Sesama Pria
Sunday, 22 November 2009
Permainan bersama abang angkatku
"Yah.. payah nih, hujannya tambah lebat."
"Emangnya kamu mau kemana hujan-hujan begini?"
"Kemana lagi kalau bukan pulang, truss.. tidur."
"Ooo.. mendingan kamu tidur aja di sini, lagi pulakan kalau kamu pulang.."
Pembicaraan Bang Anton tiba-tiba berhenti seakan-akan ia memikirkan sesuatu tentang diriku, dengan tatapan mata yang tajam dan tak berkedip melihat di sekitar benda pusakaku yang masih dibaluti dengan celana pendek, dan tentunya juga celana dalam. Dengan tatapan mata yang tajam pula aku melihat ke arah matanya. Dan dengan suara yang keras aku berkata, "Bang, emangnya kalau Toni pulang kenapa Bang?" Dengan sikap yang agak terkejut dan dengan cepat ia memalingkan mukanya. Yang tadinya melihat benda pusakaku, kini melihat ke arah televisi yang dari tadi telah menyala.
Lalu ia menjawab, "Oo.. tidak apa-apa, lagi pulakan kalau kamu pulang sekarang, entar kamu sakit. Soalnya di rumah Abang ini tidak ada payung. Lagi pula kan kamu selama ini belum pernah tidur di sini. Jadi kamu untuk hari ini tidur aja di sini."
"Baiklah.. tapi pinjem teleponnya dulu dong, soalnya Toni kan harus memberitahukan orang rumah terlebih dahulu, kalau Toni akan tidur di sini."
Dengan perasaan yang agak gembira ia menjawab,
"Tuh.., teleponnya ada di kamar Abang."
Tidak lama kemudian aku pun selesai menghubungi orang yang ada di rumahku. Ketika aku hendak keluar dari kamar Bang Anton, tiba-tiba dia menyuruhku untuk masuk ke kamarnya lagi. Tanpa basa-basi lagi aku pun langsung mengikuti perkataannya. Terlihat Bang Anton sedang membawa televisi menuju ke arahku.
"Kenapa Bang TV-nya dibawa ke sini?"
"Abang sudah ngantuk nih.. lagi pula kalau nonton sambil tiduran kan enak."
"Oo.. baiklah. Tapi Bang, aku tidur di mana? kasurnya kan cuma ada satu."
"Soal kasur tidak usah di pikiri. Satu kasur berduakan juga bisa, iya nggak..?" seraya ia sambil mengejekku.
Di malam yang makin larut, hujan belum juga berhenti, membuat diriku merasa kedinginnan. Tak ada sepatah katapun yang kami keluarkan, kami hanya berdiam diri, sambil menyimak acara televisi. Satu jam telah dilalui, aku masih belum juga tidur. Tiba-tiba ada suara yang tidak begitu nyaring membisikkan sesuatu, persis di telinga kananku.
"Ton.., apa kamu sudah tidur?"
"Belum Bang, emangnya kenapa ada apa?"
"Tidak apa-apa. Ton kamu merasa kedinginan tidak?"
"Iya, kenapa Bang? apa Abang juga merasa kedinginan? nih selimutnya," seraya menyelimuti tubuh Bang Anton.
"Trims.. ya Ton.. kalau dingin-dingin begini kemaluanmu hidup nggak?"
Dengan sedikit sikap yang agak terangsang, dan sedikit berfikir, apakah dia sama sepertiku yang menyukai sesama jenis. Lalu aku menjawab,
"Hidup tuh.., sekarang saja sedang bereaksi"
"Jadi sama dong!"
Tiba -tiba ia mematikan televisi.
"Ah.., filmnya jelek."
"Filemnya bagus tuh.. kenapa sih Bang di matiin?"
"Yah.. sudahlah mendingan kita tidur."
Ruangan itupun mulai sunyi kembali. Tak lama kemudian Bang Anton pun berkata kepadaku.
"Ton.., kamu mau mebuat aku bahagia tidak?"
"Apaan..?"
Dengan gerakan yang membuat diriku terangsang. Ia membawa tanganku ke arah kemaluannya. Digesek-gesekkan tanganku ke kemaluannya. Dibuka celananya satu persatu hingga tampak kemaluannya yang telah menegang (yang kira-kira berdiameter 3 cm dan panjang 17 cm).
"Ton.. coba deh kamu pegang, please.."
Tanpa sepatah kata lagi pun aku langsung menuruti perkataannya. Kupegang batang kemaluannya yang besar, yang ditumbuhi bulu-bulu berwarna hitam lebat. Kumainkan batangnya, kumainkan saluran ejakulasinya, dengan jari telunjukku. "Ooh.. oh.." hanya desahan yang keluar dari mulut Bang Anton. kemaluannya kini telah mengeluarkan air semen. Sesekali aku menjilat jariku air semen yang keluar dari lubang kemaluannya.
Tak lama kemudian, ia pun berdiri lalu melepas pakaian serta celanaku yang dari tadi masih melekat di seluruh tubuhku. Kini aku dalam keadaan bugil, tak satu helaipun kain menutupi tubuhku. Kulihat kemaluanku, ternyata telah mengeluarkan air semen yang begitu menggairahkan. Kulepaskan juga pakaian Bang Anton yang masih tersisa di tubuhnya. Aku mulai lebih terangsang lagi, melihat postur tubuh Bang Anton yang begitu atletis yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat yang berada di sekitar dadanya sampai ke kemaluannya.
