Bad Luck - Teddy Bear

Teddy, anak sulung Tante Maya, sejak berumur lima tahun sudah ditinggal ayahnya. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan, sesaat setelah ia pulang dari kantornya. Sejak saat itulah Teddy kehilangan sosok ayah dalam hidupnya, yang sebenarnya sangat penting dalam perkembangan hidupnya. Oleh karena itu Teddy sangat menyayangi keluarganya yang tersisa, ibu dan adik perempuannya.

Jika dilihat dari penampilannya sehari-hari, siapapun orangnya pasti tidak akan menyangka kalau Teddy itu seorang gay. Dengan tinggi sekitar 170 cm dan berat 54 kg serta memiliki wajah yang cukup tampan, Teddy banyak disukai oleh wanita-wanita, baik teman sekolahnya maupun tetangganya. Teddy senang sekali bermain sepak bola dan bermain gitar.

Dia sering mengikuti perlomban sepak bola aentar kelas disekolahnya. Dia juga sering bermain gitar dalam kamarnya jika sedang suntuk. Teddy termasuk anak yang kalem, nggak macem-macem dalam penampilan sehari-harinya. Dia juga sedikit dimanja oleh ibunya. Terlepas dari semua itu, Teddy adalah seseorang yang kesepian..

*****

Tok.. Tok.. Tok..! Sayup terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Oh my god, sudah pagi. Dengan spontan kucoba melihat jam dinding dengan bangkit dari kasur, Dugg!! "Aww!!" Tak sengaja kepalaku terbentur kasur. Masih dengan rasa sakit dikepala, kulihat jam dinding ternyata sudah menunjuk pukul 6 pagi.

"Ted, Teddy! Indra! Kok belum bangun entar kesiangan lho!" Ternyata suara tante.

Gawat kalo tante sampai ngintip kami lewat lubang angin di atas pintu kamar ini karena kami berdua masih dalam keadaan telanjang, pikirku. Kami bangun kesiangan karena kelelahan setelah peristiwa indah yang kami lewatkan bersama tadi malam.

"Iya tante!" Teriakku membalas.
"Aduh kesiangan nih!"
"Ted, bangun! Lo kan harus sekolah!" Kucoba bangunkan teddy yang masih tertidur.
"Hey, bangun!" Kuguncang-guncangkan tubuhnya yang 'naked' itu.
"Entar ah.. Masih ngantuk.." Jawabnya bergumam.

Sejenak kupandangi Teddy yang masih belum sadar dari mimpinya itu. Saat tertidur seperti ini dia terlihat begitu damai, mirip sekali seperti anak-anak.

"Ya udah, gue duluan yah!" Ucapku sambil meninggalkannya terbaring sendiri diatas ranjang.
Saat aku sedang mandi, "Tok, tok, tok! Kak.. Kak!" Terdengar teddy menggedor-gedor pintu.

Lalu kubuka pintunya dan kulihat teddy berdiri didepan pintu masih telanjang.

"Kak, aku mau mandi juga, takut kesiangan!" Pintanya beralasan dengan wajah sedikit memerah.
"Ya udah masuk aja, Ted!"

Lalu kuteruskan mandiku yang memang belum selesai dengan buru-buru karena takut kesiangan. Tapi lain halnya dengan Teddy, ia terus saja ingin bermanjaan denganku, ia meraba-raba tubuh dan penisku, memelukku sambil menggesek-gesekan penisnya, Teddy terlihat sangat horny, mungkin dia ketagihan dengan peristiwa semalam, padahal tadi sebelum dia masuk ke dalam sini dia bilang takut kesiangan. Tapi semua manjaan Teddy tidak bisa aku ladeni saat ini karena aku sedang diburu waktu, aku tak mau bila aku sampai kesiangan, nilaiku dimata dosen disa jelek dan kalau nilaiku jelek ortu gue yang dirumah bakal ceramahin gue dan itu bisa lama banget.

"Ted, udah Ted entar kita kesiangan. Udah jam 6 lebih! Nanti aja kalo mau main, ok!" Pintaku halus.

Teddy seperti tersadar dari mimpinya dan langsung mandi secepat kilat. Tapi wajah kekecewaannya itu tak dapat ia sembunyikan, karenanya sebelum keluar kamar untuk berangkat kuliah aku berikan Teddy sebuah ciuman hangat dibibirnya yang kuharap dapat sedikit mengobati kekecewaannya.

