Akhir sebuah penantian - 2

Dia jilat dari bawah ke atas, Budi tersenyum geli melihat kepala penis yang bulat kemerahan itu mengkilat karena basah, lalu dikecupnya kepala penis itu dan jilat-jilat seperti es krim.

Pak Hermanpun memekik kegelian, lalu dia mulai lagi menjilati penis itu terus sampai kebawah, terkadang buah zakar nya pun dia mainkan dengan lidahnya bahkan sampai paha Pak Herman pun ia jilati. Lalu setelah puas..
Sleep..
Penis Pak Herman masuk juga ke dalam mulutnya digosok-gosoknya sambil kepala Budi naik turun..
"Uuhh.. Terus Bud.. Fuck.. Me.. Oohh.." Pak Herman mengerang keenakan.

Budi terus menjilati penis tersebut, rasanya ia tidak ingin melepasnya, sampai limabelas menit budi menjilati akhirnya Pak Herman merubah posisi 69, dia menelungkup lalu menungging sementara budi dibawah sambil terus menjilat penis Pak Herman sehingga bentuk mereka seperti seekor anak sapi yang sedang menyusu induknya, Pak Herman kadang juga menjilat penis Budi yang juga tegang sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya dan akhirnya Pak Herman mendesah keras..

"Ahh.. Oohh.."

Dan seketika itu budi merasakan mulut dan wajahnya penuh dengan cairan hangat yang aneh tetapi ia telan saja cairan itu sampai habis. Akhirnya mereka berdua tergeletak lemas.

Setelah satu jam mereka beristirahat, Pak Herman lalu minum segelas air sambil memberikan Budi segelas air juga.

"Kamu masih capek ya?"
"Enggak pak, sudah agak mendingan, memangnya kenapa pak?"
"Gini bapak masih mau mencoba cara yang lain, kamu mau ya..?"
"Sekarang kamu tiduran aja ya Bud," lalu Pak herman mulai memeluk Budi dari belakang sambil menciuminya sampai akhirnya dia menyuruh budi untuk nungging.
"Lho saya mau diapain lagi pak?"
"Tenang kita akan mencoba hal yang baru, yang saya sendiri pun belum pernah mencobanya."

Pak Herman lalu mengambil gel untuk melumasi penisnya, dia oleskan merata sementara Budi hanya melihat keheranan. Dia lalu menepuk pantat budi, wah pantatmu seksi juga. Tangannya lalu mulai meraba pantat yang putih itu lalu mulai membuka lipatan diantara kedua pantat itu dan terlihatlah lubang kemerahan yang ditutupi rambut. Nafsu Pak Herman makin bergelora, sambil menjilati selangkangan Budi, Pek herman lalu menjilati pantat bahkan sampai dilubangnya.

"Aahh geli pak. Aduhh.."

Tapi Pak herman diam saja, kemudian Pak Herman menjilati jari telunjuknya agar basah lalu memasukkannya ke dalam lubang tersebut dan menggosok-gosokkan sambil tetap menjilati lubang itu agar tetap basah lalu memasukkan jari tengahnya sampai akhirnya jari manisnya pun ikut masuk.

"Aduh.. Sakit.. Pak," kata budi sambil menangis.
"Tenang bud ini supaya lubangmu yang masih perjaka ini tidak kaget nantinya."
"Emang mau diapain pak?" Pak Herman hanya tersenyum, anak ini benar-benar lugu pikirnya.
"Anggap saja kamu seorang wanita yang akan menyerahkan keperawananmu untuk dimasuki penis suamimu ya.. Sekarang pejamkan matamu, jangan tegang, rileks aja."

Pak Herman pun gemetar karena dia juga belum pernah melakukan hal ini, rasanya tak tega untuk menodai seorang pemuda yang baik hati itu, lalu dia berkata lagi.

"Gimana Bud apakah kamu ikhlas memberikannya untuk bapak?"
Budi lalu menjawab,"Saya ikhlas, karena saya yakin bapak begitu tulus mencintai saya. Akan saya berikan milik saya yang paling berharga ini demi bapak. Lakukan saja.. Tapi.. Pelanpelan ya.. Pak, saya agak takut..?"

Lalu tanpa basa-basi lagi Pak herman mulai memasukkan penisnya ke dalam lubang tersebut, pelan tapi pasti karena dia tahu Budi belum pernah mengalami hal ini, penis itu pun masuk perlahan lahan, Pak Herman agak kesulitan karena penisnya cukup besar sementara lubang anus Budi cukup imut.

