Simpanan bosku

Aku pemuda bernama Arief berusia 28 tahun, mempunyai kisah nyata menjadi seorang gay bahkan sampai sekarang statusku adalah simpanan bos elektronik yang kaya raya tetapi tidak bahagia dengan istrinya, maklum Pak Albert (nama bosku) yang warga keturunan itu mempunyai kelainan seks, yaitu biseks.

Awal mula kisah nyataku ini pada saat aku ditawari salah seorang tetanggaku untuk kerja di toko elektronik milik Pak Albert, dan tentu saja dengan senang hati kusambut tawaran tetanggaku.

Setelah bertemu Pak Albert, aku langsung diterima sebagai karyawannya, bahkan Pak Albert ingin berbicara empat mata saja denganku. Tanpa perasaan yang aneh-aneh aku ikut Pak Albert ke ruang kerjanya.

"Kamu siap Rief kerja di toko elektronikku..?" tanya Pak Albert.
"Siap Pak..!" kataku polos dan tegas.
"Bahkan berkorban segalanya." pancing Pak Albert.
Aku hanya mengangguk tanpa memikirkan arti ucapannya dan aku tidak melihat arti tatapan mata Pak Albert yang seakan-akan ingin melahap tubuhku.

Kuakui aku mempunyai tubuh yang aduhai mirip tubuh seorang wanita, walaupun gayaku adalah gaya pria bukan gaya feminim, apalagi gaya seorang gay. Selain itu aku juga ditunjang dengan kemulusan kulitku, bahkan kalau aku mengaca, tidak ada selembar bulu pun yang tumbuh di betis dan pahaku.

Setelah seminggu aku masuk kerja, aku mendengar selentingan kalau Pak Albert suka menggoda karyawan pria. Dan aku mendengar kalau ada yang sampai merelakan ke'perawan'an anusnya demi pekerjaan, tapi aku mendengarkan sambil lalu saja. Dan suatu ketika aku dipanggil Pak Albert ke ruang kerjanya. Sebagai karyawan baru aku langsung bergegas menuju ke ruang kerjanya.

"Rief.. apakah kamu mau menemani makan siang hari ini..?" tanya Pak Albert.
"Baik Pak.. tapi apa tidak sebaiknya nanti saja jam istirahat Pak..?" kataku dengan penuh hormat.
"Tak usah, sekarang aja. Ayo..!" sambung Pak Albert sambil membimbingku.
Aku menurut saja ketika masuk mobil Pak Albert, dan meluncurlah mobil sedan hitam pekat itu ke restoran terkemuka di kota Surabaya.

Sesampainya di restoran, Pak Albert menawariku beberapa jenis makanan dan aku menurut saja apa yang ditawarkan oleh Pak Albert. Setelah menyikat habis makanan yang kami pesan, barulah Pak Albert mengutarakan maksudnya.
"Rief.. sebetulnya aku ada perlu sama kamu.. penting sekali..!" kata Pak Albert berusaha menyakinkanku.
"Perlu apa Pak..?" tanyaku.
"Pokoknya penting sekali. Tapi jangan di sini, nanti saja di suatu tempat." sambung Pak Albert.
"Ayo kita ke sana..!" ajak Pak Albert sekali lagi.

Aku yang bagai kerbau dicocok hidung hanya menurut saja, dan tidak lama sampailah mobil Pak Albert di sebuah hotel XX (edited) di Surabaya yang kamarnya memang telah dipesan Pak Albert jauh-jauh hari.

"Ayo kita masuk..!" ajak Pak Albert sambil merangkulku persis seperti Om-om yang merangkul cewek ABG.
Aku hanya diam setelah Pak Albert menuntunku untuk masuk ke salah satu kamar dan mendudukkan di atas ranjang, mataku hanya melihat sekeliling kamar. Setelah Pak Albert mencopot dasi, kemeja dan celana panjangnya, aku tertegun melihat sesuatu di tengah celana pendek Pak Albert yang menegang.

"Rief.., aku sebenarnya ingin minta tolong sama kamu." kata Pak Albert seraya mengelus rambutku.
"Minta tolong apa Pak..?" tanyaku penuh curiga.
"Tolong Rief.. puaskan aku. Sebelum kamu masuk jadi karyawanku, sebenarnya aku ingin merasakan mulusnya pahamu." kata Pak Albert sambil mencumbuiku.
"Jangan Pak.. Bapak khan tahu saya adalah karyawan Bapak." jawabku agak memelas.
"Nggak peduli Rief.. sejak kamu pertama masuk kerja, aku memutar otak bagaimana caranya supaya aku bisa mengajakmu seperti ini. Dan sekarang adalah kesempatan emas buatku." lanjut Pak Albert sambil tangannya berusaha mencari penisku.

