Sesama Pria
Saturday, 28 November 2009
Kenangan sejati di warnet
*****
Sebut saja namanya adalah Andy, 25 tahun, tinggal di Makassar. Kami kenalan lewat chating. Setelah akrab di dunia internet, dia tak sabar untuk melihat aku langsung. Maka, janji untuk bertemu pun disepakati. Pertemuan pertama berlangsung seperti biasa-biasa saja. Kami ngobrol-ngobrol dan saling mengenal diri masing-masing. Pertemuan kedua pun berlangsung beberapa hari dari pertemuan pertama.
Dia mengajakku untuk makan siang di sebuah rumah makan di Jl. Perintis Kemerdekaan.
"Geo, aku tahu kalau kamu juga mempunyai perasaan yang sama dengan aku. Kamu kayaknya tertarik sama cowok juga!" katanya. "Oh ya?" Aku kaget karena aku merahasiakan hal ini sama Andy.
"Dari mana kakak mengambil kesimpulan itu?" lanjutku.
Sambil tersenyum menatap kedua bola mataku, ia berkata,"Aku bisa kok menebak perasaan kamu dari pandangan kedua mata kamu!,"
"Oh ya?, kamu seorang paranormal ya?,"
"Tidak, tapi aku telah menyelidiki kasus tentang gay dan seluk beluknya setahun lalu," jawabnya.
Aku hanya diam tertunduk, ternyata apa yang aku rahasiakan sejak mulai chating itu akhirnya terungkap juga olehnya.
"Ya, kak. Aku memang memiliki perasaan itu. Tapi aku selalu menekannya dan tidak mau jadi gay," jawabku.
"Siapa sih yang mau jadi gay? Tapi apa boleh buat keadaan membuat kita menjadi seperti itu," lanjutnya.
"Tapi, aku nggak tahu dengan aku sendiri. Aku kok penasaran banget ingin tahu banyak tentang dunia gay,"
"Ya. Karena kamu memiliki perasaan itu. Ya kan?"
Aku hanya diam dan mengangguk-angguk. Aku kembali mengisap juice alpokat di depanku dan dia melanjutkan makan siangnya.
Ternyata pertemuan ketiga berlangsung secara tidak sengaja. Akhirnya, dia mengajak aku untuk bersama dengan dia menonton permainan sepak bola di kompleks Unhas tepatnya di pinggir danau unhas dibawah pohon. Kita duduk bernaung di bawah pohon di tengah-tengah teriknya matahari jam 14.30 sambil berbincang-bincang tukar pikiran dan berbagi pengalaman menghadapi suasana tenangnya permukaan air danau itu sembari dihembus angin sepoi-sepoi.
"Geo, Kamu pernah tidak mempunyai pacar cowok?" tanyanya.
Aku tertawa, "Nggak lah. Emang aku gila? masa cowok punya pacar cowok? itukan sudah gila namanya!,"
"Geo.. Geo. Dalam dunia gay itu ada kok,"
"Oh ya? Aku tidak habis pikir!" sahutku.
"Geo, tapi benar kan kamu mempunyai perasaan suka juga sama cowok?"
Pertanyaan itu kembali menyudutkan aku. Aku tak bisa mengatakan apa-apa. Aku hanya diam memandangi gelombang riak air danau terhembus angin.
"Ayolah Geo, aku yakin kamu mempunyai perasaan itu juga!" lanjut Andi.
Aku lalu menjawab, "Perasaan gue mengatakan demikian".
Andy hanya tersenyum. Lalu Andi pun bercerita banyak tentang dirinya dan pengalamannya jatuh ke dalam dunia gay, hingga bercerita tentang boyfriend-nya. Aku hanya diam mendengarkan dan sesekali memandang matanya saat menuturkan pengalamannya. Tak terasa hari sudah petang, cahaya lampu kompelks Unhas mulai menerangi tepi danau menambah romantisnya pertemuan kami.
"Andy, kayaknya sudah malam nih. Kita balik yuk?" ajakku.
"Kok cepat amat? entarlah.. Aku masih ingin ngobrol dengan kamu" jawabnya.
Tutur kata demi tutur katanya kian berlanjut seiring bergulirnya jarum jam hingga menunjukkan 19.50. Akhirnya, kami berdiri dfan berjalan melalui jalan masuk Unhas ke luar mendekati jalan umum.