"Aaduuhh.. Sakit pak, pelan-pelan.. Pak".
Pak Herman lalu berhenti agar budi tenang, "Kita coba lagi ya Bud, bapak masukkan pelanpelan deh."

Untuk mengurangi sakit Pak Herman sampai meremas dan mengocok penis Budi agar Budi tidak tegang, sampai akhirnya penis itu masuk semua, lalu Pak Herman diam sejenak. Dia merasakan penisnya kini hangat dan seperti dipijit kuat oleh otot yang masih perjaka.

"Ooh baru kali ini aku melakukan sodomi ternyata enak juga," pikirnya.
"Kita mulai ya.. Bud, kamu rileks aja".

Budi lalu mengangguk dan memejamkan mata hatinya berdebardebar. Pak Herman lalu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk secara perlahan-lahan.
"Aaduh.. Pelan aja pak.. Oohh."
Pak Herman mengocok pelan lalu setelah beberapa menit ia mulai mempercepat gerakannya.
"Oohh.. Oohh ohh.."
Sementara Budi mulai terbiasa..
"Ayo Pak lebih cepat lagi.. Aahh.."

Budi kini mulai merasa keenakan seperti ada sesuatu yang membelah pantatnya dan rasanya panas bercampr nikmat. Jika dilihat gayanya seperti anjing kawin. Pak Herman mengerang sambil memegang pundak Budi, kepalanya terangkat ke atas karena keenakan.

"Uahh.. Oouuhh.."

Pinggulnya bergoyang cepat seakan tidak terkendali, kini khayalan yang selama ini hanya ia lakukan saat onani akhirnya terwujud sudah. Sementara budi masih tetap nungging tapi kini perutnya ia ganjal dengan bantal, ia terlihat pasrah..
"Uuhh.. Uuhh.. Terus Pak.. Masukkan lebih dalam dan berikan aku setetes noda manis itu.. Oohh, ini aku lakukan hanya untukmu pak.. Oohh.."
Goyangan gila itu terus berlangsung sampai keringat mereka berdua bercucuran dan akhirnya Pak Herman mulai merasa ada sesuatu dari penisnya.
"Oohh aku mau keluar Budi, aku keluarin didalam ya Bud.. Aahh.."
Crot.. Crot.. Crot..
Belum sempat Budi menjawab tibatiba Pak Herman sudah memuntahkan maninya ke dalam perutnya, Budi merasakan ada air hangat masuk ke dalam perutnya.
"Oohh.."
Pak Herman lalu terjatuh lemas, dia mencabut penisnya yang sudah kelelahan dan kemerahan itu, sementara lubang anus Budi tampak basah oleh mani dan kemerahan.

Kini Budi bangkit, "Gimana Pak enak lubang saya?"
"Gila Bud enak banget.. Oohh.. Sekarang gantian kamu yang coba, aku juga sudah berjanji untuk memberikan keperjakaanku pada orang yang kucintai."
Lalu ditariknya Pak Herman ke pinggir ranjang, "Kamu mau pake cara apa Bud?"
"Tenang pak, saya tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan bapak pada saya."

Lalu tanpa banyak bicara Budi mulai berdiri disisi ranjang dia mengoleskan juga gel pelicin penis itu lalu mencium Pak herman sambil meremas dadanya. Pak herman pasrah saja, sambil memejamkan mata dia membayangkan bahwa dia seorang putri yang akan menyerahkan keperawanannya pada pangeran yang dicintainya. Lalu budi mulai menciumi penisnya, sambil terus menjilat turun sampai ke lubang anus yang berambut itu tanpa raguragu dimasukkannya lidah itu ke dalam lubang keluar masuk, tangannya kini mengangkat paha Pak Herman dan meletakkannya dileher sehingga luban anusnya terangakat dengan satu kali dorongan kini penis budi dimasukkan ke lubang Pak Herman..

"Aawww.."
Pak herman menjerit kesakitan.. "Gila.. Kamu Bud main kasar ya.."

