Sesama Pria
Sunday, 22 November 2009
Semalam bersamamu
Perjumpaan ini membangkitkan kenangan kami berdua saat SMU. Sudah sejak SMU aku mengagumi Ari. Wajahnya yang ganteng, senyumnya menawan, tatapan matanya yang tajam dan bodynya yang semi-atletis itu membuatku jatuh cinta. Namun semua itu aku pendam di dalam diri saja karena aku tidak mau persahabatan kami putus saat dia tahu bahwa aku menyukainya.
Namun malam ini semuanya menjadi lain. Penampilan barunya yang tampak lebih oriental itu membuatku semakin terpesona. Saat itu kita sedang duduk-duduk sambil mengobrol di kawasan Darling Harbour. Suasana romantis yang tercipta semakin membuatku melayang, membayangkan impian indah berdua. Aku menggigil kedinginan. Saat itu Sydney sedang musim dingin. Ari menawarkan jaketnya agar aku pakai.
"Kamu pakai jaketku aja Hen, nanti kamu masuk angin lho", katanya.
"Ngga usah, ntar kamu yang kedinginan"
"I'm fine. Aku udah kebiasa dingin. Lagian aku pakai baju rangkap kok."
Aku hanya diam menanggapi tawarannya. Tanpa berkata-kata lagi ia melepas jaketnya dan mengalungkannya ke pundakku. Saat itu perasaanku semakin melayang. Mungkinkah pria yang telah lama kusuka ini juga menyukaiku? Tak mungkin jawabku dalam hati. Ari yang selama ini kukenal tampak begitu manly.
"Thanks Ar", hanya itu yang keluar dari mulutku.
Sejenak suasana menjadi hening.
"Kamu sekarang lagi jalan sama siapa?", tanyanya memecah keheningan.
Aku hanya menghela nafas untuk menghindar dari pertanyaannya yang mulai masuk ke daerah sensitifku.
"Hendry.. Lagi ngelamun yah? Kok pertanyaanku nggak dijawab?", tanyanya lagi.
"Gua lagi sendirian nih. Ngga ada yang mau ama gua sih?", jawabku getir.
"Masa sih cowok secakep dan sebaek kamu nggak ada yang mau?", timpalnya.
"Kenyataannya begitu. Kalo kamu sendiri, lagi jalan ama siapa?", jawabku balik.
"Sama. Gimana kalo elo jadian aja ama gua?", jawabnya lagi sambil ketawa-ketawa.
Aku hanya diam saja. Otakku sibuk mencerna rangkaian kata-kata yang baru saja ia ucapkan. Ah paling dia hanya bergurau saja pikirku. Mana mungkin dia mau denganku.
"Ngaco!", jawabku singkat.
"Hen..", dia memanggilku dengan nada yang terdengar mesra di telingaku.
Ketika wajahku berpaling ke arahnya, ia melayangkan sebuah ciuman ke arah bibirku. Sedetik dua detik berlalu aku hanya bisa diam. Menikmati suasana mesra yang tercipta. Namun detik kemudian aku tersentak. Aku memalingkan mukaku. Ari terkejut juga.
"Sorry.", katanya dengan tampang bersalah.
"Nggak enak lah kalo dilihat orang", kataku.
Tiba-tiba tawanya terdengar.
"Aku pikir kamu marah gara-gara aku kiss ternyata kamu cuman nggak mau dilihat orang", katanya lagi dengan suara menggoda.
Aku diam saja. Nggak bisa berkata-kata.
"Kalo gitu kamu mau donk aku cium kalo nggak dilihat orang?", katanya lagi menggodaku.
"Ngaco ah!", kata itu lagi yang keluar dari mulutku sambil aku bangkit dan bergegas pergi.
Ari menahanku dengan menarik tanganku. Aku duduk kembali.
"Hen.. Aku bener-bener suka sama kamu", katanya.