Mendengar kata-kata Pak Albert itu kepalaku jadi pusing dan keringat dingin keluar dari tubuhku, tanpa kusadari Pak Albert telah berhasil membuka ikat pinggang dan retslueting celanaku. Aku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menuruti kemauan Pak Albert.

"Wah.. mulus benar pahamu Rief, aku tidak menyangka kalau kamu punya tubuh semulus ini." mata Pak Albert seperti serigala kelaparan melihat paha mulusku yang tidak ditumbuhi bulu sehelai pun.
Aku hanya diam tatkala Pak Albert menyuruhku untuk mengulum penisnya yang panjangnya sekitar 21 cm itu.
"Aakkhh.. hangat sekali lidahmu Rief.." erang Pak Albert.
Meskipun dengan perut mual aku terpaksa mengulum penis Pak Albert yang sebesar buah jagung dan berbau keamis-amisan itu.

Setelah nafsu birahi Pak Albert memuncak, Pak Albert langsung meraih pahaku dan ditelusurinya kakiku, mulai betis, paha sampai di bawah buah zakarku.
"Heemm.., nikmat sekali bau anusmu Rief.. Anusmu lain dengan anus karyawan-karyawan lainnya." kata Pak Albert seraya menjilati bibir anusku.
Kuakui kalau Pak Albert pandai sekali membangkitkan nafsu lawan mainnya, dan aku pun yang tadinya takut dan malu sekarang jadi berani karena dirangsang terus oleh Pak Albert.

"Aadduuh Pakk.. geli.. sekali.. Aaa..kk..kuu suu.. dahh.. ngak.. kuu..aatt.. laa.. gii.." aku mengerang-erang karena bibir anusku digigiti pelan-pelan oleh Pak Albert persis seperti anak kecil yang membuat maian puting susu ibunya.
Dan Pak Albert tahu kalau aku ingin sekali dimasuki penisnya. Dengan cekatan Pak Albert membelah pantatku yang sangat gemol itu dan seketika itu juga bibir anusku merekah kemerah-merahan siap menerima tusukan penis Pak Albert.

Pak Albert berusaha memasukkan ujung penisnya, tapi dia agak kesulitan karena memang anus ini masih perawan dan aku juga membantu menuntun penis Pak Albert supaya tepat ada di tengah bibir anusku. Setelah bersusah payah memasukkan ujung penisnya di bibir anusku, langsung pantat Pak Albert mendorong sekuat tenaga agar seluruh penisnya tenggelam ke dalam anusku.
"Aakhh.. adduuhh.. saakkiitt.. Pakk..!" jeritku tertahan.
"Engak Sayang.. sebentar lagi kamu akan merasakan nikmatnya penisku ini..!" kata Pak Albert dengan napas yang memburu.

"Eegghh.. egghh.. hangat sekali Rief jepitan anusmu. Seret sekali anusmu ini. Kamu masih perawan ya..?" tanya Pak Albert sambil berbisik di telingaku, dan dengan rakus sekali diciuminya leher yang juga putih mulus ini.
"Hhee.. eehh.. Pak.. aduh sakit sekali Pak..!" kataku mengiyakan pertayaan Pak Albert.
"Eghh.. egghh.. egghh.. aduh..! Aku memecah durian nich.. eghh.. egghh..!" kata Pak Albert kesenangan yang mendapat keperawananku ini.

"Eeghkk.. egghkk..!" rengekku yang sudah kuat lagi menahan perih di sekitar anusku.
"Eegghhkk.. egghhkk.. eghhkk..!" rengekku lagi dibarengi dengan mengejan dan meremas-remas bantal yang ada di kepalaku.
"Eeghhk.. Pak.., jangan.. cepat-cepat.. Pak. Aduh..!" kataku sambil menggeliat-geliat karena rasa yang bercampur aduk, yaitu antara nikmat dan perih itu.