Tapi Pak Herman hanya tersenyum karena penis Budi memang tidak begitu besar sehingga tidak begitu terasa sakit, disamping itu ia ingin merasakan permainan yang kasar dimana ia menjadi seseorang yang tidak berdaya yang takluk pada seorang yang gagah. Kini Budi merasakan penisnya hangat dan seperti dipijit, sesaat sebelum Budi mulai bekerja, Pak Herman berkata,

"Kocok yang keras ya Bud..! jangan pedulikan aku, lakukan sesukamu kamu pantas mendapatkannya. Aku ingin permainan yang sedikit gentle dan keras. Aku ingin kamu menjadi perkasa dan aku hanyalah orang yang tak berdaya.."

Budi keheranan. Tapi ia tidak mau mengecewakan Pak Herman dia lalu mulai mengocok keluar masuk..

"Aahh.. Aahh maafkan saya ya pak.. Oohh"

Karena penis Budi yang tidak terlalu besar maka ia dapat sedikit leluasa untuk menggerakkan kesana kemari, disodoknya kuat-kuat penisnya ke dalam lubang itu, Pak Herman mengerang kesakitan.

"Aaahh.. Aawww.. Terus aja Bud jangan hiraukan aku.. Oohh.."

Budi yang melihat Pak Herman mengerang hanya tersenyum saja, ia merasa kasihan tapi puas juga. Budi terus memacu pantatnya maju mundur dengan cepat dan kuat laksana ksatria yang memacu kudanya.

"Rupanya Budi punya teknik bercinta dan kekuatan yang hebat" bisik Pak Herman, sementara tangan budi mencengkeram pundak Pak herman, keringatnya makin bercucuran.
"oohh.. Oohh.. Ayo Bud lebih dalam lagi.. Oaahh.. Kau memang kuat.. Oohh.. Kau.. Gilaa.." Pak Herman mengerang sakit, nikmat dan emosi bercampur menjadi satu.

Ia menatap Budi lalu ia meneteskan air mata ohh.. Kini aku telah menyerahkan keperjakaanku pada orang yang kusayangi, ia menikmati setiap sodokan-sodokan yang diberikan oleh Budi dan berharap semoga budi puas. Ketika membuka mata Pak Herman melihat Budi jadi semakin imut ketika wajahnya penuh dengan keringat saat berjuang dan bibirnya yang kecil dan kemerahan itu tak hentihentinya mengerang membuat Pak Herman gemes kini ditariknya Budi sehingga kepala mereka saling beradu dan ciuman hebat pun terjadi. Lidah Pak Herman dimasukkan ke dalam mulut Budi, Budi pun lalu langsung menyedotnya lalu mereka bergantian memasukkan lidah. Sementara pinggul Budi semakin cepat bergerak sampai akhirnya ia melepaskan ciuman Pak Herman. Budi pun akhirnya mencapai orgasme rasakan ini Pak Herman..

"Uuoohh.. Aahh.."

Croott.. Crroott..

Dia berteriak keras, kini Pak herman merasakan sesuatu yang hangat mengalir didalam tubuhnya, Budi pun terkapar jatuh dipelukan Pak Herman, nafasnya terengah-engah, kepalanya menempel didada Pak Herman,
"Ternyata seperti ini rasanya menjadi korban sodomi.. Ahh" pikir Pak Herman sambil tersenyum bahagia dan memeluk Budi yang tak berdaya.

Pak Herman dan Budi pun kini berpelukan, tak lupa kecupan manis dikening Budi menandai berakhirnya kegiatan sore itu.

"Terima kasih ya Bud, Kau telah menyerahkan keperjakaanmu pada bapak dan bapak juga telah menyerahkan keperjakaan bapak kepadamu. Kamu tahu, kamu orang pertama yang telah membelah lubang anusku dan bapak juga baru pertama kali ini merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki, sekarang bapak ingin kamu menjadi pendamping bapak selamanya, mulai saat ini bapak tidak tertarik untuk mencari istri, cukup kamu saja," kata Pak Herman sambil menitikkan air mata.
"Baik pak, Budi juga berterima kasih karena bapak mau menyerahkan keperjakaan bapak dan berbagi rasa dengan saya, ini menandakan bahwa bapak cinta saya. Terus terang ini juga pengalaman saya yang pertama, dulu saya pernah berjanji siapa yang pertama kali meniduri saya dialah yang menjadi pendamping saya, dan ternyata bapaklah orangnya".

Lalu mereka tidur sambil berangkulan dalam keadaan telanjang, semalaman mereka cekikikan sambil bermain penis, berciuman, onani bersama layaknya sepasang pengantin dimalam pertama. Mereka akhirnya hidup bahagia bersama.

Tamat