Kisah masa laluku - 1

Aku adalah seorang lelaki yang berumur 24 tahun, lahir di suatu kota di Sumatera-Utara. Dan ini adalah untuk pertama kali aku mengirimkan cerita ke situs 17Tahun.com ini. Sebelumnya aku sudah pernah mencoba untuk menulis kisahku ini, tapi aku tidak pernah berhasil mencapai batas minimum 10.000 huruf, sehingga tulisanku hanya bisa ku simpan di disket dan akhirnya kali ini aku baru bisa kembali menulis kisahku ini.

*****

Aku terlahir sebagai seorang anak lelaki, di usiaku yang masih kecil sampai aku sekolah di tingkat SMP, aku mempunyai sifat seperti perempuan, hal ini bisa di lihat dari caraku berbicara dan juga gaya tubuh. Banyak teman-teman dan yang lainnya memanggilku dengan sebutan "Banci". Aku merasa benci sekali terhadap diriku, tapi syukurlah kalau sekarang aku bisa berlaku layaknya sebagai seorang lelaki sejati, meski terkadang disaat aku bercanda dengan temanku, sifat asliku terkadang muncul, aku bisa terkesan sangat cerewet sehingga kelihatan sekali aku mirip dengan anak perempuan.

saat aku masih duduk di bangku SD, aku suka bermain dengan beberapa teman lelakiku, dan biasanya mereka bermain di rumahku yang kebetulan setiap hari selalu sepi kare4na ayah dan ibuku bekerja di luar rumah. Suatu hari aku mengajak mereka main dokter-dokteran, aku berperan sebagai dokter dan mereka pasienku. Dan di saat itu sudah muncul naluri ke-"Gay"-anku, aku suka sekali untuk memegang penis kedua teman-temanku, tetapi yang aku lakukan saat itu hanya sekedar memegang penis mereka, aku belum bisa membedakan apa itu lagi ereksi atau bukan.

Setiap hari kami selalu bermain bersama, sampai akhirnya kami mulai saling suka memegang penis satu dengan yang lainnya. Kemudian kami mulai suka saling menggesek-gesekkan kedua penis kami, dan hanya itu yang sebatas itu yang kami lakukan, karena pada saat itu kami bertiga belum puber, belum bisa mengeluarkan pejuh dari penis kami. Jadi kami hanya saling mengonani tanpa merasakan orgasme.

Dan dari kami bertiga, aku merasa hanya aku saja yang mempunya naluri gay yang lebih besar, karena aku tidak bisa menyukai perempuan sedangkan kedua temanku suka menggoda teman perempuan, dan mereka juga berpacaran dengan teman perempuan tersebut.

Kemudian saat aku mulai duduk di bangku SMP, aku sudah puber, dan aku sudah mengetahu kalau dalam mengonani, aku bisa mengeluarkan cairan putih yang belum kuketahui apa namanya. Dari sana aku merasa bahwa naluri sex ku begitu mendalam, aku suka sekali memegang penis orang lain, tidak perduli siapapun dia.

Aku mulai suka memanfaatkan situasi, di tempat ayahku berdagang, kami mempunya beberapa orang pegawai lelaki, satu dari mereka sudah berumur 40 tahunan, aku suka mengajak dia ngobrol dan kemudian aku suka mulai memegang penisnya, meski hanya memegang dari luar celananya, aku sudah merasa senang sekali. Kemudian aku mulai memberikan dia uang dengan imbalan dia mau membuka celananya dan membiarakan aku memegang penisnya. Dia menyetujuinya karena dia juga butuh uang dari aku. Dan kejadian itu berlangsung setiap hari karena di waktu sore, tinggal kami berdua sehingga aku selalu dapat memegang penisnya yang lumayan besar untuk orang asia.

Awalnya aku hanya suka memegang penisnya dan mengocokknya dengan berbagai macam gaya, kemudian aku mulai ingin untuk mengoral penisnya dan dia diam saja sambil menikmati apa yang aku lakukan. Aku hanya suka mengoralnya sampai aku merasa puas sendiri, aku tidak menunggu dia orgasme karena saat itu aku tidak mengetahui kalau di dalam berhubungan sex, aku juga harus memuaskan pasanganku itu.

Saat itu aku memiliki keingin yang besar untuk melihat penis setiap lelaki yang aku jumpai, dan karena itu aku selalu membuka topik pembicaraan dan ujung-ujungnya aku suka menempelkan tanganku di gundukan celana lelaki yang aku temui. kalau aku merasa mereka memberiku lampu hijau, maka aku akan terus membuka resleting celana mereka, kemudian memegang penis mereka dan mengocoknya sesuka hati. dan kalau memang keadaan sekita mengijinkan, maka aku tidak akan segan-segan untuk mengoral penis mereka sampai mereka mengeluarkan sperma mereka.

