Jemari lentik kevin - 2

Tiang tersenyum manis dan membimbing Kevin bangkit. Dihadiahinya mulutnya dengan ciuman yang hangat. Kemudian dia berbisik lembut di telinga Kevin..

"Isap tetekku ya, Sayang."

Tanpa harus diminta dua kali Kevin mendekatkan wajahnya ke dada Tiang dan menghisap-hisap putingnya sebelah kiri yang mencuat tegang itu. Warnanya yang kecoklatan segar membuat Kevin semakin bernafsu menghisapnya. Dengan kuat dihisapnya tetek kiri Tiang, sementara tangannya memilin-milin tetek satunya lagi. Dengan lembut Tiang berbisik lagi kepada Kevin..

"Cubit sayang, cubit yang keras," pintanya.
"Aah!" jerit Tiang tertahan ketika Kevin benar-benar mencubit teteknya.

Sekarang ganti putingnya sebelah kanan yang menjadi sasaran mulut Kevin. Kali ini Kevin tidak menghisapnya melainkan hanya menjilati dan memulas-mulas tetek kanan Tiang sambil sesekali menggigit-gigit kecil. Kedua pentil Tiang menjadi lebih besar, keras, dan merah setelah Kevin selesai menggarapnya. Tiang kembali menghadiahi Kevin dengan kecupan lembut di bibir.

"Mas tahu nggak apa yang sangat aku idam-idamkan dari tubuh Mas selama ini?" tanya Kevin
"Katakan saja Sayang," kata Tiang sambil mencium bibir Kevin.

Kevin menyelipkan jari-jarinya ke dalam lipatan ketiak Tiang yang berkeringat kemudian menjilati jari-jari tersebut. Tiang tertegun karena tidak menyangka ada cowok yang menyukai aroma ketiaknya. Kevin terus menyelipkan jemarinya ke dalam liapatan ketiak Tiang dan menjilatinya.

"Kau suka bau ketiakku Sayang? Kau tidak jijik?" tanya Tiang.
"Tidak Mas! Aku sangat suka aroma ketiakmu. Aku ingin selalu dapat melakukan ini." Tiang mengangkat kedua lengannya dan kedua ketiaknya yang berbulu lebat terlihat.
"Nikmatilah Sayang," ujarnya sambil menyodorkan ketiaknya ke wajah Kevin.

Kevin tidak menyia-nyiakan tawaran Tiang tersebut. Dibenamkannya wajahnya pada lipatan ketiak Tiang. Dihirupnya aroma ketiak Tiang semaksimal mungkin. Baunya sungguh jantan dan memabukkan. Dijilatinya ketiak itu, rasanya asin dan masam, bulu-bulunya membuat lidah Kevin terasa kasap, kadang-kadang digigitnya pula bulu-bulu itu.

"Terus Sayang, teruskan menikmati ketiakku," Tiang mengerang sambil meracau karena kenikmatan yang dialaminya.
"Ayo Mami! Mami suka ketiak Papi khan?"
"Ya Papi, Mami suka sekali ketiak Papi. Seksi sekali ketiak Papi," Kevin menjawab juga sambil meracau.

Puas dengan satu ketiak, Kevin berpindah ke ketiak yang lain. Sensasi luar biasa kembali dialaminya. Akhirnya karena tak tahan lagi Tiang mendorong tubuh Kevin sehingga jatuh ke ranjang. Dengan ganas diterkamnya dan disobeknya pakaian dan celana yang dikenakan Kevin sehingga kini Kevin terbaring telanjang tanpa selembar benang pun melekat di tubuhnya. Wajahnya merona merah menyadari dirinya telanjang di hadapan pria idamannya. Tiang sendiri segera mencopot celananya. Kini dia juga telanjang polos di hadapan Kevin.

