Sesama Pria
Thursday, 7 January 2010
My Story - 1
"Donny.." ucapku saat memperkenalkan diri pada pemilik rumah kontrakan yang disediakan oleh perusahaan.
Saat itu aku diantar oleh HR dari kantorku, dan pemilik rumah adalah sepasang suami-isteri berwajah ramah dan bijaksana keturunan India yang telah berumur diatas 50 tahun. Pak Raju dan Bu Rani, demikian nama mereka. Mereka tinggal tepat bersebelahan dengan rumah yang mereka kontrakkan. Mereka memiliki empat orang anak, Rada, Ratu, Raja dan Ravi. Saat berkenalan denganmereka, aku seperti sedang berada dalam film India yang bintangnya cantik serta tampan. Yang menjadi perhatianku adalah Ravi, tampannya seperti Salman Khan yang filmnya sedang ngetop di bioskop. Ravi adalah mahasiswa tingkat dua kedokteran PTS di Padang. Setelah berkenalan dan santap siang bersama Pak Raju dan Bu Rani serta Sri, aku diantar berkeliling rumah yang akan kutempati. Rumah bertingkat dua tersebut seperti rumah kopel, hanya dipisahkan oleh satu dinding, halaman terpisah oleh pagar dan masing-masing rumah memilki satu gerbang. Tetapi ternyata di lantai dua balkonnya menyatu dan kamar di lantai dua rumahku bersebelahan dengan kamar Raja dan Ravi.
Beberapa hari tinggal di kota Padang, aku mendapatkan ketenanganku kembali. Tiga tahun berada di Jakarta membuatku letih, karena aku selalu berjuang untuk tidak terjatuh kedalam dekapan lelaki yang sebenarnya kuinginkan. Ya.., setelah menyadari diriku gay, aku selalu berusaha untuk tidak terseret kedalam pergaulan itu, walau aku selalu mengagumi sosok lelaki setiap kali melampiaskan hasrat seksualku jika beronani.
Dalam keseharianku, jika ada waktu luang, aku membenahi interior rumah seperti yang kuinginkan dibantu Rahmat pembantu yang disediakan Pak Raju. Rahmat tinggal bersamaku, dia yang mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sehingga aku dapat lebih tenang dan berkonsentrasi dalam bekerja. Disuatu hari minggu, aku berniat membersihkan kamar di lantai dua untuk kujadikanruang olah raga. Aku minta Rahmat membersihkan dan mengangkat koleksi barbelku ke kamar itu.
Setelah selesai aku berniat melakukan olah raga ringan di kamar itu, hanya dengan mengenakan celana stretch Calvin Klein dan bertelanjang dada, kumulai kegiatanku. Setelah beberapa saat, aku mendengar lantunan lagu "Mencintaimu"-nya Krisdayanti dinyanyikan oleh seseorang dari arah balkon. Aku mengintip dari jendela kaca, ternyata Ravi sedang bernyanyi sambil memainkangitar. Wah, ternyata romantis juga nih anak pikirku. Setelah satu lagu selesai, aku beranikan diri menghampirinya. Aku memuji suara dan keahliannya memainkan gitar. Dia tersipu malu dan menjawab merendah saja, akhirnya kami terlibat obrolan santai. Tetapi saat kami mengobrol, beberapa kali aku memergoki pandangan matanya ke arah dada dan pangkal pahaku, wah.., pertanda apa ini..?
Suatu sore, ketika sedang mengangkat barbel dalam posisi telentang, aku melihat bayangan seseorang sedang mengawasiku di balik jendela kaca. Ketika kubangkit dan melihat lebih jelas, ternyata Ravi sedang memperhatikanku. Dia tersenyum ke arahku, dan kupersilakan dia masuk. Penampilannya sore itu macho sekali, dengan baju tanpa lengan dan celana pendek ketat memamerkan bulu ketiak dan tonjolan batang kemaluannya yang walaupun masih lemas, tetapi sudah kelihatan besar ukurannya. Badan Ravi yang usianya jauh lebih muda dariku itu tegap dan berisi dengan tinggi 172 cm dan berat 68 kg, lebih besar dari ukuran badanku yang 170 cm dan berat 60 kg. Tetapi badanku terlihat indah, karena aku rajin mengikuti kebugaran di fitness center.