Dan hal-hal tersebut aku lakukan hanya beberapa kali, karena aku masih tinggal di kota kecil dan karena usiaku yang juga masih duduk di bangku SMP membuat sedikit sekali kesempatan bagiku untuk bisa berduaan dengan seorang lelaki dewasa.

Kemudian disaat aku duduk di bangku SMU, perubahan tubuh yang membuatku lebih besar membuat aku mulai mendapat kesempatan untuk berdua dengan lelaki dewasa. Saat itu aku lebih hati-hati dan aku mulai merasa harus menghilangkan image kegenitanku dan mulai membentuk image lelaki sebenarnya pada diriku. Saat aku bisa berdua dengan lelaki dewasa aku dapatkan dimana saat itu aku sudah mulai membantu orang tuaku berdagang. Setiap ada pembeli lelaki yang datang dan ingin melihat barang yang ada di gudang penyimpanan, aku yang selalu menawarkan diri untuk mengantarkan mereka malihat di gudang tersebut yang jaraknya lumayan jauh dari kantor kami dan keadaan sepi di gudang itu membuat aku bisa sedikit merayu para pembeli yang datang, bukan merayu mereka untuk membeli, tetapi merayu merayu mereka untuk bersedia mengijinkan aku memegang penis mereka.

Dan aku punya cara sendiri untuk merayu mereka,
"Sudah menikah Pak?", tanyaku memulai pembicaraan.
"Sudah dik", jawabnya.
"Wah asyik donk 'adiknya' ini tiap malam masuk sarang", sambungku sambil meletakkan tangan kananku tepat di gundukan penis yang masih terbalut celana jeansnya.
Dan kalau lelaki yang aku pegang penisnya tidak terlihat mencoba menepis tanganku maka aku akan berbuat lebih berani. Aku akan terus meletakkan tanganku di sana dan akan mulai meremas pelan.
"Besar sekali ya Pak?", candaku biasanya.
"Ah, Adik bisa aja".
"Besar nih, aku buka ya Pak?", kataku sambil membuka resleting nya.
"Jangan dik, nanti dilihat orang".
"Sepi kok disini, nggak ada yang bakal datang".

Kemudian aku akan mulai mengeluarkan penisnya dan mulai meremas penisnya sampai mengeras, seperti biasa jika kesempatan sudah di depan mata, maka aku tak akan ragu lagi, aku akan mulai berjongkok dan akan mulai mengoral penisnya sampai dia merasa puas dan mengeluarkan spermanya.
"Enak nggak Pak?".
"Enak banget dik".
"Lain kali kalau pingin lagi, kesini lagi yah Pak!".
"Oke deh, makasih yah".

Dan aku mengeluarkan sapu tanganku kemudian membersihkan sisa air ludahku yang menempel di penis bapak tersebut dan kemudian menutup resleting mereka, dan setelah mengambil barang dari gudang tersebut, kami akan kembali ke kantor seperti tidak terjadi apa-apa diantara kami. Dan saat-saat menyenangkan itu aku dapatkan dalam banyak kesempatan, terutama saat ketika kedua orang tuaku pergi berlibur ke Luar Negeri selama dua minggu. Saat itu aku yang harus mengurusi kantor mereka dan aku mempunyai banyak kesempatan untuk merayu setiap lelaki yang datang untuk membeli produk yang kami jual.

Sampai akhirnya aku lulus SMU dan aku harus pindah ke kota 'X' untuk kuliah disana. Di kota 'X' tersebut aku tinggal bersama keluarga Adik ayahku. Awal di kota 'X' ini membuat aku bosan karena aku kehilangan kesempatan-kesempatan untuk merayu lelaki-lelaki yang bisa memuaskan nafsu sex aku yang begitu besar. Dan dikota ini aku memulai kuliahku, bertemu teman-temahn baru sambil mengincar teman-teman baruku. Tetapi tidak ada yang aku sukai diantara mereka, dan lagi pula kalau aku bisa menemukan teman baru yang aku sukai, aku ragu karena aku merasa tidak punya tempat untuk melakukan hal tersebut.