Lalu tanpa komentar lagi, aku langsung merebahkan diriku di atas kasur. Dan dengan suara yang agak merayu aku berkata, "Bang.." Ia pun mendekat ke arahku, langsung menindih tubuhku dan melumat bibirku, sambil memainkan kemaluanku. Aku pun tak tinggal diam, aku membalas lumatannya sambil kumainkan lidahku di dalam mulutnya. Tanganku pun sambil bermain di sekitar kedua pantatnya yang padat. Kuremas-remas kedua pantatnya, sambil kumainkan jari-jariku di sekitar lubang anusnya yang juga ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Permainan lumat-melumat pun telah selesai. Kini posisiku telah berdiri, Bang Anton berada di depan kemaluanku, ia menghisap kemaluanku dengan nafsu yang kuat. Dihisapnya buah pelirku, dihisapnya batang kemaluanku sambil dimainkan lidahnya ke arah saluran ejakulasiku. Hanya desahan nikmat yang keluar dari mulutku.
"Em.. truss.. Bang.." Sambil melakukan gerakkan maju-mundur. "Bang aku mau keluar.." Dikocoknya batang kemaluanku dengan cepat menggunakan tangan kanannya, sambil ia menghisap kemaluanku. Kini air maniku telah memenuhi tenggorokkannya, "Ah..ah.." Dihisapnya, dijilatinya, air maniku yang masih tersisa di sekitar batang kemaluanku sampai bersih. Kini batang kemaluanku tidak terlalu menegang, hanya urat-urat kecil yang terlihat di sekitar batang kemaluanku yang telah membesar. "Ton.. kini giliranku, aku akan menusukmu." Tanpa basa basi lagi, hanya desahan nafas yang keluar dari mulutku. Dan keringat yang telah mengalir dari tadi. Diambilnya jell, dioleskannya jell itu ke seluruh batang kemaluannya, dan di kepala kemaluannya, serta di sekitar lubang anusku.
Kini posisi kami berdua telah berubah, aku dalam keadaan tertidur, dengan kakiku yang terangkat berada di pundak Bang Anton. Sedangkan Bang Anton dalam keadaan setengah berdiri berada di depan lubang anusku. Dijilatinya lubang anusku. "Ah.. Bang.." Mulai dimainkannya lubang anusku. Mula-mula dia memasukkan satu jari ke lubang anusku, lalu dua jari, dan tiga jari sambil dikeluar-masukkan. Pertama-tama aku merasa kesakitan, dan setelah beberapa lama aku merasa kenikmatan yang luar biasa. "Oh.. truss Bang.. truss.." Kini kemaluanku telah bereaksi kembali untuk yang kedua kalinya.
Dia dalam keadaan berdiri, sedangkan aku dalam kakiku diangkatnya (posisiku seperti kepala di bawah dan kakiku di atas). Mulai dimasukkan kemaluannya yang besar dibandingkan kemaluanku itu ke dalam lubang anusku. Sambil gerakan maju-mundur, pertama perlahan-lahan kemudian dipercepatnya.
"Oh.. oh.. oh.. Ton.., aku mau keluarnih.."
Dengan suara yang agak pelan aku berkata,
"Keluarkan saja di dalam.."
"Ah.. ah.."
Dikeluarkan air maninya yang aku rasa begitu banyak memuncrat di dalam lubang anusku, yang membuat hangat diriku. Kini Bang Anton telah merasa kenikmatan, kehangatan air maniku yang kedua yang berada di dalam lubang anusnya.
Setelah permainan ini usai kami berdua menuju ke arah kamar mandi dengan berpelukan dan sekali-kali berciuman. Kami membersihkan badan kami dengan berganti-gantian. Disabunkan diriku, dibasahkan diriku. Begitu pula dengan dirinya, apa yang dilakukan dirinya terhadapku, aku lakukan juga terhadapnya. Setelah kami berdua membersihkan diri, kami kembali ke kamar, lalu tidur berpelukkan, tanpa mengenakan busana. Hanya selimut yang menutupi kami berdua. Sebelum aku tidur, Bang Anton mengucapkan kata kata kepadaku, yaitu I LOVE YOU FOREVER.
Hari demi hari pun telah kami lalui dengan perasaan gembira dan senang. Selain itu kami juga sering melakukan hubungan seperti ini baik di rumahku, di rumah Bang Anton, maupun di tempat tempat lainnya, seperti di WC kolam renang, di rumah keluargaku, dan lain sebagainya, yang menurut kami aman untuk tidak diketahui oleh orang lain. Dan tentunya juga dengan gaya yang berbeda-beda.
Tapi perasaan gembira dan senang kini telah berganti menjadi kesedihan dan kesepeian, karena Bang Anton kini telah pergi entah kemana. Aku tidak mengetahui kemana perginya, karena dia pergi tanpa memberitahukan kepadaku. Cerita ini juga aku sajikan untuknya, apabila Bang Anton membaca cerita yang telah aku tulis lewat situs ini, tolong kirim kabar kepadaku, lewat emailku.Dan bagi teman teman yang merasa senasib denganku, ingin berteman, kirim saja ke emailku.
Tamat