Sesama Pria
Monday, 21 December 2009
Petualangan anak desa
Pada usia pubernya itu secara alami Jamal mulai merasakan gejolak sex yang menggebu. Tapi dia belum berani melampiaskan nafsu birahinya itu dengan lawan jenisnya. Selain takut resiko kehamilan, kata guru ngajinya, dosa berzina adalah empat puluh tahun. Maka sejak mimpi basahnya yang pertama kira-kira dua tahun yang lalu, seperti umumnya remaja sebayanya, dia biasa merancap sedikitnya seminggu dua kali untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya itu. Akhir-akhir ini dia mulai bosan merancap, tapi dia tidak tahu cara lain yang aman, praktis serta nikmat untuk memuaskan hasrat birahinya. Kehidupan sex Jamal berubah drastis secara tidak sengaja pada suatu hari.
Siang itu dia sedang menggembalakan kambing di tepi hutan di dekat desanya. Dia ditemani Wani tetangganya siswa kelas II SMP yang baru berusia 15 tahun. Kedua remaja itu duduk berdampingan bersandar di sebuah pohon besar yang rindang. Tiba-tiba seekor kambing jantan tampak menunggangi seekor kambing betina. Jamalpun terangsang. Perangkat birahinya langsung tegang di balik celananya. "Wan, sialan tuh kambing! Bikin gue ngaceng!" katanya. Wani terkenal jahil, badung dan cuek. Dia segera memasukkan tangannya ke celah celana pendek Jamal yang longgar, lalu meraih dan menggenggam perangkat birahi Jamal yang tegang sepanjang 12 cm dengan diameter sekitar 2 1/2 cm. "Ooohh!" desah Jamal lembut merasakan nikmatnya kehangatan genggaman Wani pada batang kejantanannya itu. Jantungnya berdebar dalam perasaan tak menentu. Bingung, suka, takut, nafsu, malu dan penasaran berbaur jadi satu. Tapi dibiarkannya Wani memainkan perangkat birahinya sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kepala kejantanannya segera basah oleh cairan yang bening dan lekat.
Wani menanggalkan celananya. Seperti anak desa lainnya dia tidak pernah mengenakan celana dalam. Perangkat birahinya yang sudah tegang langsung utak-atik di pangkal pahanya. Jamal kaget melihat batang kejantanan Wani yang sangat besar untuk ukuran remaja kecil seusianya. Panjangnya mencapai 16 cm dengan diameter hampir 3 cm. Bulu kemaluannya masih halus sehingga tampak janggal dengan perangkat birahi sebesar itu. "Mal, yuk kite maen kawin-kawinan kayak kambing ntu!" ajak Wani dengan suara gemetar akibat nafsu membara. Jamal segera menanggalkan celana pendeknya. Wani menyuruhnya berdiri sambil membungkukkan badannya. Jamal menurut saja. "Jangan dimasupin ye Wan!" katanya cemas mengingat batang kejantanan Wani yang luar biasa besar itu. "Kagak!" kata Wani lalu menyelipkan perangkat birahinya di belahan buah pinggul Jamal.
Belahan buah pinggul Jamal kembang kempis seperti empot ayam menjepit-jepit batang kejantanan Wani yang terasa hangat mengganjal sehingga Wani mendesah lembut merasakan nikmat. Naluri Wani membuatnya segera menggoyang pinggulnya menggesek-gesekkan batang kejantanannya sambil mengocok batang kejantanan Jamal dalam irama gerak yang sama. Makin lama makin cepat. Wani tidak mampu lagi membendung luapan birahinya. Tubuhnya gemetar, kakinya kejang lalu dia terkulai lemas di atas tubuh Jamal dengan nafas tersengal-sengal sementara batang kejantanannya berdenyut mengeluarkan semburan demi semburan air maninya yang kental kekuningan membasahi buah pinggul Jamal.
Merasakan hangatnya luapan birahi Wani yang membasahi tubuhnya, Jamalpun tidak sanggup lagi mengendalikan gejolak birahinya. Perangkat birahinya segera berdenyut dalam genggaman erat tangan Wani mengeluarkan air maninya yang pucat dan encer membasahi kepala kejantanannya yang merah kebiruan. Lama kedua remaja itu terkulai lemas bertindihan menunggu denyut kenikmatan mereka pelan-pelan berakhir.
Nafsu birahi remaja memang luar biasa. Meskipun baru saja mencapai puncak kenikmatan birahi yang meletihkan batang kejantanan mereka masih tetap tegang siap tempur. "Sekali lagi yuk!" ajak Jamal ketagihan. Wani tak menolak. Dia segera berbaring terlentang dan menyuruh Jamal menindihnya lalu menyelipkan alat kelaminnya di selangkangannya. Jamal menurut. Dilumurinya batang kejantanannya dengan ludah lalu dia menindih remaja kecil itu sambil menyelipkan batangkejantanannya di natara paha temannya yang lebih muda itu.
