Kisah cinta pertamaku

Aku mengenal Yayan melalui sebuah situs di internet. Malam Sabtu kucoba menghubungi Yayan via telpon, dan kami sepakat untuk bertemu esok harinya. Hari itu Sabtu, matahari agak enggan memancarkan sinarnya, namun aku berjalan dengan langkah pasti menuju sebuah mall. Pukul 13.00 aku sampai di mall dan kuhubungi Yayan kalau aku sudah stand by menunggunya, Yayan menjanjikan akan menemuiku 10 menit mendatang. Ada perasaan cemas dan berdebar-debar selama penantian itu, kupandangi setiap cowok yang masuk mall itu satu-persatu, dan merasa cemas jika melihat cowok yang biasa saja dan berharap dialah Yayan kalau melihat cowok yang keren, kawatir kalau wajah Yayan tidak seperti yang kuharapkan.

Setengah jam aku menunggu sampai akhirnya kudengar suara lembut dan macho menyapaku.
"Selamat siang, kamu Lucky ya..?"
Yayan dapat mengenaliku karena aku menyebutkan ciri-ciriku saat menelponnya tadi. Aku menoleh, kupandangi tubuhnya dari rambut sampai ke ujung kaki.
"Ini pasti Yayan." tebakku dalam hati.
Tingginya 160 cm, badan atletis, dan rambut hitamnya dipotong cepak, alisnya cukup tebal hampir menyatu satu sama lain, dan sorot matanya cukup tajam.
"Gila, keren Man..!"
Aku semakin mengaguminya saat Yayan tersenyum. Giginya yang putih berbaris rapih dan bibirnya uuh.., sensual, begitu lembut.
"Ya, saya Lucky, kamu Yayan ya..?" hanya itu jawabanku membalas sapaan Yayan.
Tidak lama kemudian kami sudah berada dalam restaurant menikmati es kelapa muda. Setiap Yayan yang duduk di depanku bercerita, aku mencoba mengamati lebih detail tekstur wajahnya, dan aku selalu melambung tinggi saat menikmati senyumnya yang menawan. Dari pembicaraan itu kami merasa banyak persamaan dalam banyak hal, dalam cinta dan kasih sayang.

Sampai sore kami berada di mall itu, sempat juga mampir ke warnet untuk akses situs tentang dunia gay. Selama berjalan-jalan di mall, sering kurangkul pundak Yayan (aku sedikit lebih tinggi dari Yayan), dan sepertinya Yayan menikmatinya. Kami tidak perduli tatapan curiga beberapa orang, yang penting kami suka, yang penting kami menikmatinya, yang penting kami bahagia. Kami melihat beberapa atraksi di mall itu, aku yang berdiri di belakang Yayan melingkarkan tanganku di leher Yayan. Duh indahnya bisa memeluk Yayan di depan umum.
Ingin kuberteriak, "Wahai dunia, lihatlah aku dan Yayan, betapa serasinya kami, betapa saling men-Yayang-inya kami."

Jam 19.00 kami sampai di tempat tinggalku. Kubiarkan Yayan mandi duluan. Selesai aku mandi, kulihat Yayan sudah berpakaian rapih telentang di ranjang. Kulepas handukku, telanjang bulat, dan kukenakan pakaianku satu-persatu di depan mata Yayan. Aku berharap Yayan menikmati tingkahku. Selesai berpakaian, kulihat Yayan tersenyum manis di atas ranjang, kelihatannya Yayan kelelahan.

Kurebahkan tubuhku di samping Yayan dengan posisi telungkup, dengan kepalaku kuletakkan di dadanya dengan wajah menghadap ke wajahnya, dan tanganku memeluk tubuhnya. Tanganku mulai membelai rambutnya, jari tanganku mengelus setiap tempat di wajahnya. Aku mulai menjilati dagunya yang bersih. Yayan memejamkan matanya mencoba menikmati panasnya lidahku. Nafasnya yang juga panas menerpa wajahku. Tidak lama kemudian bibirku mendarat di bibirnya, Yayan menyambutnya. Kurasakan lidahnya menari-nari menggapai setiap sudut di mulutku. Nafasku hampir terputus menikmati permainannya. Sepertinya Yayan memang sangat ahli dalam seni berciuman.

