Sesama Pria
Saturday, 14 November 2009
Kenikmatan pertamaku
Kuliah mulai berjalan dan aku sibuk dengan belajarku, aku mulai kenali internet, dan aku mulai nakal dengan situs-situs panas dan tidak tinggal dengan situs-situs gay, namun aku lebih sering membuka site gay, entah kenapa aku lebih senang melihat bagian-bagian yang aku juga punya sendiri. Setahun berlalu aku tetap dengan kesibukanku, yaitu situs-situs gay.
Suatu hari aku ke warnet (maklum kalau mau buka yang gitu aku takut ketahuan sama orangtua) tempat langgananku, aku membuka situs gay. Entah apa yang merasuki jantungku, apakah kerena sering buka situs gay, aku lebih suka memandangi pria di bagian paha dan selangkangannya, entahlah. Sebelum aku mengambil tempatku, di koputer sebelah telah ada seorang pria dengan wajah bersih, tampan dan berbadan kekar. Waktu itu dia memakai pakaian yang serba ketat dan aku pun jadi terpesona dan aku sempat berhenti memperhatikan badannya begitu lewat di depannya.
"Ah.., Abang ini bikin jangtungku berdebar saja..! Oh Tuhan, mengapa jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya..? Apakah yang akan terjadi..?" pikirku dalam hati.
Aku sengajakan untuk berdiri sebelum duduk dan kupandangi dia sesaat, dia pun melirikku cepat dan agak lama, jantungku tambah kencang. Oh my God, dan aku segera duduk, tidak ketinggalan juga melirik site yang sedang dibukannya, tambah terkejut aku begitu melihat situs yang dibukannya, ternyata yang sedang dibuka juga situs kegemaranku.
"Kebetulan nich.. ternyata kita sama.." kataku dalam hati.
Aku mulai membuka kagemaranku, dan tidak kusadari ternyata dia memperhatikanku sejak tadi. Begitu aku iseng melihat ke arah dia, dia pun senyum kepadaku. Aku balas senyumnya dan aku terpaku tunduk. Keluar dari warnet aku duduk di bangku halte sejenak menghilangkan kejenuhanku di depan komputer. Tidak kusadari telah duduk seorang berbadan besar di sampingku, begitu kulihat, ternyata wts (warga tetangga sebelah) di warnet tadi.
"Ops.., ternyata dia lagi.." kata hatiku terkejut.
Aku sengaja untuk duduk lebih lama, walaupun angkot jurusan rumahku sudah berulang-ulang kali lewat.
Sudah begitu lama, dia pun menanyakan waktu kepadaku, "Maaf Dek.., sekarang jam berapa yaa..?"
Kulirik jam tanganku dan kusebutkan waktu saat itu, dan seterusnya dia mulai lagi berbicara.
"Adik yang duduk di sebelahku tadi kan..?" tanyanya, aku pun gugup, "Di Warnet itu kan..? "katanya lagi, aku pun membalas dengan mengangguk.
Dia mengulurkan tangan, "Rio..(nama samaran)"
Kusambut tangannya dan kusebut namaku. Sesaat kami sudah seperti orang yang sudah berkenalan seribu tahun, lalu tak sadar percakapan pun sampai-sampai ke arah ngesex.
Aku kasih isyarat ke dia, "Bang.., ini di jalan umum.. nggak enak membicarakan itu.." kataku.
Mendengar kata-kata tersebut dariku, langsung saja dia mengajakku untuk serius membicarakan hal itu.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita bicarakan di tempat yang sepi, oke..?"
"Di mana..?" tanyaku balik.
Dia diam dan menarik tanganku entah dibawa kemana. Kini aku tahu dia membawaku ke rumahnya.
"Eh.., ngomong donk kalo mau bawa ke rumahmu..!" sahutku sewot sesampai di rumahnya yang tidak begitu jauh dari warnet.
Aku dipersilakan masuk kamarnya sejenak, kupandangi dindingnya yang penuh dengan gambar-gambar poster binaragawan, tidak ketinggalan gambarnya Ade Ray yang lagi ngangkang. Aku terhanyut melihat gambar yang satu itu, tepatnya begitu melihat yang menonjol di balik celana dalam merah Ade Ray yang begitu besar.
"Ayo duduk sini, nih aku bawakan sirup dan kueh..!"
Aku tidak menghiraukan, kerena masih senang dengan gambar itu. Ditariknya tanganku dan aku terjatuh di pangkuannya.
"Ah.. kalo manggil itu baik-baik donk..!"
Jantungku kembali berdetak cepat setelah sadar aku jatuh dan terduduk di atas pahanya yang besar.
"Abang mau jadi binaragawan yaa..?" kataku seraya mengendurkan suasana hatiku.
"Emangnya kenapa..?" dia balik bertanya.
"Iya habis banyak gambar binaragawan di sini.."
"Alat-alat fitnes juga ada.." katanya.
"Dimana..?" kataku hendak bangkit, tetapi secepat kilat dia kembali menarikku jatuh di pangkuannya.
"Nanti aja, sekarang kita lanjutin cerita yang tadi."
"Yang mana..?" tanyaku belagak bodoh, dia mulai cerita hot-nya dan diskusi denganku denganposisi aku tetap di atas pahanya.
Sesaat kusadari tangannya mulai meraba-raba pahaku dan berhenti di tengah selangkanganku, aku tetap diam seolah memberikan isyarat 'iya' kepadanya.
"Iyak pas banget.. remes tuh kontolku..!" kataku dalam hati.
