Sesama Pria
Saturday, 2 January 2010
Catatan perjalanan - 2
Circle bus tersebut berhenti berturut-turut di Nikko Winds Hotel, ANA Excel Hotel, Tokyu & Hilton Narita Hotel dan selanjutnya berhenti sejenak di Humax Cinema Complex (Spiderman ternyata masih ditayangkan disini), kemudian berturut-turut: AEON Shopping mall, Gobu Ohashi, Bon Belta Dept. Store, YOKADO shopping mall (ada Laox disini), Hana no yu hot spring spa, Keisei Narita Station dan Narita san Temple, kemudian balik ke Holiday Inn. Fare untuk circle bus ini hanya 150 Yen. Di jalan tidak banyak ditemui orang berseliweran, begitu juga pada setiap perhentian di depan hotel. Kebanyakan yang terlihat mejeng di halaman dan yang ikutan gabung hanya "wisman" bule. Lha kalo yang ini mah, di Indonesia juga buanyaak!!: p
Balik ke Hotel aku coba menghabiskan waktu dengan mengecek email pada pc yang connect ke internet. DI Holiday Inn, Tobu, Narita untuk menggunakan fasilitas internet, kita harus menyiapkan coin 100 yen tiap 10 menit. Benar-benar membosankan dan ribet. Padahal waktu nginap di Hotel Towa, Ueno, Tokyo, sarana internet ini disediakan gratis bagi penghuni bahkan ada 3 pc yang tersedia di counter. Nggak mungkinlah untuk waktu yang sempit ini dipakai chatting, so, aku akhirnya hanya memeriksa email yang masuk dan membalas email dari teman-2, teristimewa my Soul-mate di Bandung. Sekitar 6 coin tertelan timer box yang conected to PC, akhirnya aku balik ke kamar. Di kamar aku melihat tombol penyimpan pesan di telepon menyala dan ketika aku buka, ternyata Kenji.. Dia sudah di kantornya dan hanya sekedar say "Ohayo Gozaimasu". Memang this Japanese perhatian dan ekspresinya berbeda dari other Japanese yang selalu dingin dan memendam rasa (?). Itulah keistimewaan Kenji.
Setelah rombongan China tiba, akhirnya kami berangkat dengan pemandu, Miss Akiko yang lebih sering dipanggil "Koko San". Ini karena lidah bukan Jepang agak sulit menyebutkan or kepala non Japanese rada sukar mengingat namanya. Sekitar 30 menit berkendaraan bis dari Holiday Inn, Tobu, Narita akhirnya rombongan kami tiba di Markas OVTA yang megah dengan pekarangan depan yang luas dan bersih. Setelah registrasi ulang dan mendapat sekedar briefing, aku dan teman-2 memasuki lift menuju kamar masing-2.. Aku menempati kamar 709, dengan view yang langsung berhadapan dengan jalan raya. Gedung "AM PM" tepat di seberang jalan yang langsung berhadapan dengan Carrefour, Makuhari yang merupakan next building to OVTA. Hari ini, Jum'at tgl. 2 Agustus 2002, dan sore ini Kenji akan menjemputku di OVTA.
Jam 6:15 pm aku mendengar ada ketukan di pintu, dengan malas aku bangun dan melangkah gontai ke arah pintu. Yukata yang aku kenakan tidak aku ganti karena berharap aku akan tidur lagi setelah interupsi 'knocking' yang aku pastikan dari teman serombongan entah untuk alasan apa lagi. Susah yah jadi anggota rombongan termuda, apa-apa, aku yang kebagian disuruh terus. Yah presentasilah, yah beresin bahan presentasilah, yah.. yahh.. yahh.. Pokoknya yahh.. semua tugas yang kadang menyita waktu istirahat.
Pintu terbuka setengah dan muncul sesosok wajah yang tiba-2 mengusap pergi rasa kantuk dan gerutuan yang tadi menggantung di mata dan bibir. Kenji berdiri dengan senyum lebar dan mata nyaris segaris! Luar biasa, aku pikir dia mungkin akan tiba sekitar jam 9:00 malam atau lebih, atau bahkan tidak mustahil esok harinya. Ternyata dia kabur lebih dulu dari tempat kerjanya. Kini masalahnya adalah jam 7:00 pm aku harus hadir dalam "Welcome Party" yang diselenggarakan oleh JAVADA & Ministry of Health and Manpower di ruangan yang dinamakan "Browsing Area" di lantai 5 gedung OVTA.