"Eeghhkk.. eghhkk.. eghkk.. enak ya Rief.., aduh.. seret sekali silitmu ini Rief..!" kata Pak Albert yang dengan rakus melumat bibirku.
Aku mengigit bibirku, sesekali mendesah-desah karena merasakan genjotan pantat dan penis Pak Albert yang semakin dahsyat itu.
"Aduhh Rief.., aku sudah nggak kuat lagi.. Aadduh.. silitmu.. terasa mengempot-empot. Aadduh.. akhh..!" Pak Albert semakin keras menggenjot pantatnya dan genjotan penis Pak Albert terasa sampai di pusar.

"Ayo.. Pak.. akkh.. akhh..! Cepetan Pak, anusku.. sudah nggak kuat ditusuk nich..!" kataku dengan nada kemanja-manjaan dan aku mengimbanginya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku.
"Aagkkh..!" tubuh Pak Albert pun bergetar karena sudah akan mencapai klimaksnya, dan aku merasakan di dalam anusku terasa ada cairan hangat yang membasahi dinding anusku dan dengan cepat langsung mengalir ke dalam perutku ini.

Setelah mencapai klimaks, Pak Albert langsung rebahan di sisiku sambil meletakkan kepalaku di lengannya. Dan meskipun sudah pada titik klimaks, tapi tangan Pak Albert masih meremas-remas bokongku yang super besar itu. Setelah meremas-remas bokongku, tangan Pak Albert pindah ke pahaku yang putih mulus itu.

"Kamu puas Rief..?" tanya Pak Albert sambil mempermainkan anusku yang tadinya perawan kini jadi memble karena serangan penis Pak Albert yang sangat dasyat itu.
Aku hanya mengangguk pelan, maklum aku kelelahan dan kerepotan sekali karena meladeni nafsu Pak Albert yang seperti singa itu. Lalu aku tidak berkata sepatah kata pun lagi kecuali bergelayut manja di dada Pak Albert.

"Bagaimana kalau kita main lagi Rief..?" tanya Pak Albert sambil siap-siap untuk meniduriku lagi.
"Nanti dulu lah Pak.., anusku masih perih nich..! Dan tenagaku masih lemas..!" kataku bermalas-malsan.
Rupanya Pak Albert kasihan padaku dan kembali rebahan di sisiku.
"Rief.., aku punya rencana, bagaimana kalau kamu nggak usah kerja tapi kamu jadi simpananku. Khan enak tiap bulan kamu dapat uang, nggak usah kerja." kata Pak Albert menawariku untuk menjadi simpanannya.

Aku pun menimpali, "Semua terserah Pak Albert aja. Aku hanya menurut dan pasrah pada Bapak aja, karena keperawanan anusku sudah Bapak renggut."
Pak Albert hanya tersenyum dan sambil mengelus-elus pahaku ia meneruskan kata-katanya, "Kalau begitu, mulai lusa kamu bisa menempati rumahku satunya yang masih kosong, bagaimana..?"
"Aku khan sudah bilang, semua tergantung pada Bapak aja.. bahkan aku mau koq operasi kelamin, asal nanti Bapak mau bertanggung jawab." kataku lagi.

"Nggak.. nggak usah operasi, buat apa..? Toh aku sudah punya isteri." kata Pak Albert lagi.
"Aku hanya mau anusmu, anusmu lain sekali Rief. Dan lagian kamu laki-laki tapi body-mu nggak beda sama perempuan, bahenol sekali." kata Pak Albert seraya memasukkan jarinya ke dalam anusku.
"Aakhh Bapak.., bisa aja..!" rengekku manja.

Dan sejak saat itu aku jadi pasangan gay Pak Albert hingga sekarang. Tidak jarang seminggu atau dua minggu sekali Pak Albert mengunjungiku untuk melepaskan hajatnya. Bahkan Pak Albert menginap di rumahku sampai tiga hari hanya untuk menikmati tubuhku ini.

Lama-lama karena seringnya Pak Albert meniduriku, timbul rasa kewanitaan pada diriku, dan perasaan itu kuungkapan pada Pak Albert karena aku sudah menganggap kalau Pak Albert itu 'suami'-ku walaupun anggapan itu terjadi hanya di ranjang saja. Tapi Pak Albert selalu menolak kalau aku operasi dengan alasan yang sama. Aku hanya pasrah saja pada 'suami'-ku yang tidak lain adalah mantan boss-ku.

Inilah pembaca kisah nyataku yang menjadi pria simpanan bossku.

Tamat