Kami ngobrol sejenak dan dia kuajak sekalian berolah raga. Obrolan kami mulanya santai dan ringan saja, tetapi akhirnya dia yang memulai cerita ngeseks, yang membuatku menjadi horny. Kurasakan batang kejantananku mulai bangkit mendengar ceritanya, karena malu kututupi dengan menggunakan handuk kecil yang kupakai untuk mengelap keringat. Sepertinya dia tahu dan mulai memancing cerita tentang diameter kemaluan yang dapat diketahui dengan mengukur panjang kuku pada jari jempol kaki. Aku menanggapi ringan setengah tidak percaya, tetapi dengan tiba-tiba dia berjongkok ke arah jempol kakiku dan mengatakan akan mengukurnya jika aku tidak percaya. Aku jadi risih dan dengan spontan aku menundukkan diri untuk mencegahnya, tetapi tidak terduga, dia malah berpaling ke arahku dan wajah kami berdekatan dan malah bibirnya melekat dengan bibirku. Aku jadi malu, tetapi sedikit senang dan tidak ada keinginanku untuk beranjak saat itu.
Tiba-tiba saja dia yang memulai mengulum bibirku. Swear..! aku yang tidak berpengalaman dalam hal ini sangat terkejut dan sangat terangsang. Aku bertindak pasif (tetapi menikmati), menunggu detik demi detik kelanjutan apa yang akan dia perbuat padaku. Karena aku diam saja, akhirnya dia berhenti menciumku.
Sambil menunduk dia berkata, "Maafkan aku Bang, mungkin tindakanku tadi aneh bagi Abang. Tapi beginilah aku, aku gay. Dan sejak pertama kali melihat Abang, aku sangat tertarik pada Abang. Aku ingin sekali menjadi kekasih Abang. Tapi aku mohon, kalau Abang tidak senang dengan sikapku tadi, jangan beritahu siapapun tentang kejadian tadi. Aku malu Bang.."
Aku bingung harus berbuat apa, karena aku tidak menduga kalau dia gay. Melihat kesedihannya, akhirnya aku bersuara walau tidak berterus terang kalau aku gay juga, "Nggak apa kok Ravi, aku maklum dan sebenarnya aku mengetahui banyak tentang duniamu. Kamu nggak usah khawatir, I promise to keep your secret, it's ok.." jawabku sambil mengelus pundaknya.
"Terima kasih Bang.." ucapnya sambil memelukku.
Sore itu kami lanjutkan berolah raga, walau kesannya sangat kaku karena dia banyak diam tetapi aku selalu berusaha menetralisir keadaan dengan canda-canda ringan.
Uhh.. capek sekali rasanya aku, setelah empat hari bertugas di salah satu Kabupaten untuk membantu bagian Loan Admin dalam melakukan perjanjian kredit. Hari telah menunjukan pukul 8 malam ketika kudengar pintu kamarku diketuk.
Dengan malas aku membuka pintu, "Ada apa Mat..?" tanyaku pada Rahmat di depan pintu kamarku.
"Itu Pak, ada Bang Ravi mencari Bapak. Saya persilakan menunggu di ruang tamu." jawab Rahmat sopan.
"Baik, aku segera kesana." balasku sambil menutup pintu kamar, aku segera merapikan diri.
"Wah.., Ravi, tumben mau main kesini, ada keperluan apa nih..?" sapaku saat aku memasuki ruang tamu.
"Nggak ada keperluan serius sih Bang, hanya sekedar main. Apa Abang sibuk malam ini..?" tanya Ravi.
"Tidak juga, cuma aku sedikit capek nih. Tadi sore baru sampai dari Kabupaten ****, rasanya pengen istirahat nih.." jawabku santai. "Tapi kalau mau ngobrol disini oke aja sih.., aku nggak kemana-mana kok." jelasku lagi.
Ravi kelihatan salah tingkah, "Oh, ternyata Abang baru dari luar daerah..? Aku pikir Abang menghindar dariku sejak kejadian beberapa hari yang lalu. Soalnya beberapa hari ini aku cari nggak ada." jawab Ravi.
"Ah.., nggak usah dipikirkanlah Ravi, aku mengerti kok kondisi seperti yang kamu alami.." jawabku menetralisir suasana.
Akhirnya kami ngobrol banyak hal, dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Mataku terasa berat sekali, tetapi kulihat Ravi masih semangat saja bercerita. Setelah dia sadar kondisiku yang sudah tidak serius bercerita, dia bangkit dan duduk di sebelahku.
"Kelihatannya Abang letih sekali, apa Abang mau kupijat..? Aku tahu bagian-bagian yang harus dipijat. Itupun kalau Abang nggak keberatan.." usulnya sambil memijat tanganku.
Karena badanku yang terasa sangat letih dan aku sangat menghargai perhatiannya, maka usulnya pun kuterima. Kami bersama berjalan ke kamarku, kusiapkan baby oil untuk memijat, soalnya aku tidak tahan dengan balsem yang membuat panas kulitku. Kubuka pakaian dan hanya bercelana pendek saja, tengkurap di atas spring bed-ku.