Browsing area adalah salah satu ruangan yang sesuai namanya kita dapat menikmati seluruh area yang berhadapan dan di kiri kanan Gedung OVTA. Ruangan itu di berada di lantai 5 dan menjorok ke depan dengan keseluruhan dinding terbuat dari kaca, kecuali dinding yang menempel ke arah bangunan utama. Berdiri di dalam Browsing Area, seolah kita melihat mobil berlalu-lalang di bawah kaki kita. Pertama sedikit rasa gamang menyergap. Namun setelah ruangan terisi penuh dan pembicaraan menghangat, situasi kembali normal, hanya terasa agak aneh dengan mengamati lampu-2 mobil di kiri kanan dan di bawah kaki kami yang berlalu lalang bagaikan kunang-2 yang melayang dengan ringan. Aku pikir, jika ruangan ini dipakai untuk restoran benar-2 akan menjadi restoran yg punya taste selain akan sangat-sangat romantis bagi pasangan pengunjung, lebih-2 dalam nyala lampu yang selalu cenderung temaram seperti dalam welcome party ini.
Sementara Kenji harus berkubang di tempat tidur kamarku, menunggu, aku lalu mengganti yukata dengan hem dan memasang dasi. Kenji hanya memandangiku, seolah menebak berapa centi lagi perkembangan perutku. Kenji senyum sambil menyipitkan sebelah mata ketika aku mengusap-usap perutku di depan cermin. Kenji membantu membetulkan krah hemku, dan mengibas-ngibas jas dan membantu mengenakannya padaku.
Lagi-lagi tubuh yang tegap dan sexy itu mendekat, kembali Gucci Envy "memperkosa" hidungku lembut, dan aku memonyongkan mulut meniup helaian rambut semi gondrongnya yang menampar wajahku. Tangan Kenji kemudian membetulkan letak jasku mulai dari pundak dan turun ke punggung. Entah karena 'peletan' Gucci Envy-nya atau memang aku yang ganjen, wajah yang nampak serius seperti designer yang sedang mempersiapkan modelnya untuk kembali ke catwalk itu aku belai dengan perlahan. Jemariku dengan rakus merambah hidung, bibir, pipi dan seluruh wajahnya. Kenji tetap focus seolah tidak terjadi sesuatu. Timbul keisengan untuk menggodanya.
Dengan tetap memandang lurus ke depan, dan tanpa senyum, tanganku yang tergantung di bawah bergerak dengan cepat ke jendolan di bagian selangkangan yang tercetak pada blue jean Kenji. Perlahan aku elus-2 samabil tersenyu. Brengsek.. Kenji tidak bergeming dan tanpa reaksi spesifik. Dia tetap asyik dengan membetulkan dasiku, jas, kemeja, kancing dan mematut-2 bagaikan perancang. Nampaknya nggak berpengaruh, sementara kini aku yang malah panas-dingin (dasar..). Serta merta aku meremas, menekan dan menggosok tuas yang terasa kenyal di tangan. Tak tertahan, aku menarik turun kancing tarik jeansnya, dan segera jemariku tenggelam dalam pubic hair yang lebat.
Perlahan jemariku menyelinap dibalik G-String merah maroonnya dan .. potongan daging kenyal yang masih setengah mekar itu aku remas dengan gemas, Kenji tetap sibuk mengurusin letak dasiku dan seolah tidak terjadi sesuatu. Sekali lagi tanpa melihat ke mataku, dan tetap Consent' pada jasku seolah seorang "Kenzo" dengan master-piecenya, Kenji akhirnya membuka suara.
"You'd better disappear right now, before we were caught up by your friends in here coz they didn't see you at the party".
