Sesama Pria
Sunday, 22 November 2009
Pesta malam minggu
"Pulang Ngga?" tanyaku.
"Ntar. Tunggu dikit lagi. Ada acara istimewa yang oke nih." katanya.
Aku menunggu, dan tanpa kusadari saat itu yang ada cuma cowok semua, dan memenuhi meja yang ada. Dan muncullah para pelayan yang semuanya cowok bertelanjang dada dan hanya mamakai CD yang tampak seksi. Ada yang tampak pinggulnya utuh dengan tali kecil di tengahnya, dan ada yang tertutup pinggulnya. Mereka melayani pesanan sambil menebarkan senyum manisnya. Semua muda-muda dan berotot. Ada yang rambutnya tergerai dan ada yang cepak seperti ABRI, ada yang putih, kuning dan kehitaman. Kulihat beberapa tamu memberikan tips sambil mendapat imbalan kecup dari para pelayan.
"Wuih, gila.." dalam hatiku.
Batang kemaluanku mulai mengeras.
"Ngga, kok gini?" tanyaku.
"Kau mau yang mana, Tom?" tanya Angga.
"Yang gondrong itu aja." kataku karena aku terangsang sama pinggulnya yang bulat menonjol dan terbuka bebas. Angga memilih yang putih bersih. Rupanya dia memilih yang batangnya gede.
Setelah melayaniku, ia memberikan secarik kertas kecil bertuliskan nomor 13.
"Ini nomor apa Ngga?" tanyaku.
"Nomor ruang pribadinya. Ke sana saja. Pokoknya beres lah. Aku kamar 22," katanya.
Kuikuti dia, naik ke lantai 2, dan ia hilang dibalik pintu. Kuketuk 2 kali. Tampak ia berdiri membukakan pintu dengan senyum lebarnya. Aku diajaknya ke ruang duduknya yang nyaman. Dibukanya kancing bajuku yang paling atas, lalu diambilnya softdrink. Kupandangi saja sambil menunggu apa yang akan terjadi. Diputarnya instrumentalia yang lembut diiringi suara desahan yang merangsang birahi. Dan kini dia mulai menari meliuk-liuk di hadapanku. Kupandangi tubuhnya yang berotot namun bisa meliuk dengan seksinya. Sesekali ia mendekat membelai wajahku, dan meremas rambutku. Aku tak kuasa menahan birahiku yang memuncak. Kadang didekatkannya dadaku dan dibiarkannya lidahku memainkannya dan gigiku menggigitnya pelan. Ia mendesah nikmat, tangannya mulai nakal meraba batangku yang sudah mulai mengeras. Makin lama gerakannya makin panas, dan ia lalu menari sambil bergerak-gerak di lantai yang berkarpet tebal.
Akhirnya dengan nakalnya ia mengambil posisi doggy dan menepuk-nepuk pinggulnya yang bulat berkali-kali. Kuberanikan diri menghampirinya. Kudekatkan wajahku untuk mulai menciuminya. Ia mengerang sambil menoleh ke belakang, menggoda. Kusibakkan tali CD yang kecil di belahan pinggulnya, hingga aku dapat melihat lubang nikmatnya yang mengkerut indah. Kujulurkan lidahku kearahnya dan kusentuhkan ditepi lubangnya. Ia melengos sambil menggoda dan menjauh 2 langkah di depanku.
"Permainan gila," pikirku.
"Akan kulayani dia."
Tampak dia menikmati belaian lidahku di lubangnya sambil terus mengerang-erang. Aku memang paling suka menikmati lubang kenikmatan pria berlama-lama. Mungkin karena lelah ia menjatuhkan tubuhnya ke karpet sambil terus menaikkan pinggul indahnya untukku. Kini pakaianku kubuka pelan-pelan, dan tak terasa dengan cepatnya aku sudah bugil. Ia menoleh padaku menggoda."Please.." itu saja kata yang keluar dari mulutnya selain desahan nikmatnya. Kumasukkan jari telunjukku dan kukeluar-masukkan pelahan.Ia mendesah terus sambil sesekali menoleh ke belakang. Satu tangannya menarik satu pinggulnya untuk memudahkanku menikmatinya. Aku berdiri ke arah lemari es dan kukeluarkan sebotol madu raja. Kutuangkan di sekitar pinggulnya dan belahan pinggulnya, lalu kujilati dengan nikmatnya pelahan. Sensasi itu menyebabkan ia makin mendesah keras. Kuturunkan CD-nya, hingga aku bebas memasukkan lagi telunjukku. Ia mengangsurkan lotion (KY) padaku. Lalu kumasukkan dua jariku ke lubangnya. Aku tak mau lebih.
"Fuck me, please.." itulah kata keduanya.
Kini kuangkat sedikit pinggulnya untuk memudahkanku memasuki tubuhnya. Ia menurut dengan pasrahnya. Dan kini bazokaku yang 17,5 cm dengan warnanya yang kehitaman berurat siap menyerang. Kugeser-geserkan dulu di sekitar lubangnya. Ia menggerakkan pinggulnya, berusaha mencari glans-ku dengan tak sabar. Aku menggodanya dengan tetap menghindari penetrasi.
