ke tempat tidur serta membaringkanku disana. Richard mulai menindih tubuhku dengan tubuhnya yang tegap dan kekar berotot. Bibirnya kembalui menenpel di bibirku dan kami pun berperang lidah.

Sementara itu Ivan dan Sandy sedang melakukan oral seks dengan posisi 69, mereka melakukannya di lantai. Namun aku tidak terlalu memperhatikan mereka karena aku sesekali terhalang pandangan oleh kepala Richard yang dengan aktivnya menikmati dan menjilat-jilati bibirku dan mempermainkan lidahku di dalamnya.
Richard lalu melepaskan ciuman maut itu yang sangat membuatku seolah terbang.
"Geo, aku mau anal kamu. mau kan? enak lho!"
"Boleh.." jawabku.
Richard lalu menarik kedua kakiku ke tepi ranjang dan ia sendiri berdiri di samping ranjang dengan kaki di lantai. Ia mulai mengangkat pantatku dan meletakkan kedua tungkaiku di atas bahunya. Lalu Ia mendekatkan kepala penis besarnya itu ke depan lubang analku. Lalu Richard mengoleskan semacam minyak pelicin ke penisnya dan menuangkannya juga di atas bibir lubang pantatku. Dia mulai menyentuhkan kepala penisnya ke bibir anusku. Aku mulai merasa kepanasan dan keringat dingin. Aku tidak tahu apakah ini akan terasa sakit atau enak karena aku sendiri belum pernah merasakan ini sebelumnya.
"Geo, kamu masih perawan ya?"
"Iya, aku baru kali ini melakukannya"
"Aku beruntung dong mendapatkan kamu"
Aku hanya tersenyum memandang wajah ganteng Richard.

Richard mulai membuka lebar kedua pantatku dan memasukkan kembali dua jari kirinya ke dalam anusku yang telah diolesi dengan minyak pelicin tadi."Augh.. augh.." aku agak merasa sakit terutama di bagian bibir anusku. Lalu Richard mengeluarkannya dan memasukkan kepala penisnya. Aku lebih merasa sakit karena ukurannya lebih besar, dan akhirnya dengan perlahan semua batang penisnya masuk ke dalam anusku, Aku merasakan bahwa penisnya terlalu dalam masuk hingga menyentuh bagian perutku.
"Akh.. pelan-pelan Ric, aku sakit nih" aku mengeluh dengan wajah merintih.
"Nggak apa-apa kok, nanti juga kamu akan keenakan, memang awalnya sakit. Aku pelan-pelan aja kok" Richard mulai menggerakkan penisnya keluar masuk secara perlahan-lahan dan lama kelamaan,
"Akh, terusin Ric, enak.. enak, lebih dalam lagi dong!"
Richard lalu mulai mempercepat ayunan itu dan sesekali kembali meneteskan minyak pelicin ke penisnya. Richard sesekali pula mengeluarkan kepalanya dari dalam anusku. Ya, aku bagaikan terbang melayang saat kepala penis itu kembali mengocok-ngocok perutku lewat lubang anusku. Sambil melakukan ayunan itu, Tangan kanan Richard tak mau menganggur. Ia mulai melakukan elusan-elusan pada penisku dan pahaku serta memijat-mijat buah testisku. Aku mengerang keenakan dengan mengangkat dada dan mendongak ke atas.

"Ric, aku mau keluar nih.."
Richard lalu mempercepat ayunan itu dan kedua tangannya mengelus-elus kedua puting susuku. Akh.. ini sangat menggairahkan.
dan akhirnya, "Augh..croot.. croot.. croot."
Aku menggeliat sekuat tenaga merasakan puncak nikmat yang kugapai. Seluruh badanku terangkat ke atas ditopang oleh kepalaku. Spermaku kini membasahi dadaku dan semprotan pertama dan kedua mencapai wajahku dan semrotan ketiga hingga semprotan terakhir masuk ke dalam mulut Richard yang sempat menunduk saat itu.

Aku merasa loyo sekarang, aku merasa badanku sangat capek. Tapi Richard masih melanjutkan beberapa kali ayunan dan, "croot.. croot.. croot" kurasa sesuatu yang hangat menyemprot ke dalam bagian bawah perutku. Richard memasukkan semua penisnya saat ejakulasinya terjadi. Aku hanya bisa mengerang kenikmatan pada lubang anusku dan menjepit erat penis Richard dengan otot bibir anusku.

Akhirnya kami selesai juga, Richard lalu mengeluarkan penisnya dan masih sempat merasakan bagaimana rasanya penis itu ditarik dari dalam anusku. Saat Richard mengeluarkan penisnya itu, sedikit sperma membasahi anusku dan jatuh beberapa tetes ke lantai. Kemudian, Richard naik ke tempat tidur dan menindih tubuhku, memelukku erat dan menciumku. Aku baru sekarang merasakan yang namanya kasih sayang yang berasal dari hati, perasaan damai dalam hati yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Sementara itu Sandy dan Ivan sedang melakukan anal seks di kursi sofa. Kulihat, Ivan duduk di atas sofa dan Sandy berhadapan dengannya, namun penis Ivan masuk ke dalam lubang anus Sandy. Sementara Sandy mengayunkan pantatnya naik turun. Kulihat jelas bagaimana penis Ivan yang besar dan juga panjang itu keluar masuk lubang pantat Sandy. Aku hanya menikmatinya lewat pandangan mata dan membayangkan seolah-olah aku yang sedang melakukannya. Tapi badanku sendiri masih lemas dan letih dan hawa nafas Richard masih kurasakan di telingaku, karena dia memelukku dari belakang. Tapi aku tetap memperhatikan aksi Ivan dan Sandy.

Akhirnya terlihat Ivan mengerang dan kuat mengangkat pantatnya naik "akh.. akh," ternyata Ivan kini mengalami puncak kenikmatan. Sandy memeluk Ivan dengan eratnya dan ternyata beberapa detik kemudian Sandy pun langsung mengeluarkan penis Ivan dari anusnya dan berdiri di depanIvan yang sedang duduk di atas sofa. Sandy lalu mengocok-ngocok dengan cepatnya penisnya sendiri dan akhirnya.. "croot.. croot..croot" sperma yang kental menyerang wajah Ivan dan kulihat Ivan menjilatinya dan menelannya.

Pagi sudah menyingsing dan ternyata kami tidur semua tanpa busana di atas satu ranjang. Kami merasa keletihan dan loyo setelah melakukan 'pesta' itu. Aku kembali ke kamar dan bertanya pada diriku sendiri, "Oh My God, apa yang telah aku lakukan, aku sangat menyesal, mengapa aku tidak kuat menahan godaan ini. Tuhan, aku jadi gay."

Tapi aku tidak mau terus memikirkan itu, aku kini menikmati lembar kehidupanku yang baru. Ya.. bergelut dengan cinta sesama jenis dan kadang melakukan making love dengan mereka. Ini adalah kehidupan yang menyenangkan. Aku kini tak lagi melirik cewek seperti yang dulu. Aku memuaskan diriku dan memberikan cintaku pada sahabat-sahabat kekasihku.

Tamat