Kuliah hari ini sangat melelahkan, dari pagi baru bisa pulang sore jam 5. Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar untuk istirahat. Di dalam kamar kulihat Teddy sedang tiduran di kasurnya.

"Jangan ngelamun aja, nggak bagus lho! entar kemasukan setan baru tau rasa." Godaku.
"Kakak kok baru pulang sih, Teddy kan nungg.." Teddy berhenti berkata tidak melanjutkan kalimatnya.
"Nung.. Nungguin?! Oh.. gue tahu, lo pengen itu yah!" Tanyaku menggoda. Teddy terdiam, tersipu malu.
"Biasa aja Ted, kita kan ketemu tiap hari ini! Ok!" jawabku dengan senyum.
"Kak.." Teddy bergerak mendekat, ia mendaratkan bibirnya di bibirku.

Kubiarkan ia memagut bibirku, memasukan lidahnya menjelajah mulutku. Teddy mulai nakal lagi, ia mencoba membuka reseleting celanaku. Tapi..

"Sorry Ted, gue capek banget! entar aja yah!" Pintaku halus sambil menutup kembali resleting yang sudah terbuka setengahnya.

Teddy diam tak menjawab, ia lalu kembali tiduran. Aku tahu dia pasti marah karena hari ini aku sudah dua kali menolak berhubungan. Tapi mau bagaimana lagi, kali ini aku merasa sangat capek, setelah hari panjang yang melelahkan dikampus.

"Ted, jangan marah dong!" Pintaku.
"Nggak, siapa yang marah?" Jawabnya datar sambil membalikan badannya ke tembok. Memang biasanya hari-hari awal kita memulai hubungan dengan seseorang rasanya ingin terus bermanja-manjaan, dan..

Malamnya saat noton TV Teddy seperti tidak mau ngobrol dengan ku, jika tidak aku duluan yang bertanya padanya, dia tidak akan berbicara sepatah katapun. Baru jam 8 Teddy sudah masuk kamar, padahal biasanya ia suka nonton TV sampai larut malam. Tapi kubiarkan saja, mungkin ia bakal baikan dengan sendirinya setelah tidur. Jam sepuluh barulah aku masuk kamar, kulihat Teddy diatas ranjangnya tapi ia belum tidur, ia malah sedang mendengarkan sebuah lagu di radio.

"Kok belum tidur, Ted?" Tanyaku, tapi ia tetap diam tidak menjawab. Lalu ku kunci pintu, kuhampiri dia dan kumatikan radionya.
"Kak, kok dimatiin sih radionya?"
"Aku lagi ngedengerin nih."
"Lagunya Maroon five tuh!" Teddy terus menggerutu.

Tapi gerutuannya terhenti saat kucium bibirnya. Sebenarnya aku masih capek, tapi aku tak bisa membiarkan Teddy terus bersikap acuh padaku karena akupun membutuhkannya atau lebih tepatnya kami ini saling membutuhkan.

"Malam ini akan jadi malam yang sangat indah buat kita."
"Gue mau ngasih sesuatu yang spesial buatmu." Kucoba meluluhkan hatinya yang sedang kesal dengan kata-kata ku, dan nampaknya aku berhasil.

Kuciumi bibir dan lehernya sedangkan teddy melepaskan celana model Hawaii yang melelekat padanya. Kubantu ia melepaskan celana yang baru terbuka sampai lutut. Teddy kemudian membuka t-shirt diikuti olehku, membuka t-shirt dan celana jeans 'ECKO' yang melekat hingga kami hanya memakai CD saja. Dalam keadaan berdiri kami berciuman, sambil saling meremas rambut dan pantat yang masih terbungkus CD, penuh gairah terlebih lagi Teddy yang dari tadi sangat bernafsu ingin bercinta.

Kuselipkan jariku masuk kedalam CD-nya, lalu menyelinap diaentara belahan pantatnya mencari sebuah lubang keperjakaan milik Teddy. Kuturunkan badan ku sehingga wajahku tepat berada didepan CD-nya. Kubuka CD-nya dengan tanganku sampai kulihat penis Teddy yang sudah tegang, tegak mengacung. Kukulum penis Teddy yang menggairahkan sambil terus meremas-remas pantatnya. Kulumuri tanganku dengan air ludah yang kemudian kuoleskan diatas lubang analnya.