Tangan Yayan mulai mengelus tongkat yang keras di selangkanganku. Kubuka semua pakaian yang melekat di tubuhku. Yayan dengan tidak sabar mengulum, menjilat, dan menyedot kejantananku. Batangku yang sudah tegang maksimal masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Kami melakukan semuannya dengan berbagai gaya dan saling bergantian. Hampir selama 1 jam kami terbius dalam permainan itu. Uh nikmatnya, uh indahnya, sampai kurasakan tubuhku mengejang, dan cairan putih tersembur dari kejantananku. Yayan mengusap cairan yang jatuh di dadaku ke seluruh tubuhku. Aku yang begitu lelah mencoba bangkit untuk memberikan kenikmatan yang tertinggi kepada Yayan. Dan aku berhasil, Yayan mengerang, mengejang dan uh, cairan itu tersembur dengan dahsyatnya memancar ke udara.

Jam 6 pagi aku bangun, dan kulihat Yayan sudah mandi. Aku malu juga karena aku terlambat bangun. Kuambil handuk dan segera mandi. Selesai mandi, aku yang hanya mengenakan handuk melihat Yayan sedang menyisir rambutnya di depan kaca. Kupeluk Yayan dari belakang dan di kaca kulihat 2 wajah yang sama-sama tampan. Begitu sempurna, begitu serasi.
Pelukanku bertambah erat, dan kubisikkan di telinganya, "Yayan aku sayang kamu."
Yayan tersenyum manis, "Aku juga, aku sayang kamu."
Oh indahnya. Kujilati leher Yayan yang ada di depanku.

Batang kejantananku yang tepat menyentuh pantatnya kugerakkan maju mundur dan memutar. Yayan bergerak memutar dan erotis menikmati apa yang kulakukan. Yayan membalikkan badannya dan mencium, mengulum bibirku.
"Sudahlah, aku harus pulang dulu, ada pekerjaan yang harus kuselesaikan."
Ok, aku mengenakan semua pakaianku.
"Lucky, aku pamit dulu ya..!" pamit Yayan kepadaku.
Ok, tapi batangku kayaknya juga mau mengantarmu pulang. Kubuka resleting celanaku, dan Yayan mengulumnya.
"Kita berpisah dulu ya sayang..!" kata Yayan seakan ditujukan ke batangku.
Yayan sekali lagi mencium batangku. Terakhir Yayan mengatakan, "Lucky, aku sayang kamu..!"
"Aku juga..!" jawabku lirih.

Lama aku dan Yayan tidak bertemu, dan kami hanya komunikasi lewat telpon. Inilah email pertamaku setelah pertemuanku dengan Yayan:
Yan, aku kayaknya udah jatuh cinta deh ama kamu. Kamu adalah cowok cinta pertamaku. Ingin rasanya selalu berdua denganmu. Ingin rasanya kuberitahukan kepada dunia kalau engkau milikku, milikku selamanya, saling mengerti dan men-Yayang-i. Bolehkah aku tahu Yan, apakah engkau merasakan hal yang sama? Salam cup pipi kanan, kiri, bibir, dan "kejantananmu".

Kemudian Yayan membalas emailku:
Loha Lucky, pa kabar nih, baik kan? Ok langsung aja deh, semenjak kamu pertamakali ketemu aku, apakah di hati kamu ada rasa untuk ketemu aku lagi, dan terus kenapa ko baru aja kamu kenal aku kamu udah memberi keputusan yang membuat aku jadi hikk.. jadi kepengen malu ahht Lucky. Bagiku sekarang tak akan men-Yayang-i seseorang dengan tulus karena aku merasa takut akan sakit di kemudian hari nanti. Peluk hangatku hanya buat Mas Lucky aja deh.

Kami juga banyak komunikasi lewat telpon, dan Yayan mengatakan kalau tidak dapat mencintaiku dengan tulus, kemudian kubuat email ke Yayan:
Aku nggak tahu apakah katamu untuk tak mau men-Yayang-iku (men-Yayang-i seseorang) dengan tulus berlaku untuk selamanya. Tapi aku berharap sih kamu akan merubah komitmenmu itu, karena aku sih pinginnya menyayagimu dengan tulus, kalau kamunya enggak terus gimana donk?