Wani langsung merapatkan kedua pahanya menjepit erat batang kejantanan Jamal sehingga remaja yang lebih tua itu mengerang merasakan nikmat yang tiada tara. Jamal segera menggoyang pinggulnya memompa batang kejantanannya menggesek-gesek paha Wani yang ramping, mulus, coklat mengkilat agak kehitaman. Makin lama makin cepat. Nafas keduanyapun mendengus-dengus seperti lokomotif tua. "Oooh Wwaann! Aduuhh Wwaann! Aduduuhh Wwaann!" rengek Jamal melambung dalam kenikmatan dahsyat yang belum pernah dirasakannya seumur hidupnya. Wani terpejam-pejam dalam kenikmatan ganda. Dia merasakan geli ngilu yng nikmat luar biasa setiap kali kepala kejantanan Jamal menyentuh dan menggelitik kantung zakarnya sementara batang kejantanannya yang mengganjal terjepit erat di antara perut mereka ikut tergesek-gesek dalam geli ngilu yang nikmat luar biasa.
Jamal menggiatkan goyang pinggulnya menggesek-gesekkan perangkat birahinya di selangkangan Wani. Tidak lama kemudian dia menggigil, kakinya kejang. "Wwaann, gue pengen keluar nih! Gue pengen keluar nih!" rengeknya manja. Sambil memeluk Wani kuat-kuat didesaknya batang kejantanannya sedalam-dalamnya di selangkangan temannya yang lebih muda itu lalu dia terkapar lemas di atas tubuh Wani dengan nafas terputus-putus sementara batang kejantanannya berdenyut-denyut memuntahkan luapan birahinya di atas paha dan kantung zakar Wani. Merasakan hangatnya air mani Jamal mengalir membasahi tubuhnya, sekali lagi Wani mengeluarkan air maninya membanjiri perutnya. Kedua remaja itu berpelukan erat bertumpang tindih membiarkan denyut kenikmatan mereka akhirnya berhenti.
Setelah itu keduanya membersihkan diri di sungai lalu mengenakan pakaian mereka kembali. "Enak ye Mal!" kata Wani. Jamal tidak segera menjawab. Agaknya dia masih "shock" merasakan kenikmatan dahsyat yang belum pernah dialaminya seumur hidupnya. "Wan, ini rahasia kita bedua ya!" katanya, takut kalau temannya itu akan bercerita pada orang lain. Wani berjanji akan merahasiakan permainan nikmat yang meletihkan itu. Menjelang matahari terbenam, kedua remaja itupun kembali ke rumah masing-masing sambil menggiring kambing gembalaan mereka.
Dua hari kemudian, menjelang sore, Jamal dan Wani mandi di sungai bersama dua orang teman lain. Udin, siswa kelas II SMP yang berusia 14 tahun dan Ipang, remaja putus sekolah yang berusia 15 tahun. Selama ini, sebenarnya mereka terbiasa mandi bersama di sungai bertelanjang bulat. Tapi kejadian nikmat dua hari sebelumnya membuat Jamal dan Wani bereaksi melihat batang kejantanan teman-temannya itu. Batang kejantanan keduanya langsung tegang penuh utak-atik di selangkangan mereka. Udin dan Ipang tidak memperhatikan dan tidak menyadari hal itu.
Keduanya asyik bernang berkejaran, bermain air saling menciprati lalu bergumul mencoba menenggelamkan satu sama lain. Jamal dan Wani segera bergabung dalam permainan itu. Jamal memeluk Udin, sementara Wani memeluk Ipang. Keempatnya bergumul dalam permainan air seperti yang biasa mereka lakukan.
Udin yang pertama kali menyadari ada yang lain dalam permainan kali ini. Dia merasakan ada kehangatan yang mengganjal di tubuhnya. Batang kejantanannya yang beradu dengan batang kejantanan Jamal yang sudah tegang tergesek-gesek dalam geli ngilu yang nikmat luar biasa sehingga pelan-pelan membesar tegang penuh sepanjang 10 cm dengan diameter sekitar 2 cm. Dia diam saja ketika Jamal menyandarkan tubuhnya di sebuah batu besar di tepi sungai lalu menindihnya tanpa berhenti menggesek-gesek batang kejantanan mereka yang beradu dan terjepi erat di antara perut mereka.