Dan ternyata aku menemukan ide-ide yang bisa membuat aku mendapatkan kepuasan. Setiap malam hari ketika hujan tiba, aku suka permisi kepada pamanku untuk keluar rumah dengan berbagai alasan. Dan aku akan mulai mencari tukang becak yang biasanya bisa aku jumpai di jalan raya. Aku akan memilih mana tukang becak yang aku sukai, tentunya mereka yang kelihatan bersih dan juga wajahnya menarik. Aku akan menyetop becaknya kemudian dengan menawarkan sejumlah uang, aku akan menyuruh mereka untuk membawa aku keliling-keliling kota ini. Becak di kotaku ini bukan seperti becak di pulau jawa yang biasanya pengemudinya ada di belakang sedangkan penumpangnya di depan, tetapi becak yang ada di kotaku adalah becak yang pengemudinya duduk di samping kita untuk mengemudikan becaknya. dan ketika hari hujan, maka mereka akan menutup becaknya dengan tenda sehingga yang tampak hanyalah wajah tukang becak itu sedangkan aku akan berada didalamnya. Dan duduk di dalam becak tersebut membuat aku bisa memperhatikan gundukan penis tukang becak tersebut tanpa di ketahui tukang becak itu sendiri.

Setelah beberapa lama becak berjalan dan hujan masih deras, maka aku akan memulai pembicaraan dengan berteriak kecil karena aku ada di dalam becak sedangkan kepala tukang becak tersebut berada di luar maka kalau aku berbicara pelan, maka tidak akan kedengaran apa yang aku bicarakan. Untuk memulai aksiku agar bisa langsung memegang penis tukang becak tersebut tanpa membuat dia terkejut, maka aku akan memulai pembicaraan yang menjurus kehal-hal berbau sex.
"Bang, hujan-hujan begini kok bukannya pulang kerumah? Kan enak, abang bisa menyenangkan 'adiknya' he he he heh e", kataku sambil langsung mendaratkan tanganku di gundukan penis abang becak tersebut untuk memperjelaskan arti kata 'Adik' yang aku katakan.

Kemudian seperti biasa, aku akan merayu dengan yang lebih lagi sementara tanganku tentunya tidak menghentikan aksiku. Aku akan mulai mengeluarkan penis dari celananya, kemudian meremasnya sampai mengeras, sementara abang becak itu terus mengemudikan becaknya dengan perlahan, sehingga orang di sekitar tidak akan curiga. kemudian aku akan mulai mengoral penis tukan becak tersebut, sambil berbisik kepadanya agar mencari jalan yang lebih sepi. Biasanya di tempat yang lebih sepi, tukang becak tersebut akan menghentikan becaknya di tepi kemudian mulai menikmati oral yang aku lakukan terhadap 'adiknya'. tentunya bisa di tebak akhir kisah ini kalau dia kemudian akan mengeluarkan spermanya.

Biasanya setelah itu, aku akan menutup resletingnya kembali dan aku akan mulai untuk mengocok penisku yang sudah menegang dari tadi. Kemudian setelah selesai, maka aku akan menyuruh tukang becak tersebut mengemudikan becaknya kembali ke tempat asal. Hal tersebut aku lakukan beberapa kali, tentunya bukan dengan tukang becak yang sama melainkan tukang becak yang lain.

Kejadian itu sedah berlalu 2 tahun yang lalu, dimulai dari informasi tentang penyakit AIDS yang aku peroleh. Aku menjadi ketakutan akan diriku, aku mulai memeriksakan diri ke dokter dan syukurlah aku dinyatakan bebas dari penyakit kelamin AIDS ataupun penyakit kelamin lainnya. Sejan saat itu juga aku berusaha untuk menghentikan aksiku yang liar itu dengan cuma beronani di kamar saja atau hanya dengan melihat-lihat gambar porno lewat internet kemudian melampiaskannya dengan beronani juga.

Syukurlah sudah dua tahun ini aku bisa bebas dan tidak pernah sekalipun aku berhubungan badan dengan sembarangan orang lagi. Kalaupun aku benar-benar haus sentuhan lelaki, maka aku akan pergi ke panti pijat tuna netra dan kemudian membiarkan diriku di pijat sambil merasakan sentuhan dari seorang lelaki yang aku rindukan dan tentunya kami tidak melakukan hal lain.

Saat ini aku cuma ingin menjalin hubungan dengan pria yang dewasa, yang bisa menyayangi aku apa adanya diriku. Dan juga mapan, dalam arti bisa menghidupi dirinya sendiri. Saya tidak suka dengan lelaki yang masih suka meminta kepada orang tuanya, walau hanya untuk beli rokok sekalipun.

Bersambung . . . .