Tubuh Tiang yang besar menindih tubuh mungil Kevin. Mereka bercium-ciuman bertukar lidah dan ludah. Tiang merayap turun menciumi dan menjilati kedua paha Kevin yang ramping dan putih. Kevin membelai kepala Tiang. Setelah puas menikmati paha Kevin, tubuh Tiang beringsut naik kembali lalu menciumi bibir dan pipi Kevin.

"Mas, aku ingin mengatakan sesuatu tapi aku malu," kata Kevin tiba-tiba.
"Katakan saja Sayang, mengapa harus malu?" Tiang berkata sambil terus menciumi pipi kekasihnya.
"Emm.. Begini Mas. Aku tahu aku tidak punya payudara seperti istrimu, tapi aku ingin berkhayal di dadaku ini ada sepasang payudara yang hendak kupersembahkan kepadamu," ujar Kevin malu-malu. Tiang tertawa kecil mendengar kata-kata Kevin.
"Tentu saja Sayang. Tanpa berpura-pura pun aku menyukai dadamu."

Lalu dengan lembut dikulumnya puting-puting susu Kevin. Mata Kevin sampai terpejam-pejam karena nikmatnya sensasi yang dialaminya. Dia merasa seperti seorang istri yang sedang mempersembahkan miliknya yang paling indah kepada suami tercinta.

"Ehmm.. Nikmat sekali netek di dada Mami seperti ini," puji Tiang. Kevin mengusap kemudian mencium kepala Tiang mendengar pujian itu. Lidah Tiang yang tebal, hangat, dan basah terasa lembut membuai puting-puting payudaranya.
"Eeh Papiku sayang," Kevin mendesah berkepanjangan. Dia merasakan puting-puting susunya mengeras dan lebih besar dari semula.
"Berbaringlah telungkup Sayang," kata Tiang kemudian. Kevin menurut.

Tiang menciumi leher dan bagian belakang telinga Kevin kemudian bergerak turun menciumi punggungnya. Tubuh Kevin menggelinjang mendapat perlakuan sedemikian rupa. Ketika sampai pada bagian pantat Kevin, Tiang meraba-raba dan meremas-remas terlebih dahulu kedua bongkahan pantat Kevin sebelum menciuminya.

"Tunggingkan sedikit pantatmu Sayang!" perintah Tiang. Kevin menurut.

Dicium dan digigitinya kedua bongkahan pantat Kevin. Jari-jarinya menyusuri belahan pantatnya. Kevin memekik kecil ketika jari-jari Tiang menusuk-nusuk pantatnya.

"Sakit ya Sayang? Ditahan ya!"

Dimasukkannya lagi jari-jarinya ke dalam lubang anus Kevin yang ketat karena masih perawan itu. Pantat Kevin bergoyang-goyang menahan rasa sakit dan nikmat yang datang bersamaan. Tiang terus memainkan jari-jarinya dalam pantat Kevin. Sesekali dijilatnya jari-jarinya.

"Emm.. Gurih," gumamnya.

Kemudian Tiang mementang kedua bungkahan pantat Kevin sehingga belahan pantatnya terbuka. Lubangnya yang menguncup berwarna merah muda. Dijulurkannya lidahnya menjilati dinding dan lubang anus kekasihnya. Cairan anal membanjir keluar dari dalam lubang anus Kevin. Tiang menghisap habis cairan tersebut.

"Emm.. Nikmatnya rasa cairan lubang nikmatmu sayang," ucap Tiang tanpa sedetik pun menghentikan perbuatannya menjilati anus Kevin. Kevin tidak dapat menjawab kecuali dengan menggoyang-goyangkan pantat tanda dia menikmati perlakuan ini.

Setelah puas menjilati pantat Kevin, Tiang menggenggam dan mengocok-ngocok batang kontolnya sendiri. Dia melumasinya dengan cairan precum yang membasahi lubang kencingnya. Diposisikannya kontolnya pada belahan pantat Kevin. Sebelum dia melanjutkan perbuatannya Tiang membisikkan kata-kata di telinga Kevin..

