Sesama Pria
Tuesday, 15 December 2009
Aku dan kakek Broto - 2
"Tubuh Bapak bagus"
Tak bosan-bosan aku mengucapkan itu. Pak Broto hanya menatapku tanpa reaksi. Ku peluk tubuh itu dengan erat. Gemas sekali dengan tubuh Pakar lelaki dewasa ini. Dengan perlahan aku gigit bahunya sambil tanganku meremas dadanya. Pak Broto hanya melenguh kecil. Aku semakin berani. Ku pandangi wajahnya yang tampak sayu. Saya yakin sejak istrinya meninggal dia belum pernah melakukan hubungan sex. Kembali ku gigit bahunya. Pak Broto memejamkan matanya.
Dari balik kancing kemejanya kucoba memasukan ujung jariku. Langsung kurasakan lebatnya bulu dada disana, perlahan ku usapkan telunjuku, dan dengan berani aku copot satu kancing bajunya. Oh.. Aku sudah tak kuat lagi menahan nafsuku. Tanganku sekarang berada di dada Pakar Pak Broto. Aku seperti bermimpi bisa mengusap dan meremas dada Pakar berbulu itu.
Pak Broto kembali melenguh merasakan tindakanku. Dengan perlahan kembali ku buka kancing bajunya. Ku usap bahunya dengan lembut. Terasa hangat. Memberanikan diri ku kecup dadanya. Pak Broto ternyata tidak marah. Aku hanya mendengar dengus nafasnya semakin kencang, berkejaran dengan deru air hujan di luar sana.
Aku julurkan lidahku untuk menjilat pentil yang menantang itu. Pentil merah muda yang di kelilingi bulu membelukar. Perlahan aku usapkan lidahku di situ. Pak Broto kembali melenguh kali ini disertai cengkraman di bahuku. Kembali kujilati pentil itu, ku putar-putar lidahku disana sambil sesekali ku gigit dengan lembut. Oh nikmat sekali. Seperti anak kecil yang menemukan tetek ibunya kemudian aku hisap pentil Pak Broto dengan kuat sambil lidahku tak henti mempermainkannya. Desahan Pak Broto makin kuat.
Dan tanpa ku duga tiba-tiba Pak Broto membanting tubuhku di ranjang. Ia segera menindihku dan menyerbu bibirku dengan ciuman-ciumannya yang kasar. Aku tersentak melihat reaksinya. Sejenak aku terpana, tapi segera aku balas ciumannya. Bibirnya terasa lembut melumat bibirku dan sesekali kumisnya menusuk-nusuk pipiku. Geli sekali. Pak Broto terus menggumuliku seperti orang gila. Tapi aku merasakan sensasi yang hebat dari tindakannya. Saat ia menghisap bibirku dengan kuat aku segera menjulurkan lidahku dan ia segera melumatnya lidahnya yang basah segera menari-nari di rongga mulutku. Oh ini nikmat sekali Pak! Aku hanya bisa mencengkram punggungnya sambil meremas rambutnya.
Dengan kasar Pak Broto kemudian membuka bajuku sambil terus menciumi leherku, dan dengan ganas pula dia meremas dadaku. Aku terus menggeliat merasakan rangsangan yang hebat ini. Dan aku makin tersentak saat kurasakan lidah Pak Broto yang hangat dan basah menjilati puting susuku. Semakin kuat aku meremas rambutnya. Dan Pak Broto semakin mengila. Disedot dan digigitnya dadaku. Enath berapa tanda merah yang telah ia buat disana. Tak tahan aku segera membalikan tubuh Pak Broto sehingga Pak Broto terbanting dan kini berada di bawahku. Aku pandangi mukanya yang tampak merah karena nafsu. Sesaat kami hanya saling berpandang. Dengan lirih Pak Broto kemudian berkata.
"Maafkan Bapak, Nak. Bapak tak dapat menahan diri." Pak Broto memejamkan matanya.
"Tiga tahun Bapak tak pernah berhubungan badan lagi.. Dan Pak benar-benar tak kuat menahan rangsangan Nak Andra"
Mendengar ucapannya yang begitu lirih aku merasa tersentuh. Perlahan ku usap rambutnya yang mulai beruban. Dengan lembut ku kecup keningnya.
"Saya akan memuaskan Bapak"
Kupandangi matanya dan dengan perlahan aku mengecup matanya yang perlahan meredup. Bergeser, kucium hidungnya yang mancung, kemudian beralih ke bibirnya. Dengan lembut aku lumat bibir jantan yang di penuhi kumis itu. Pak Broto mengunakan bibirnya memberikan keleluasan pada lidahku untuk menelusuri kelembutan dan keharumannya. Kali ini Pak Broto tampak lebih bisa menahan diri.