Aku tergelak dan menyambar bibirnya ringan kemudian bergegas menuju pintu. Sebelum tanganku menyentuh handle pintu satu tarikan membuat aku setengah langkah mundur.
Tiba-2 tangan Kenji telah mencengkeram pundak dan leherku dari belakang membuat aku terdongak. Sebelum aku sempat berpikir, terasa sesuatu yang lembut hangat dalam deru napas yang akrab mengatup erat mulutku. Tanpa kata aku menjawab tantangan Samuraiku yang mengajak bersilat lidah dengan jurus-2 silat Cimande!:) Aku berontak membebaskan diri setelah mulutku terbungkem erat tanpa celah dengan mulut Kenji, sementara ibu jari dan telunjuknya menjepit cuping hidungku. Tentu aja aku gelagapan. Sesungguhnya ini 'jurus'ku yang dibajak oleh Kenji dengan tak terduga. Kenji melompat mundur dengan senyum geli, sebelum aku sempat protes, Kenji menunjuk pergelangan tangannya. Yah, Tuhan aku sudah terlambat 10 menit. Mati aku..! Sebelum menghilang di balik pintu aku sempat berteriak akan membalas Kenji nanti. Kenji hanya mengangkat kedua alisnya tinggi-2 dengan mimik "whatever!".
Acara welcome party berlangsung sangat formal berisi speech dan perkenalan antar delegasi dan host. Saat memasuki acara ramah-tamah hujan turun dengan derasnya. Saya menyelinap perlahan dan lolos dari pintu keluar yang Cuma satu-2nya. Tiba di kamar aku langsung mengisyaratkan Kenji agar segera cabut, sebelum ada teman atau panitia yang balik dari ruang party. Di luar hujan menghajar pekarangan OVTA dan jalanan begitu deras, sehingga memaksa kami harus membeli payung di store yang terletak di Ground floor OVTA.
Dekat OVTA ada 2 stasiun untuk kereta yang menuju Tokyo, yaitu Makuhari Station yang berjarak lk.20 minutes jalan kaki (may be, karena aku selalu lupa utk mengukur sendiri) dengan Kereta SOBU LINE atau Kaihin-Makuhari yang dilayani oleh KEIYO LINE yang hanya berjarak 8 menit jalan kaki (untuk ritme langkah Japanese) dari OVTA. Kenji mengajakku ke Kaihin Station, yang meskipun sangat dekat, namun dalam siraman hujan yang deras itu cukup membuat langkah kami terseok-seok.
Payung yang berukuran regular itu tidak dapat melindungi punggung kami dari siraman air hujan. Disatu pihak aku merasa capek berjalan dengan langkah Jepang yang serba "rush" di tengah hujan yang cukup merepotkan ini, sementara dipihak lain aku menikmati kesempatan untuk memeluk dan di peluk di tempat umum seperti ini tanpa perlu mengkhawatirkan sesuatu pun. Sementara angin dingin menghajar dengan leluasa punggung kami yang basah kuyup, pundakku menikmati dengan rakus kehangatan dan gerak otot dada Kenji yang menekan erat. Kenji yang sekitar 10 cm lebih tinggi tentu lebih leluasa mendekapku di pundak.
Aku melingkari tangan dan mengepit pinggangnya dan aneh saja, nih tangan nggak mau diam. Punggung dan pinggul yang kenyal dan keras itu terus aja menjadi sasaran. Malam ini kami akan menginap di Hotel Shiba Yayoi Kaikan dengan pemandangan pantai, letaknya hanya beberapa menit dari Stasiun Hamamatsu-cho. Aku protes waktu Kenji menyebutkan tarifnya 8.500 Yen, Gila! Tapi Kenji hanya tersenyum cuek. Aku jadi pengen cepat nyampe ke Tokyo untuk bias nyantai di hotel atau pengen nyusuri Asakusa dan River Sumida esok pagi sebelum ke Kamakura. Aku tersenyum mengingat week end ini yang akan aku isi dengan banyak kesan khusus dengan Kenji, walaupun diawali dengan lagu "basah diri ini.. Basahh.. rambut ini.. basah bibir ini.. Kuhapus dengan bibirku sayang!:)
Tamat