"Sekarang Sayang, aku hendak menunaikan tugasku sebagai seorang suami. Siapkah kau?" Kevin mengangguk dan menjawab..
"Kuserahkan keperawananku padamu Mas, ambillah! Aku siap menunaikan tugasku sebagai seorang istri."

Tiang mengarahkan kontolnya pada mulut lubang anus Kevin, kemudian dengan perlahan namun pasti dihentakkannya pinggulnya sehingga seluruh batang kontol itu melesak masuk, amblas ke dalam lubang anus Kevin. Bles!

"Auff!!" jerit Kevin menahan sakit.

Batang kontol Tiang yang menembus pertahanan lubang anusnya seperti hendak membelahnya menjadi dua. Sakit sekali memang. Tiang membiarkan Kevin membiasakan diri dengan keberadaan kontolnya dalam pantatnya. Dia tidak melakukan apa-apa selain menciumi pipi Kevin dan menghiburnya..

"Tahan ya Sayang! Memang sakit pada awalnya, tapi lama-lama kau akan terbiasa bahkan menyukainya."

Dan memang berangsur-angsur rasa nyeri itu mereda. Tiang memegang pinggul Kevin dan mulai menggerakkan pinggulnya sendiri maju-mundur. Batang pelernya bergerak keluar-masuk pantat Kevin. Gesekan antara kontol Tiang dan dinding anus Kevin menimbulkan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Karena Kevin masih perawan, gerakan keluar-masuk kontol Tiang dalam pantatnya agak tersendat-sendat lantaran dinding-dindingnya menjepit kuat kontol Tiang. Namun justru hal itulah yang menimbulkan rasa nikmat.

"Hgghh! Sempit sekali lubangmu Sayang! Aku memerawanimu Sayang," Tiang mengentot sambil meracau..
"Mau rasanya aku mengentoti pantatmu selamanya."

Gerakan pinggul Tiang semakin cepat, dia juga melakukan gerakan berputar sehingga kontolnya dalam pantat Kevin ikut berputar. Bunyi kecipak timbul karena cairan anal Kevin dan precum dari kontol Tiang membasahi dinding-dinding anus Kevin yang tergesek-gesek.

Tiang mengentot sambil meraba dan meremas bungkahan pantat Kevin. Sesekali ditaboknya bungkahan pantat itu agar Kevin mengetatkan otot-otot dalam pantatnya. Bunyinya pukulan itu terdengar nyaring. Tar! Tar! Kadang-kadang diangkatnya kedua tangannya sehingga hanya pinggulnya yang bergerak maju-mundur persis seperti koboi sedang menunggangi kudanya. Jika sedang begini Tiang akan berteriak, "Yeehaw!"

Kevin sendiri tidak berkata apa-apa selama itu. Dia tidak ingin berkata apa-apa. Dia hanya memejamkan matanya menikmati persetubuhan itu. Inilah persetubuhan pertamanya. Berbagai perasaan dan emosi campur aduk dalam batinnya. Mengira Kevin kesakitan, Tiang memperlambat gerakannya dan lalu bersikap lembut padanya. Direbahkannya tubuh mereka berdua. Diciuminya pipi dan bibir Kevin dari belakang.

"Kau menikmatinya Sayang?"
"Ya Mas!"

Tiang mencabut kontolnya dari pantat Kevin. Kevin sempat merasa kecewa karena mengira Tiang hendak menyudahi permainan cinta mereka. Tetapi rupanya Tiang hanya ingin berganti posisi. Diperintahkannya Kevin agar berbaring telentang, kemudian diangkatnya kedua kaki Kevin ke atas pundaknya dan kembali diposisikannya kontolnya pada mulut lubang anus Kevin dan didorongnya masuk. Bles! Kali ini lebih lancar daripada tadi, namun begitu Kevin tetap merasakan sakit meski tidak senyeri tadi.