"Sebenarnya aku sudah menyukai kamu sejak kita SMU. Namun aku ragu apakah kamu juga menyukai sesama jenis apalagi aku. Aku senang sekali ketika tahu kamu dan keluargamu akan berlibur kesini. Aku bertekad untuk mengutarakan perasaanku kepadamu. Kamu mau nggak jadi boyfriendku?", lanjutnya dengan suara yang lembut tapi tegas.
"Ar.. Gua juga sayang ama elo.", kataku padanya.
Ia lalu melingkarkan tangannya dipundakku dan aku merebahkan kepalaku didadanya. Malam semakin larut. Jam telah menunjukkan pukul 1 pagi. Ari mengajakku untuk segera pulang ke studio apartemennya yang tak jauh dari Darling Harbour.
"Akhirnya sampe juga di rumah. Hangat!!", seruku ketika masuk ke apartemen Ari yang dilengkapi dengan heater itu.
"Lebih hangat lagi kan kalo aku peluk", sahutnya spontan sambil memelukku erat dari belakang.
Ia kemudian mendaratkan ciumannya di belakang leherku dan di balik telingaku, daerah tererotik dari tubuhku. Aku terbuai oleh nikmatnya sentuhan dan kecupan yang ia berikan padaku. Ia lalu melepas jaketnya yang tadi ia pakaikan padaku sambil terus menciumi daerah-daerah erotikku. Tangannya kemudian meraba ke seluruh tubuhku yang cukup padat berisi. Ia lalu membalikkan badanku dan mulai menciumi bibirku dengan ganas. Akupun mulai memainkan lidahku, beradu dengan lidahnya menciptakan rasa nikmat yang luar biasa. Hampir 10 menit kira-kira kami bermain French kiss.
Aku kini mulai aktif melepaskan satu per satu pakaian yang menempel di tubuhnya hingga ia kini bertelanjang dada. Dadanya yang bidang hasil olahan fitness sangat mempesonakanku. Putingnya yang kemerahan membuat darahku semakin bergolak. Aku kemudian merebahkan badannya ke sofa putihnya. Kemudian ganti aku yang aktif menciuminya mulai dari bibirnya, lalu turun ke leher dan kemudian dadanya. Lalu aku mulai menjilat-jilat puting susu kanannya yang berwarna merah muda kemudian menggigitnya kecil.
Ari semakin terlihat terangsang. Desahan-desahan kenikmatan mulai keluar dari mulutnya. Akupun semakin berahi mendengar desahannya itu. Lidahku kemudian beralih ke puting susu kanannya sambil tanganku meremas-remas puting susu kirinya. Ciumanku kemudian turun menjelajahi daerah six packsnya yang terbentuk indah. Tanganku pun mulai meremas-remas kontolnya yang masih terbungkus celana hitamnya. Walaupun aku belum melihatnya, aku yakin Ari memiliki kontol yang cukup besar. Lalu aku mulai menciumi kontol Ari yang masih bersembunyi dalam celana. Ari mendesah lebih keras. Ia memintaku untuk segera mengeluarkan kontolnya dan menyepongnya.
Perlahan kuarahkan tanganku menuju ke celananya. Aku buka sabuknya lalu kaitan celananya. Tersembullah kontolnya yang cukup besar yang tercetak jelas di celana dalamnya. Kembali aku jilati kontolnya yang masih terbungkus undies itu. Ari semakin terangsang ia memintaku untuk segera mengeluarkan kontolnya. Aku menggigit karet CDnya dan menurunkan CDnya. Sekarang terhampar jelas kelaki-lakian Ari yang sudah lama aku impikan. Kontolnya cukup besar, sekitar 16cm bersunat hingga terlihat jelas kepalanya yang kemerahan dengan bentuk yang bagus. Di lubang pipisnya terlihat air maninya. Aku jilat mani beningnya. Aku mainkan lidahku di lubang pipisnya. Ari menggelinjang keenakan. Desahannya semakin bergema di apartemennya yang kecil tapi rapi itu.