Sesekali dia mendesah sambil menggelinjang menahan geli ngilu yang nikmat pada batang kejantanannya. Meskipun sudah mengalami mimpi basah, Udin belum pernah merancap karena pada usianya itu dia belum merasakan gejolak birahi yang menggebu. Tapi dia paham apa yang terjadi dan dengan jantung berdebar menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jamal semakin semangat menggoyang pinggulnya mengegsek-gesek batang kejantanan mereka. Tiba-tiba dia menggigil, kakinya kejang lalu dia memeluk Udin kuat-kuat agar tubuh mereka makin rapat menjepit erat batang kejantanan mereka. Lalu dia terkapar lemas di atas tubuh remaja kecil itu dengan nafas tersengal-sengal sementara batang kejantanannya berdenyut menyemburkan air maninya membasahi perut Udin. Luapan birahi Udinpun terpancing.
Dia merasa seperti ingin kencing. Lalu batang kejantanannya yang mungil itu berdenyut mengeluarkan cairan yang pucat encer dalam suatu kenikmatan dahsyat yang belum pernah dia rasakan. Kedua remaja itu terkulai lemas bertumpang tindih membiarkan denyut kenikmatan birahi mereka akhirnya berhenti.
Sementara itu, Wani dan Ipang juga sedang asyik saling memberikan kenikmatan pada satu sama lain.. Wani tidak mendapatkan kesulitan mengajak Ipang merancap bersama, karena Ipang juga sering merancap sendiri. Sambil menonton pergumulan Jamal dan Udin, keduanya duduk bersandar di pohon saling mengocok batang kejantanan satu sama lain dalam irama gerak yang sama Melihat kedua teman mereka sudah mencapai puncak kenikmatan birahi, keduanya juga mengeluarkan air mani masing-masing nyaris bersamaan dalam genggaman erat satu sama lain. Keduanya terkapar lemas berdampingan menunggu denyut kenikmatan itu pelan-pelan berakhir. Lalu keempat remaja yang sudah tidak lugu lagi itu mandi di sungai membersihkan tubuh mereka yang berlumuran air mani.
Keesokan malamnya, mereka berempat berkumpul di ladang jagung ayah Udin. Kebetulan malam itu bulan purnama, dan seperti biasa, anak-anak di desa bermain di luar rumah. Mereka duduk di dangau di tengah ladang membentuk setengah lingkaran. Wani membawa potongan koran yang berisi berita tentang kasus sodomi di Tasikmalaya. "Eh mau nggak lu pade nyobain main dari belakang kayak begini!" katanya. "Ogah ah! Pasti sakit!" sahut Udin cemas membayangkan batang kejantanan Wani yang besar itu memasuki saluran pelepasannya. "Gini deh! Lu yang masupin ke bo'ol gue!" bujuk Wani.
Batang kejantanannya tampak sudah tegang menonjol di balik kain sarungnya. "Iya deh!" Udin terbujuk. Wani berbaring di lantai dangau itu sambil menyingkap kain sarungnya. Batang kejantanannya terlihat utak-taik siap tempur. Direntangkannya kakinya. Udin menanggalkan celana pendeknya lalu menindih remaja yang lebih tua itu sambil mencoba memasukkan perangkat birahinya ke lubang dubur temannya itu. Meskipun batang kejantanan itu mungil, ternyata tidak semudah itu. Wani meringis menahan sakit ketika kepala kejantanan Udin menguak lubang duburnya. "Ssshh, pelan-pelan Din!" bisiknya. Udin mendesakkan batang kejantanannya perlahan-lahan. Akhirnya berhasil juga. Batang kejantanannya menggeleser di sepanjang saluran pelepasan Wani. "Ooohh!" dia mengerang merasakan nikmatnya kehangatan jepitan saluran pelepasan Wani pada batang kejantanannya.
Wanipun melambung dalam kenikamatan merasakan kepala kejantanan Udin menggelitik dinding saluran pelepasannya. "Kompa Din!" bisiknya. Udin menurut. Dia meggoyang pinggulnya maju mundur memompa batang kejantanannya menggesek-gesek saluran pelepasan temannya. Makin lama makin cepat. Dia belum pernah merasakan kenikmatan yang dashyat seperti itu. Apalagi saluran pelepasan Wani kembang kempis menjepit-jepit batang kejantanannya. Dia tidak ingin segera mengakhiri kenikmatan itu. Setiap kali dia merasa seperti ingin kencing, dia berhenti sejenak menggoyang pinggulnya.