Setelah hilang rasa sakitnya, Tiang kembali mengocok-ngocok kontolnya dalam pantat Kevin. Kali ini mereka bersetubuh berhadapan muka dengan muka. Mereka saling cium, saling raba, dan saling cubit. Tiang mengentot Kevin sedemikian rupa sehingga tubuh Kevin terguncang-guncang. Keringat mengalir deras di tubuh mereka namun mereka tidak mempedulikannya.

Kepala Kevin terangguk-angguk ke kiri dan ke kanan mengikuti irama persetubuhan mereka. Lidahnya sedikit terjulur keluar, matanya membelalak sehingga bagian hitamnya hampir hilang. Dari mulutnya terdengar kata-katanya meracau..

"Hggh! Hggh! Habisi saja aku Mas! Kawini Mami, kawini istrimu ini!" Tiang bertambah semangat mendengarkannya. Dihisapnya lagi puting-puting payudara Kevin.
"Aww Papi! Kawini Mami, Papi sayang! Bikin Mami hamil dengan kontol Papi yang besar!"

Tiang melakukan gerakan memompanya semakin cepat. Kevin merasa dirinya bagaikan seorang gadis yang tengah diperkosa oleh seroang pria bertubuh kekar. Sampai suatu ketika gerakan kontol Tiang dalam pantat Kevin terasa tersendat-sendat.

"Aargh Papi mau keluar sayang!" ujar Tiang terbata-bata.
"Keluarkan di dalam saja Papi! Tanamkanlah benih-benihmu dalam rahimku. Hamili aku Papi!"

Crrtt!! Menyemburlah pejuh kental dari ujung kontol Tiang bagaikan gunung berapi memuntahkan lahar. Rasanya hangat dan lengket memenuhi lubang pantat Kevin. Bersamaan dengan itu Kevin pun mengalami orgasme. Cairan putih meleleh keluar dari penisnya.

Tiang mencabut kontolnya dari pantat Kevin. Pejuhnya mengalir keluar berceceran dari pantat Kevin. Dia merebahkan tubuhnya di atas tubuh Kevin, nafasnya tersengal-sengal. Kevin terbaring membayangkan sel-sel sperma Tiang berenang-renang memasuki tubuhnya. Andai saja dia seorang wanita yang memiliki rahim.. Kini Kevin dapat merasakan beratnya tugas seorang istri dalam melayani suami di ranjang, apalagi jika suaminya adalah pria seperti Tiang yang daya seksnya begitu hebat.

Setelah hilang penat di tubuh mereka, Tiang menciumi pipi dan bibir Kevin.

"Kau puas Sayang?" tanya Tiang.
"Sangat puas Mas! Mas sungguh-sungguh perkasa. Ingin rasanya aku mengulangi semua itu. Percintaanku yang pertama. Aku bahagia kaulah pria yang mendapatkan keperawananku."

Mereka berbaring berpelukan. Jemari Kevin yang lentik bermain di atas dada Tiang.

"Mas, apakah Mas akan mencintaiku selanjutnya?" Kevin ganti bertanya.
"Tentu saja Sayang! Aku bangga ada orang secantik dirimu yang memberikan keperawanannya padaku."
"Aku ingin sekali bisa hamil dan mempersembahkan buah cinta kita padamu dari rahimku." Tiang tertawa mendengar khayalan Kevin.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Agar ada yang memanggilmu Papa dan memanggilku Mama," jawab Kevin centil dan manja. Tiang tidak menjawab hanya meremas jemari Kevin dan menciumnya. Bagaimanapun juga semua berawal dari jemari lentik itu.

Sejak saat itu Kevin menjadi "istri kedua" Tiang. Tiang sering melewatkan malam, bercinta dengan Kevin di rumah kontrakannya, kadang-kadang sampai dua-tiga malam, dan Kevin melayaninya sebagaimana semestinya seorang istri yang setia.

Tamat