"Geo, sebenarnya aku pingin cium kamu tadi, tapi kayaknya kamu masih dingin deh!," Aku hanya tertawa kecil.
"Andy, jujur saja, aku anti boyfriend apalagi making love sama cowok! Itu berbeda dengan apa yang aku yakini!" jelasku.
Akhirnya kami berpisah di depan Pintu Gerbang Unhas tanpa perjanjian kapan mau bertemu lagi. Seminggu kemudian, kami bertemu kembali setelah janjian lewat email. Dia lalu mengajakku ke warnet untuk inline sama-sama di salah satu warnet di Makassar.
Sesampainya di warnet x, Andy langsung membuka emailnya, chating dan secara terang-terangan membuka situs porno gay yang sedang melakukan aksi yang sangat merangsang. Aku hanya diam saja melihat dan memandangi tampilan situs itu.
"Geo, mau enggak kita melakukan seperti ini. Enak banget lho! Mau ya?" katanya sambil berbisik menoleh ke arahku.
"Nggak, kak. Aku nggak bisa. Maaf ya!" jawabku sambil mengalihkan pandanganku.
Namun Andy tak tahan melihat aku di sampingnya, ia pun mulai berbalik ke arahku sehingga aku berhadapan dengan dia.
"Geo, aku enggak tahan nih, aku ingin cium kamu!"
Aku belum sempat menjawab, ia pun menutup mulutku dengan ciuman basah dari bibirnya. Bibirku pun dikulum dan diisap. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, sepertinya dia sudah berpengalaman banyak tentang ciuman. Dan aku sama sekali belum pernah merasakan yang namanya dicium basah seperti ini, tapi aku menikmati dan turut merasakan setiap isapan dan gerakan lidahnya. Andy mengisap dan mengulum bibir bawahku dan kemudian bibir atasku juga. Ia lalu mempermainkan perasaanku dengan menggelitik langit-langit mulutku dengan ujung lidahnya.
"Akh.. Akh.. " hanya itu yang terdengat dari mulutnya dan desahan-desahan nafasnya.
Sesekali ia melepaskan ciuman itu sambil memandangi wajahku penuh nafsu. Lalu ia melanjutkan ciuman di bagian leher. Diisapnya kedua sisi leherku. Aku hanya bisa mendongak ke atas sehingga ia dengan leluasa menciumi daerah leherku sambil sesekali menjilatinya.
Sambil menikmati kulitku lewat hujan ciumannya di bagian leher dan wajahku, kedua tangannya mulai nakal dan menerobos masuk ke balik baju kaos yang kukenakan dan meremas-remas serta mengelus-elus dadaku. Aku hanya diam merasakan rangsangan demi rangsangan darinya.
Karena dorongan nafsunya yang begitu kuat hingga dengan berani membuka celananya dan menuntun tanganku untuk mengocok penisnya yang sudah tegang. Dengan terpaksa, aku mulai mengocok penisnya yang sudah memerah. Secara tak kuduga, tangannya juga mulai membuka ikat pinggangku dan melorotkan celana jeans yang aku pakai. Aku tidak tahu sepertinya semuanya berlangsung di luar kesadaranku. Sehingga aku menuruti saja apa yang dia mau. Ia lalu membaringkan aku di bawah karena ruang kotak komputernya cukup lumayan untuk bergerak di dalamnnya.
Kemudian kami melakukan posisi 69 dengan aku dibawah dan dia menindihku sambil mengoral penisku yang sudah tegang juga. Aku secara spontan juga memasukkan penis yang ada di atas mukaku ke dalam rongga mulutku. Aku lalu mengisapnya dengan lahap juga, Aku tidak tahu mengapa aku begitu liar juga melakukannya. Aku hanya melihat aksi itu di depan komputerku, tapi sekarang, semuanya sudah nampak di depan mataku secara nyata.
Terus saja kuisap dan kukulum penis Andy itu dengan penuh nafsu. Aku dengan sengaja sesekali menghentikan isapanku dengan penis Andy tetap di dalam mulutku untuk merasakan apa yang Andy lakukan dengan penisku. Andy dengan penuh nafsunya mengisap, menjilati dan mengulum penisku hingga ke daerah yang bisa dijagnkau oleh lidahnya. Tak luput buat pelirku pun dijilatinya dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Terus terang, aku sangat menikmatinya.