Perlahan aku buka bajunya, Pak Broto sedikit memiringkan tubuhnya memberiku kesempatan untuk membuka bajunya yang sebenarnya sudah setengah terbuka dengan keusilanku tadi. Segera aku memeluk tubuh Pak Broto. Oh hangat sekali. Kami kembali berciuman. Tanganku terus bergerilya di atas tubuhnya dan aku merasakan tonjolan yang keras di perutku. Pak Broto kemudian menyilangkan kakinya di punggungku sementara ciuman kami semakin panas.
Kembali kutatap wajah Pak Broto, belitan kakinya mulai mengendor. Dengan lembut aku belai paha gempalnya sambil sedikit demi sedikit kulepaskan sarungnya. Kulihat Pak Broto menegadahkan wajahnya dan aku semakin senang dengan reaksinya. Belaianku semakin keatas. Aah, bulu-bulunya terasa kasar di tanganku. Sesekali dengan gemas aku remas dan cubit. Saat tanganku sampai pada kantung kasar berbulu, Pak Broto tampak tersentak. Dengan lembut aku pegang dan membelainya. Pak Broto segera mencium bibirku tak kuat menahan rangsangan yang ku berikan.
Belaianku kemudian beralih ke tugu monasnya yang benar-benar telah berdiri sempurna, besar sekali. Dengan gemas aku meremas kepalanya yang hangat dan mirip helm. Dan Pak Broto semakin keras melumat bibirku.
Ah, kontol Pak Broto mulai mengeluarkan precum. Ia benar-benar telah terangsang. Aku segera melepaskan diri dari pagutan Pak Broto. Ia tampaknya keberatan. Tapi aku hanya tersenyum melihat tatapannya. Aku segera menggeser tubuhku ke bawah sambil menyapukan lidahku di tubuh Pak Broto. Saat tiba di pusarnya aku segera menjilati sambil menusuk-nusukan lidahku di lubang pusarnya. Pak Broto langsung memberikan reaksi dengan mencengkeram kepalaku. Dan saat lidahku sampai di kontolnya desahan Pak Broto makin keras.
Dengan perlahan aku jilati helemnya dan kemudian batangnya. Terasa denyutan yang keras di sana. Kontol Pak Broto di penuhi urat-urat besar dengan batang raksasanya. Tak sabar aku segera membuka mulutku dan memasukkan jamur raksasa itu. Aku segera menyedotnya sambil memutar-mutar lidahku di kepala helmnya. Desah Pak Broto semakin kuat. Aku segera memajumundurkan kepalaku sehingga kontol Pak Broto maju mundur di dalam mulutku. Dan Pak Broto tampak nikmat sekali mengentot mulutku.
Kakinya segera memeluk tubuhku. Terasa pahanya yang gempal dan berbulu menempel di pipiku dengan ketatnya. Aku merasakan sentakan-sentakan kuat dari tubuhnya tiap mulutku menelusuri batang kontolnya. Dan cengkraman Pak Broto makin kuat begitu juga dengan desahannya yang makin memburu. Dan tak lama kemudian cengkraman itu kurasakan makin kuat disertai dengan hentakan yang kuat sehingga ujung kontolnya menyentuh kerongkonganku.
Tak lama kurasakan semburan yang kuat di mulutku. Semburan yang terus menerus. Rasa hangat menyelimuti mulutku oleh air maninya. Rasanya asin dan gurih aku segera menelannya. Tapi tak semuanya tertampung di mulutku sebagian meleleh di bibirku.
Setelah beberapa lama, semburan itu berhenti dan cengkraman Pak Broto makin mengendor. Aku segera bangkit dan memeluk tubuh Pak Broto. Pak Broto segera mencium bibirku yang belepotan spermanya kami kemudian sama-sama menikmati sperma yang tersisa di mulutku.
Setelah itu dengan kuat Pak memeluku. Ia kemudian meremas kontolku yang tak seberapa besar bila di bandingkan dengan miliknya. Aku menahan nafasku merasakan betapa lembut remasan itu. Tapi aku kemudian menarik tangannya, aku tak ingin terburu-buru karena ku tahu Pak Broto masih merasa lelah
"Kita bisa melakukannya nanti, Pak" Aku mengecup bibirnya yang dipenuhi kumis.
"Kita beristirahat dulu". Pak Broto tersenyum dan kemudian memelukku dengan hangat.
Setelah beristirahat kamipun melanjutkan permainan. Kali ini aku memasukan kontolku ke pantat kakek Broto yang di penuhi bulu. Kami melakukan itu sampai malam dan akhirnya aku pulang dengan kaki yang lunglai. Sebelum pulang kita telah membuat kesepakatan untuk bertemu lagi di saat rumah sepi. Semoga Ciput sering keluar, agar aku bisa selalu bermain sex dengan kakek broto. Tunggulah aku kakekku yang hebat!
Tamat