Kupegang batang kontolnya, kumasukkan k edalam mulutku. Pantatnya mulai bergoyang seiring dengan kenikmatan yang dirasakannya. Semakin lama goyangannya semakin kuat. Aku merasa bahwa ia akan segera cum. Segera aku lepaskan kontolnya dari mulutku. Lidahku sekarang menari-nari di batang kontolnya. Kedua buah zakarnya pun tak luput dari jilatan lidahku. Sesekali aku masukkan buah kelaminnya ke dalam mulutku. Sesekali pula aku melirik wajahnya yang tampak sangat menikmati permainan cinta ini.
Kemudian ia menarik aku dan merebahkanku diatas ranjangnya. Ari kini mengambil posisi diatasku. Perlahan, satu per satu, dibukanya kancing bajuku hingga bagian atas tubuhku terlihat. Diraba-rabanya puting susuku. Aku mendesah, menikmati permainan tangannya yang tampak ahli itu. Lalu ia memandikanku dengan lidahnya yang menelusuri seluruh bagian tubuh atasku. Aku sangat menikmati percumbuan sesama jenisku yang pertama.
Aku membelai rambutnya dengan lembut. Ari semakin agresif. Dilepaskannya kini celana dan celana dalamku hingga tersembullah kontolku yang belum bersunat sepanjang 14cm. Dia menarik kulupku dan mulai menjilat kepala kontolku. Kemudian ia memasukkan seluruh barangku ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Sungguh dahsyat rasanya. Dikulumnya pula kedua buah zakarku. Ia lalu menaikkan kedua belah kakiku dan menaruhnya diatas pundaknya. Ia lalu menerobos lubang anusku dan menjilatnya. Badanku bergetar menikmati jilatannya yang luar biasa enaknya. Lidahnya terjulur-julur memasuki lubangku yang masih perawan itu. Ia lalu mengambil gel dan melumurkannya pada lubang anusku. Perlahan lahan ia memasukkan jarinya ke lubangku. Terasa agak perih namun aku menikmatinya. Ia lalu menambahkan satu lagi jari tangannya di lubangku. Ia lalu menarik ulur jari jemarinya disana. Ia kemudian melepaskan jari-jarinya dan melumuri batang kejantanannya oleh gel yang tersisa di sachet itu. Perlahan lahan ia memasukkan kontolnya kedalam lubangku. Aku menahan nafas ketika hamper seluruh batangnya tenggelam dalam lubangku. Otot-otot anusku berkontraksi menjepit batangnya. Ari menciumku sambil mulai menggerak-gerakkan batangnya dalam lubangku. Sungguh, aku menikmatinya walaupun itu merupakan saat pertama aku difuck.
Nafas Ari semakin memburu. Goyangannya pun menjadi semakin cepat. Aku merasa bahwa Ari hamper mencapai puncak kenikmatannya. Benar juga. Beberapa detik kemudian ia menyemprotkan spermanya didalam lubangku sambil masih terus menciumku. Ia lalu terkulai lemas di ranjang sambil menikmati sisa-sisa kenikmatannya. Aku memandanginya dengan tatapan mesra. Sesaat kemudian ia mulai meraba-raba diriku lagi sambil menjilati kedua puting susuku. Ia meraih batangku dan mulai mengocoknya.
Ciumannya pun turun kebawah sampai ke kontolku. Kembali dihisapnya kemaluanku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima telah mencapai puncaknya. Aku tidak tahan lagi. Akupun mendesah kuat sambil menyemprotkan lahar kenikmatanku dimulutnya. Ditelannya spermaku yang memenuhi mulutnya.
Ia kemudian menciumku sambil membagikan spermaku yang masih tersisa dimulutnya. Sesaat kamu menikmati french kissnya yang menggetarkan itu.
Kemudian kami berpakaian dan berpelukan di ranjang. Aku merasakan kehangatan dan kenyamanan yang diberikan oleh laki-laki yang aku cintai dan mencintaiku. Aku tertidur dalam dekapannya sampai keesokan harinya.
Tamat