Akhirnya tak lama kemudian aku mau keluar dan
"Croott.. Croott.. Croott"
"Ough.. Augh.. Akh.. Ahahh" desahku.
Aku mengeluarkan tembakanku ke dalam mulut Andy dan Andy langsung menelannya. Aku menghentikan aksiku karena aku mengerang sehingga penis Andy keluar dari mulutku. Tak lama kemudian Andy menghentikan kulumannya dan kembali berdiri. Dia lalu membuatku duduk dan kembali mengisap penisnya.
Tapi satu hal yang aku tidak sangka adalah aku mulai mual-mual dan rasanya mau muntah setengah mati setelah aku merasakan bahwa dalam mulutku sudah terdapat sebagian sperma Andy, namun Andy belum saja mencapai orgasme. Aku lalu menghentikan aksiku. Aku kembali mual-mual dan serasa isi perutku mau keluar semua. Maklum saja, baru kali ini aku melakukan hal demikian. Melihat aku sambil mual-mual, Andy lalu mengambil celana dalamnya dam meletakkannya di bawah mulutku.
Akhirnya aku coba untuk menelannya dan tidak mengeluarkannya.
"Akh.."
Akhirnya aku bisa menelannya namun sesaat kemudian aku mual-mual kembali, Andy lalu kembali meletakkan celana dalamnya di bawah mulutku, Tapi tidak jadi, Andy lalu memelukku erat. Karena Andy belum mencapai orgasmenya, ia mengajakku untuk anal seks.
"Geo, hanya anal yang bisa membuatku keluar," bisiknya penuh nafsu.
"Maaf, kak. Aku tidak bisa" jawabku.
Setelah melongok situs anal seks itu, dia berbisik, "Tuh.. Enaknya Geo, aku kepingin nih".
Namun sekali lagi aku berusaha untuk menolaknya. Mungkin Andy merasa sangat bersalah atas tindakannya kepadaku yang telah membuat aku jatuh dalam dunia sex gay, dimana aku belum pernah mengenalnya sebelumnya. Andy mendekapku dengan erat penuh kasih sayang.
"Geo, aku sayang kamu, aku cinta kamu, kamu suka kan sama kakak?" bisiknya di telingaku.
"Ya.. Kak, maafkan aku," balasku berbisik di telinganya.
Setelah memelukku erat Andy kembali menngulum bibirku dengan basah tapi aku hanya diam saja menikmati isapan bibirnya. Ia lalu melepaskan aku dan Andy mulai kembali mengangkat naik celana jeans-nya dan mengenakannya kembali. Aku tahu bahwa Andy sangat kecewa karena dia tidak sempat mencapai orgasme hingga ia kembali mengenakan celananya. Tapi apa boleh buat, aku tidak bisa menahan rasa mualku, aku tidak tahan karena aku tidak pernah melakukannya.
Kami lalu bangkit sambil kembali menengok layar komputer. Terlihat banyak pesan chating yang tak terjawab. Andy lalu men-shut-down komputernya. Lalu sekali lagi ia melumat bibirku sekitar dua menit lalu mendekapku tubuhku dengan erat sambil berbisik.
"Aku sayang kamu Geo!"
Aku hanya bisa tersenyum dan dengan berani aku menciumi keningnya dan kedua pipinya lalu memeluk tubuhnya. Kami lalu berbenah diri membersihkan diri dan merapikan pakaian kembali sebelum membuka pintu boks itu. Akhirnya kami keluar dari warnet itu.
"Kak, maafin aku ya kak, aku nggak bisa seperti yang kakak harapkan" kataku.
"Sudahlah Geo, lupakanlah. Yang penting kamu masih mau kan menganggap aku sebagai kakak kamu?,"
"Yup".
"Geo, kapan kita serius melakukannya?"
Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaannya. Akhirnya kami pulang dan kini kejadian itu sangat mengganggu batinku. Aku telah merasa berdosa sekali sama Tuhan, aku telah melakukan yang dilarangnya. Aku lalu memaki diriku sendiri.
"Geo, loe tuh cowok hina, enggak tahu berterima kasih, dasar cowok najis" itu kata makian hatiku sendiri.
Aku hanya bisa bersedih dalam hati sambil berseru, "Ampunilah aku ya Tuhan!"
Tamat