"Please, please, fuck me.."
Setelah aku puas melihatnya menantiku, mulailah penetrasiku. Ternyata sulit ditembus, rupanya dibalasnya aku dengan mengencangkannya. Aku tak patah akal. Kucium lembut bibirnya dan kulumat beberapa menit sampai aku yakin bahwa ia lengah. Dan dengan tiba-tiba kutusukkan bazokaku di lubangnya dengan keras sampai terbenam seluruhnya. Ia teriak keras kesakitan dan kaget dengan suara seperti kerbau disembelih. Pasti ia tak menyangka serangan bazokaku yang mendadak.
"Sakit..? Atau kucabut saja?" tanyaku.
Ia menggeleng dan berkata, "Please, do it.."
Dengan keras kutusukkan kejantananku berkali -kali dan kulihat ia mengeluarkan air mata disudut matanya. Kuciumi ia dengan lembutnya sambil kuhentakkan dengan keras terus-menerus. Memang, aku paling suka main keras dan puas saat melihat pasanganku merintih, walaupun cara romantis aku pun suka juga.
Setelah beberapa menit berlalu, kubalikkan tubuhnya sehingga aku dapat memandanginya. Ia menoleh ke kanan-kiri berkali-kali sambil menarik-narik rambutnya yang panjang dan basah oleh keringatnya. Aku makin gila dibuatnya. Tetap tusukan kerasku berlanjut lalu kuganti posisinya, kuangkat tungkainya di bahuku dan kusetubuhi dia sambil posisi miring. Sensasinya beda dan makin nikmat. Ia mengerang terus dan bergerak-gerak nikmat.
Beberapa menit berlalu, kubopong tubuhnya yang sudah pasrah dan kupindahkan ke atas meja kayu di ruangan itu. Kusetubuhi lagi tetap dengan keras dan terus mengerang-erang dia. Kubalikkan sampai ia menghadap meja, dan kunaikkan satu kakinya ke atas meja. Kusetubuhi lagi tetap dengan ritme 'rock n roll'.
"More, more.. please.." itulah kata ketiga yang keluar dari bibirnya yang ditumbuhi kumis tipis dan janggut yang tercukur pendek. Dan terakhir setelah kurasakan hampir mencapai puncak, maka kubalikkan tubuhnya dan kuminta ia memelukku dan aku menyangga tubuhnya dengan kedua tanganku sambil terus batanganku menusuk-nusuk lubangnya dengan ganasnya. Tubuhnya kuangkat dan berayun-ayun dengan gerakan yang berlawanan menyambut seranganku. Akhirnya dengan teriakan keras kukeluarkan spermaku di dalam lubang surganya. "Akhh.." Lalu kupeluk tubuhnya yang mana keringat kami bercampur dengan derasnya. Dan baru kusadari bahwa di perut dan dadaku spermanya membasahi dengan banyaknya. Aku tak pedulikan itu. Lalu kubopong tubuhnya yang basah ke sofa. Aku keluar dari lubangnya, masih setengah lemas dan duduk dekat kakinya. Lelah tapi puas.
"Mas, silahkan ambil minum sendiri ya. Maaf ini tugas saya, tapi rasanya saya tak mampu berjalan sementara waktu. Lubang saya perih dan lemas kaki saya rasanya." bisiknya mesra.
Aku jadi kasihan. Memang selama ini aku bisa bermain lama dengan pasanganku dan kuberikan semua yang kupunya secara totalitas. Kuambil softdrink dua buah dan kami minum bareng.
"Maaf, saya menyakiti dirimu," kataku.
Ia menggeleng, "Tapi nikmat kok, Mas.."
"Mau lagi?" tanyaku, "Saya masih kuat lho.."
"Sebenarnya mau, Mas. tapi waktunya habis. Mau tutup." katanya singkat.
"Kapan kemari lagi, Mas?" tanyanya kembali.
"Entahlah," kataku.
Segera aku mandi dan kutinggal dirinya masih tergolek di sofa berselimut tebal dengan bau sperma tersebar di ruangan itu.
"Lho Ngga, udah rampung?" tanyaku melihatnya duduk menunggu.
"Gila, lu! Udah hampir tutup nih. Kalau masih kurang lama, kerjain aku saja." katanya memancing. Kami pulang bersama dan sesampainya di rumahnya, giliran Angga sobatku mengerang-erang kenikmatan merasakan serangan senjataku yang bergerak kasar dan keras. Untung tidak ada orang lain di rumah itu, karena pembantunya yang tua selalu pulang bila malam hari.
"Gila, lu! Abis gua!" kata Angga.
Aku tersenyum menanggapi tingkah genitnya.
"Baru tahu dia!" kataku dalam hati sambil kuisap rokok kesayanganku dalam-dalam sementara kepalanya tergeletak di pangkuanku.
"Terima kasih Ngga, met tidur, ya." kataku pelan.
Ternyata ia sudah tertidur.
Anda akan berkomentar? Please contact me!
Tamat