Sesama Pria
Saturday, 14 November 2009
Gairah seorang pramugara
"Sudah mau berangkat, Tom?", tanya Bu kost padaku.
"Udah, bu", jawabku pendek.
"Nanti setiba di Jakarta, titip salam saya pada ibu kamu ya Tom", pinta Bu kost padaku.
"Yuk.., Bu saya pergi dulu", ujar saya mohon pamit pada ibu kost. Setelah menyetop taksi, akupun langsung pergi menuju ke bandara, setibanya di bandara, kebetulan aku berpapasan dengan mobil yang mengantar pramugara dan pramugari pesawat yang akan aku tumpangi, aku sempat melihat seorang pramugara yang sungguh tampan, wajahnya halus dan body-nya kekar dibalut dengan kemeja panjang yang dikenakannya, sungguh membuat jantungku berdebar.
Setelah mendapatkan boarding pass, aku lalu berjalan-jalan di sekitar ruang tunggu, sambil melihat-lihat toko souvenir yang berjejer, dan aku lalu melihat pramugara yang tadi sempat membuat jantungku berdebar, dia tampaknya sedang sibuk memeriksa agendanya, langsung saja aku hampiri pramugara itu.
"Wah.., sibuk ya Mas?", tanyaku membuka percakapan.
"Anda siapa ya?", tanya si pramugara cuek.
"Saya Tommy, perkenalkan", ujar saya sambil menjulurkan tangan saya.
"Oh.., saya Anton", jawab si pramugara sambil berjabat tangan dengan saya.
"Anda nanti bertugas di pesawat SA701?", tanya saya pada Anton.
"Iya.., kamu mau naik penerbangan itu juga?", Anton balas bertanya. Akhirnya kamipun terlibat percakapan seru dari masalah pekerjaan, hobby, dsb yang semakin memperat hubungan kami.
Ketika sudah berada di dalam pesawat, Anton menanyakan nomer kursi yang tertera di boarding pass-ku, lalu akupun memberitahukan nomer kursiku.
"Sebaiknya kamu duduk di belakang saja ya.., lebih sepi, jadi kita bisa ngobrol-ngobrol lagi", ajak Anton, dan tentu saja aku tidak menolak kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Anton. Antonpun lalu memilihkan sebuah kursi di dekat pintu yang berhadapan dengan kursi awak kabin. Ketika pesawat akan tinggal landas, Anton duduk di kursi yang ada di depanku, sehingga kami saling berhadap-hadapan. Aku lalu melirik ke arah Anton, matanya sangat tajam memandang ke arahku, sehingga membuatku kaget dan akupun bertanya-tanya dalam hati, apakah Anton seorang gay juga seperti aku? Namun aku yakin pastilah Anton seorang gay dari cara memandangnya.
Kami terdiam, tempat duduk di paling belakang sangat sepi hanya ada kami berdua. Aku sungguh bernafsu melihat body dan wajah Anton, dia sungguh tampan, aroma parfum-nya sungguh maskulin, karena tidak tahan, kakiku aku angkat dan kutaruh di atas daerah tempat penisnya bersarang, kuelus-elus kakiku di atas daerah tersebut, dan Anton juga tidak protes ataupun terkejut ketika aku berbuat demikian, bahkan tampaknya dia sangat menikmati servis yang kuberikan, aku dapat merasakan penis Anton, dan menurutku penis Anton cukup besar, walaupun masih dalam keadaan setengah berdiri. Akhirnya lampu sabuk pengaman pun dimatikan, dan kakiku langsung aku angkat dari daerah XX Anton.
"Tom, tunggu aku selesai tugas ya?", bisik Anton di telingaku, akupun jadi heran apa yang direncanakan Anton terhadapku. Setelah aku menikmati hidangan, Anton kembali muncul.
"Tom, ikut gue yuk?", pinta Anton.
"Kemana Ton?", tanyaku heran.
"Udah.., pokoknya ikut aja!", ajak Anton seraya meraih tanganku. Akupun tidak bisa menolak, dan ternyata Anton mengajakku ke WC pesawat, aku sangat terkejut demikian cepatkah aku harus melayani kuda jantan ini, tanyaku dalam hati dengan hati riang gembira. Setelah kami berdua berada di dalam WC pesawat yg sempit itu, Antonpun segera menguncinya. Karena nafsuku yang sudah tidak tertahankan, akupun mulai men-servis Anton, aku cium bibir Anton, kujilat-jilat bibirnya dan diapun membalas ciuman ke bibirku, aku lalu mulai melepas kancing kemejanya dan lalu perlahan-lahan kuangkat kaos dalamnya, Anton sudah setengah telanjang sekarang. Aku lalu membuka baju dan celanaku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja.
"Cepat Tom, lepas celana gue", ujar Anton tidak sabaran. Cepat-cepat kubuka celana Anton sehingga yang tampak sekarang hanya CD segitiganya yang di bagian kepala kemaluannya agak basah, mungkin karena precum. Aku sudah tidak sabar lagi aku pelorotkan CD-nya, sehingga penis Anton yang sudah ingin bebas itu loncat ke atas dan berdenyut-denyut pula. Akupun mulai beraksi aku jilat dan hisap penis Anton, dan dia tampak mengerang kegelian.
"aahh.., nikmat Tom.., hisaapp.., ahh", perintah Anton, dan langsung aku hisap penis Anton aku mainkan lidahku di kepala penis-nya, yang membuat Anton menjadi mengerang kenikmatan, aku isap-isap buah pelernya, kukulum-kulum batang penisnya, akhirnya Antonpun mulai menunjukkan tanda-tanda akan keluar spermanya, urat-urat penisnya mengeras, aku langsung menghentikan adegan oral seks ini, pelan-pelan aku lalu melepas Cd-ku, dan duduk di urinoir, lalu kupengang penis Anton dan kuarahkan masuk ke lubang pantatku.., ahh.., sungguh nikmat rasanya, dan agak sakit juga, karena pantatku sudah lama tidak dimasuki, Anton sudah mulai mengerang kenikmatan lagi, matanya ia pejamkan, aku lalu mengisap puting susunya, aku jilat leher dan wajahnya yang tampan, lengannya kunaikkan, aku senang juga melihat bulu ketiaknya sangat lebat lalu aku kulum dan jilat ketiak itu, Anton mulai menaik-turunkan pantatnya cepat sekali aku tahu dia akan ejakulasi, rasanya sungguh nikmat ketika Anton menusuk pantatku, untuk menahan rasa sakit aku tarik-tarik tissue WC, sehingga tissue itu bertebaran, aku juga turut mengocok penisku, akhirnya.., crot.., crot..
Anton yang pertama kali menyemprotkan spermanya di pantatku sambil berteriak kepuasan yang mendalam, sungguh banyak sekali dan rasanya sperma Anton mencapai usus dalamku, akhirnya akupun turut ejakulasi, Anton menjadi lemas, wajahnya berkeringat dan penuh kepuasan, begitupun aku yang sudah turut lemas, akhirnya kami memakai pakaian kami, dan aku lalu memberikan alamatku di Jakarta dan di Bali kepada Anton, dan dia tampaknya sungguh senang sekali, akhirnya kami sering melakukan hubungan 'gase' (gay seks) bersama Anton.
Tamat