Dia terus bercerita, dan kusadari dia mulai meremas dan kemudian membuka resleting celanaku. Aku tetap diam sambil menyembunyikan perasaanku kalau aku sudah horny dari saat dia memulai ceritanya. Kurasakan elusan tangannya di atas batangku dan aku tidak dapat lagi menahan gerakan tangannya yang mencoba mengeluarkan batangku yang setengah berdiri dari sarangnya. Kubiarkan dia bekerja sambil terus memandangi dinding yang penuh gambar menggodaku tersebut, namun juga kurasakan barangnya mulai mengeras dan mendesak tempat dudukku. Dicapainya bibirku dan mulai dia memainkan lidahnya di bibirku.
"Oh.. hangatnya bibirnya dan enak sekali rasanya.." hatiku berkata, yang mana ini belum pernah kurasakan, aku terhanyut.
Begitu lama dia mengulum bibirku dan dia merubah posisi dengan merebahkanku di lantai dengan terus menciumiku. Kali ini dia lebih ligat beraksi, kurasakan seluruh rongga mulutku sudah dijelajahi dengan lidahnya, namun terasa enak sekali dan aku menikmatinya. Tangannya meraba-raba seluruh tubuhku dan mulai membuka ikat pinggangku, lalu melucuti baju dengan terus mulut kami berdekatan.
"Oh nikmat sekali, belum pernah aku merasakan begini.." hatiku berkata lagi.
Kubiarkan dia terus beraksi, sesaat dilepaskannya bibirku kerena dia akan membuka celanaku. Tetap saja kubiarkan sambil menunggu aksi selanjutnya dari dia. Kulihat dia telah bugil di depanku, oh ternyata kami sudah sama-sama bugil. Kembali dia melanjutkan aksinya mencium bibirku, kurasakan batang kejantanannya sudah menegak di atas perutku. Kini dia tidak hanya menyium bibirku saja, melainkan mulai menjalar ke leherku dan berhenti di punting susuku. Aku mengeliat kerena geli akibat dia memainkan lidahnya.
Kini dia telah sampai di pusarku, aku mengeliat lebih keras kerena merasa geli dan sedikit mengeluarkan erangan yang merangsang. Sampai sudah dia di puncak batangku yang sudah menegang dari awal aksinya.
"Akhh.. ehh.." eranganku begitu kurasa nikmat sekali di batangku.
Kuangkat kepalaku, ternyata dia telah menelan habis batang kemaluanku.
"Ahh.. hmm.." kujatuhkan kembali kepalaku dan menikmati sedotannya yang begitu kuat.
Aku mulai menggeliat lebih kencang kerena batangku yang sudah sangat mengeras mulai dihisapnya dengan gerakannya yang menaikkan menurunkan kepalanya. Kurasakan semakin kencang gerakannya dan sedotannya semakin kuat, aku tak dapat lagi menahan.
"Crott.. crott.. crit.." spermaku menyemprot tenggorokannya dan kurasakan hisapannya semakin kuat, seakan-akan tidak dapat dilepaskan.
Badanku lemas penuh keringat setelah seluruh tulangku mengejang dengan hebat, dan terus terang baru kali ini kurasakan kenikmatan tak terhingga sampai ke ubun-ubun. Sekian lama aku telah orgasme kulihat dia terus asyik dengan batang kemaluanku yang masih errect.
"Punyamu besar yaa.." katanya.
Betapa besarnya hatiku mendengar pujiannya yang juga baru pertama kali kudengar pujian terhadap barangku yang selalu kukagumi dan kupelihara tersebut.
Kemudian dia mengambil posisi 69 dan langsung menghadapkan rudalnya ke wajahku. Aku tidak berani mengulumnya, kukocok rudal yang telah berdiri kuat di hadapanku dan kembali kurasakan kenikmatan tadi, kerena dia masih tidak mau melepaskan penisku. Capek juga mengocok batang kejantanan yang panjang ini (kira-kira 18 cm, tetapi tidak kalah dengan panjang dan kebesaranrudalku) kembali aku mengejang untuk kedua kalinya.
"Hmm.. ehmm.. hmmh.. hhmm.." kudengar erangannya, rupanya dia pun akan mulepaskan tembakannya.
"Crot.. creet.. croot.." tembakannya mengenai dadaku, kerena tubuhku lebih tinggi 20 cm darinya dan spermaku kembali membasahi rongga mulutnya.
"Inikah kenikmatan yang sering kubaca, orgasme bersamaan dari buku-buku sex yang pernah kubaca..?" kataku dalam hati.
Kami terlelap melepas kelelahan setelah berperang rudal di kamar yang remang-remang tersebut. Aku terbangun setelah jam dinding menunjukkan angka 5 sore. Kubersihkan lumuran mani yang sudah mulai mengering dan sedikit kental di dadaku, dan aku segera bergegas. Kulihat dia masih terlelap menikmati orgasmenya.
Kucari secarik kertas dan kutulis pesan, "Maafkan aku kalau pergi tanpa memberi tahu Abang, kerena hari telah sore, aku takut pulang telat kerena pulang kuliah tidak langsung ke rumah dulu. Kita ketemu lagi ya di warnet."
Aku juga meninggalkan nomor telpon rumahku.
Sampai cerita ini kutulis aku selalu merindukan kehangatan pelukan seorang teman/kasih sesama pria, kerena sejak kejadian itu kami tidak pernah lagi bertemu di warnet dan dia pun tidak pernah menelponku. Kucari ke rumah kenikmatan itu lagi, tetapi tidak kutemukan Abang Rio di sana. Hari-hariku kembali hambar, adakah penggantinya..? Aku ingin merasakan kenikmatan pertamaku tersebut. Oh ya, bagi yang ingin berkenalan please email to me pasti kubalas.
Tamat