Sambil mengoral Teddy, aku masukkan jariku ke dalam lubangnya yang sudah kulumuri air ludah sehingga licin dan satu jari ku dengan mudah masuk. Kucoba masukkan dua jari, masih bisa, lalu tiga jari, Teddy agak kesakitan karena lubangnya yang masih perjaka, cukup sempit jadi kumasukkan dua jari saja. Lalu ku gerakan dengan lembut agar Teddy tidak merasa sakit.

"A.. Aa.. Ah.. Haah.. Haah.." Jilatan-jilatan dan kulumanku yang semakin memburu membuat teddy mengerang-erang nikmat, dan tanpa permisi..

Crott.. Crott.. Crott.. Tumpahlah cairan kelelakiannya yang hangat masuk kedalam mulutku. Lalu kubaringkan setengah badannya tengkurap diatas kasur sedangkan lutut dan kakinya diatas karpet sahingga pantatnya nungging tepat kearahku. Kemudian kutumpahkan sperma yang ada dimulutku keatas pantatnya, terus mengalir ke lubang analnya, lalu kumasukkan batang pria kebanggaanku, masuk perlahan memasuki lubang sempitnya.

Perlahan kukeluarkan lagi, lalu kumasukkan lagi, terus kuulang sampai lubangnya terbiasa dengan penisku. Setelah itu baru kupercepat gerakku sedikit demi sedikit, sampai kecepatan maksimum. Teddy sendiri hanya bisa menggigit bantal yang ada didepannya, sekaligus untuk meredam suara desahannya. Saat kurasa spermaku akan keluar, gerakanku melambat dan saat spermaku keluar kutekan penisku dalam-dalam beberapa kali hingga cairanku memenuhi lubang analnya malah sampai meluap keluar.

"Ah!!" Mulut Teddy terlepas dari bantalnya sehingga teriakannya terdengar cukup keras.
"Aa.. Ah.." Desahan pelanku menandai habisnya tenagaku dan aku pun terkulai lemas, telentang diatas kasur tepat disebelah Teddy.
"Ted! Teddy!"
"Kenapa kamu teriak, ada apa?" Terdengar suara tante dari lantai bawah. Sepertinya dia mendengar teriakkan Teddy.
"Nggak kok Bu, jari Teddy kejepit laci!" Teddy berteriak keras dengan sisa tenaganya agar tante tidak curiga dan naik keatas.
"Ini juga lagi pake obat merah."
"Ya udah, lain kali hati-hati!" Teriak tante dari bawah dan sepertinya ia tidak curiga.
"Kak, makasih yah hadiahnya." Terdengar suara Teddy berbisik ditelingaku diiringi sebuah ciuman hangat mengaentar tidurku.

Esok paginya aku berangkat kuliah, tapi kali ini kami tidak kesiangan lagi karena sekarang ada alarm jam yang senantiasa setia membangunkanku tiap paginya.

*****

Di kampus aku punya seorang teman, dia itu pria yang sangat tampan. Semua mata wanita akan tertuju padanya bila melihatnya, namanya Arul, anak tunggal dan cukup kaya. Pertama kali aku melihatnya yaitu pada saat aku ospek sebelum masuk kuliah. Walaupun kami tidak berada dalam grup yang sama, tapi kami sering sekali bertemu. Sebenarnya saat melihatnya aku ingin sekali memandangnya lebih lama, tapi aku tak mau dia merasa curiga. Jadi, kupendam saja perasaan suka ku padanya. Ternyata terjadi hal yang tak terbayangkan sebelumya oleh ku. Saat aku masuk kelas untuk pertama kalinya aku kuliah, kulihat dia dalam kelas ku, ternyata Arul sekelas denganku. Dan kini ia menjadi temanku.

Jika aku menyukai seseorang, hubunganku dengan orang itu pasti tidak begitu dekat karena perasaan suka yang kumiliki. Aku tidak mau pertemananku rusak hanya karena perasaan sukaku padanya. Bagiku hanya dengan menjadi temannya pun aku sudah bisa itu sudah cukup walaupun tidak sepenuhnya seperti yang kuinginkan.

Tamat