Perlahan Ravi memijat bagian demi bagian tubuhku, dan kurasakan pegal di beberapa bagian tubuhku berkurang. Tetapi kelanjutannya dia memijat daerah sensitifku, yaitu pada paha bagian dalam, leher dan belakang telinga serta bagian dada, dimana selama memijat tangannya sengaja disentuhkan ke puting susuku. Beberapa kali aku menggelinjang kegelian dan batang kejantananku mulai menggeliat untuk bangun. Letih dan kantuk yang kurasakan hilang entah kemana, kini yang kurasakan perasaan yang terangsang hebat. Ravi sepertinya sudah menduga dan menyadari yang akan terjadi. Tangannya halus dan perlahan memijat bagian perutku, menurun ke arah pusar dan perbatasan pusar dengan batang kejantananku. Oh.., rasanya tidak dapat kusembunyikan lagi tonjolan batang kejantananku yang sudah tegang berdiri.
Aku malu dan memejamkan mata, aku menikmati sentuhannya dan tanpa bisa kucegah, desahan halus keluar dari mulutku. Melihat kondisi yang demikian, Ravi semakin berani, dia mulai menurunkan dan melepas celana pendekku juga celana dalam yang kupakai, aku semakin terhanyut.
"Ijinkan aku melayani Abang ya, Bang..?" bisik Ravi di telingaku dalam keadaanku yang sudah bugil.
Mataku terus terpejam menikmati sentuhannya, dan aku hanya dapat mengangguk tidak ingin mengecewakannya. Perlahan sentuhan tangannya dimulai dari puting susuku, melingkar dan terus ke arah bawah hingga sampai di batang kejantananku. Putingku sudah mengeras dan batang kejantananku pun sama. Kurasakan sentuhan lembut dan basah di kepala kejantananku. Aku mengintip ke arah bawah, ternyata dia mulai memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, aku takjub melihat permainannya. Batang kejantananku dikeluar-masukkan ke mulutnya, dan sesekali dihisapnya.
Tangannya terus memberikan rangsangan ke arah dada, pantat dan celah pantatku. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, tenagaku rasanya terfokus di batang kejantananku dan kurasakan sesuatu mendesak akan keluar. Aku semakin liar bergerak, pantatku kunaikkan, dan Ravi sepertinya mengerti akan hal itu. Dia semakin rakus menjilat, menghisap dan memaju-mundurkan mulutnya padabatang kejantananku. Akhirnya pertahananku bobol, dan aku merasakan klimaks yang luar biasa. Air maniku menyemprot sederas-derasnya di dalam mulut Ravi, dan Ravi menjilatinya sampai habis. Badanku terasa lemas sekali, tetapi kupuas. Ravi bangkit dan tersenyum ke arahku, dia membuka baju, celana dan celana dalamnya. Dia naik ke atas tempat tidurku dan duduk di atas batang kejantananku yang sudah lemas.
"Bang, terima kasih sudah mau kulayani. Aku tahu saat ini Abang capek, biar aku sendiri saja yang melepaskan pejuku.." katanya sambil memaju-mundurkan pantatnya.
Tangannya menggenggam batang kejantanannya, dan diarahkan ke mulutku yang saat itu sedang berbaring. Tanganku menggapai puting susunya dan memberikan rangsangan sedapatku (swear..! ini pengalaman pertamaku). Ravi mendesah dan terus memaju-mundurkan batang kemaluannya. Kulihat cairan bening keluar dari lubang kemaluannya, dan ya ampun.., ternyata batang kemaluannya besar sekali. Panjangnya sekitar 20 cm dan diameternya sekitar 4,5 cm. Melihat pemandangan itu aku terangsang kembali, kuselipkan batang kejantananku di celah pantat Ravi yang sedang maju mundur berada di atasku sambil kuterus memelintir puting Ravi. Terlihat dari depan batang kemaluannya seperti meriam yang bergerak maju mundur dan siap menembak.
"Ohh.., ahh.. Aku mau keluar Bang..!" desah Ravi semakin semangat memompa batang kejantanannya sendiri, dan batang kejantananku yang terjepit di celah pantatnya juga semakin cepat bergerak seiring gerakan Ravi.
Akhirnya, "Crot.. crot.." air mani Ravi menembak dagu dan wajahku begitu juga air maniku tersebar di dadaku, badan kami sama-sama mengejang dan akhirnya badannya terkulai terbaring di atas badanku.
Dia mendekapku dengan mesra, "Bang, aku bahagia sekali rasanya.., ijinkan aku menjadi kekasihmu ya, Bang.." bisiknya di telingaku.
Aku hanya mengangguk sambil membelai rambutnya.
Akhirnya malam itu dia tidur bersamaku, tidurnya pulas sekali, tangannya melingkar di atas dadaku.
Satu yang terbersit di dalam hatiku, "Aku akan menjalani kehidupan yang baru, yang akan kulalui apa adanya. Oh.. Ravi, sepertinya kamu sengaja dikirim untuk mengisi hari-hariku agar aku tidak kesepian seorang diri."
Bersambung . . .