Sementara itu, Jamal dan Ipang bereksperimen dengan cara yang berbeda. Mereka ber-69 saling menghisap batang kejantanan satu sama lain dalam irama gerak yang sama. Gagasannya datang dari Jamal yang pernah membaca tentang oral sex di rubrik konsultasi sex di sebuah majalah. Awalnya Ipang enggan melakukan itu. "Ah, gile lu Mal! Masa' kontol taro di mulut?" katanya. Tapi setelah merasakan kenikmatan yang tiada tara ketika Jamal mulai menjilati lalu menghisap batang kejantanannya, diapun menyerah. Logikanya, karena alat kelamin mereka serupa, apa yang nikmat bagi dirinya tentu akan nikmat pula bagi temannya. Dia menggelinjang merasakan geli ngilu yang nikmat luar biasa. Kepala kejantanannya yang merah kebiruan itupun basah oleh cairan yang bening lekat. Dia mengubah posisinya mendekati selangkangan Jamal, lalu segera memasukkan batang kejantanan temannya itu ke mulutnya dan mennyedotnya dengan penuh perasaan seperti sorang anak balita menyedot botol dot susu.
Di sbereang mereka, Udin masih tampak asyik memompa batang kejantanannya di sepanjang saluran pelepasan Jamal, sementara Wani terpejam-pejam dalam kenikmatan ganda. Dia merasakan kehangatan yang mengganjal di sepanjang saluran pelepasannya sementara batang kejantanannya yang terjepit erat di antara perut mereka ikut tergesek-gesek dalam geli ngilu yang nikmat luar biasa. Tiba-tiba Udin gemetar, tubuhnya kejang lalu nalurinya membuatnya segera mendesakkan perangkat birahinya yang mungil itu sedalam-dalamnya ke lubang dubur Wani.
Sambil mengerang kenikmatan dipeluknya Wani kuat-kuat lalu dia ambruk terkulai lemas di atas tubuh temannya itu dengan nafas terpuus-putus sementara batang kejantanannya mengeluarkan semburan demi semburan air maninya memenuhi lambung Wani. Hangatnya luapan birahi Udin di dalam tubuhnya memancing ledakan birahi Jamal. Batang kejantanannyapun langsung berdenyut menyemburkan air maninya yang kental kekuningan membanjiri perutnya. Lama kduanya berpelukan erat bertumpang tindih menunggu redanya denyut kenikmatan birahi mereka.
Pada saat yang bersamaan, Jamal dan Ipangpun sampai pada puncak kenikmatan birahi mereka. Jamal yang berada di bawah hampir tersedak menerima luapan air mani Ipang dalam mulutnya. Tapi dia segera mampu mengendalikan situasi. Tanpa ragu direguknya sebagian air mani Ipang yang putih kental dan terasa agak asin itu. Sebagian lagi tumpah mengalir di pipinya. Lalu dia sendiri melepaskan air maninya dalam mulut temannya. Tapi Ipang cukup sigap. Dia melepas batang kejantanan Jamal tepat waktu sehingga batang kejantanan Jamal utak-atik menyemburkan air maninya tanpa arah, mengenai dada dan perut Ipang dan membasahi perutnya sendiri. Ipang segera meraih batang kejantanan temannya itu lalu mengocoknya seolah ingin menguras habis sisa air mani dari dalam tubuh temannya itu.
Semalaman keempat remaja itu bergantian, bertukar pasangan, saling memberi kepuasan dan kenikmatan pada satu sama lain. Malam itu sedikitnya masing-masing tiga kali mengeluarkan air mani mereka. Lewat tengah malam barulah mereka tertidur dengan tubuh yang letih dan lemas, namun dalam perasaan puas dan senang. Permainan baru itu jelas memperkaya kegiatan hiburan bagi mereka di desa yang terpencil itu.
Sejak saat itu, Jamal, Wani, Udin dan Ipang tidak pernah melewatkan peluang untuk bermain adu titit. Mereka mengajak teman-teman yang lain untuk bersedap-sedap mengadu batang kejantanan dan tanggapan teman-teman cukup positif. Mereka mencoba cara-cara lain untuk saling memuaskan, misalnya dengan saling menghisap titit satu sama lain (ber-69); saling mengocok titit satu sama lain sampai keluar air mani bersama-sama; menjepitkan titit di paha teman lalu memompanya sampai air mani mereka keluar.
Anak-anak itu sadar bahwa maen adu titit adalah cara yang paling praktis, aman dan nikmat bakal muasin nafsu birahi die pade. Die pade bisa ngerasain kenikmatan sex sepuasnya tanpa resiko kehamilan. Lagian, ennaakk gila! Die pade juga tahu bahwa titit tuh emang buat dimaenin. Sayang pan kalo titit tuh cuman dipake bakal kencing doangan. Nah, masa' lu remaja metropolitan pade kalah ame anak-anak desa? Coba deh ajakin teme lu pade untuk ngerasain nikmatnye maen adu titit. Dijamin deh, langsung ennaakk! Kalo kagak percaya, jajal aje! Pasti lu pade ketagihan. Nah, selamet nyobain deh. Inget aje ame pepatah "Banyak semak di jalan sempit, si Amin jualan gunting; paling enak maen adu titit, dijamin kagak bakal ade yang bunting!".
Tamat