Yan, kamu pernah cerita kalau kamu pernah punya pacar cewek, berarti kamu cenderung bisek donk? Benar kan kesimpulanku? Kalau aku sih memang bisek, suatu saat entah kapan, inginnya sih tetap married, tapi jangan kawatir itu masih lama kok. Dan kalaupun sudah married saya rasa saya bisa kok membagi cintaku untuk kamu, karena hakekatnya saya juga menikmati hubungan dengan cowok, dan saya rasa ini akan berlaku untuk selamanya. Tapi semua terserah kamu, kalau saya sih ya udah deh kita jalani aja apa adanya, men-Yayang-i kamu, mencintaimu, kubiarkan hidup dalam khayalan-khayalan bersamamu, mencoba memberikan yang terbaik untukmu dan menjaga perasaan kamu.

Yan, kamu jahat deh, bayangin aja tiap hari bayangan kamu selalu menggodaku, bahkan konsentrasiku agak buyar gara-gara kamu, terus kita udah sepakat mau ketemu sabtu eh tiba-tiba kamunya nggak bisa, gila aku kangen banget lho, inginku memelukmu, ingin kusandarkan kepalaku di dadamu, kemudian engkau membelai kepalaku, betapa indahnya.. Untuk sabtu ini aku bisa lah ngerti urusan kamu, tapi awas lho kalau minggu depan begitu lagi aku nggak tahu harus apakan kamu! Moga engkau mau mengerti perasaanku terhadapmu. Thank's berat deh.

Dan inilah jawaban Yayan:
Mas Lucky, makasih yah semuanya Yayan jadi malu nih, maaf yah kemarin aku nggak bisa datang ke tempat Mas Lucky. Mas Lucky untuk sementara ini aku mohon janganlah kita bermuluk-muluk dulu yah, karna aku takut di kemudian hari hatiku ini sakit kembali. Mas Lucky pasti mengerti akan keadaan diriku saat ini. Oh iyah Mas, hubungan kita tak mungkin akan selamanya bisa berjalan, karna aku sadar diantara kita tak mungkin akan selamanya bisa saling memiliki, karna suatu hari aku juga harus menikah dengan wanita karna demi orangtuaku dan juga kebaikanku.

Makanya kalu Mas Lucky menganggap aku bisek boleh aja, karna memang selain cowo aku pun pernah merasakan cewe ko Mas Lucky, jadi aku mohon Mas Lucky janganlah terlalu berharap lebih dulu dari aku kalu Mas Lucky cuma sayang sama Yayan makasih sekali ada yang merhatiin, tapi kalu untuk bisa saling memiliki itu tak mungkin kan Mas? Janji loh Mas cuma Yayan yang ada di hati Mas. Mas, makasih atas segalanya peluk hangatku buat Mas Lucky aja seorang. Dadah yah, sayang sekali lagi cinta tak selamanya bisa saling memiliki kan Mas?

Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba Yayan membuat email seperti ini:
Bukan niat hati ini untuk menyakiti hatimu Mas, mengertilah akan diriku saat ini kalu sekarang aku belum bisa memberikan apa yang Mas harapkan. Mas pasti ngerti deh, karna untuk saat ini jujur saja Yayan masih men-Yayang-i orang yang dulu pernah ada di hati ini, kalu memang Mas Lucky mau memutuskan hubungan ini ngga apa-apa ko, aku ngga marah. Tapi yang jelas untuk saat-saat ini hatiku ini belum bisa untuk menduakan dia, maafkan aku Mas.

Bukan niat hati untuk menghindar darimu, aku juga sayang kamu, tapi sayangku ini tak selamanya bisa kukatakan selamanya aku akan sayang sama dia hanya dia yang selalu ada di hatiku ini. Biarlah hidupku selamanya begini tanpa ada seorang yang mengerti aku, selamat tinggal kekasih, maafkan segala apa kekuranganku, anggap saja pertemuan kita hanyalah mimpi belaka. Kenapa aku berkata dan memutuskan begini, karna dalam kamus hidupku aku akan selalu setia walaupun aku harus sakit hati Mas. Maafkan aku yah, selamat tinggal sayang..

Aku tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini, kucoba hubungi Yayan lewat telpon, tetapi sepertinya Yayan tidak lagi mau menemuiku. Akhirnya kubuat email seperti ini:
Yayan sayang, keputusanmu jauh diluar dugaanku. Aku baru sadar kalau aku terlalu memaksamu. Aku baru mengenal dunia kita ini, sudah sekian lama aku berharap mempunyai teman seperti kamu, dan kini ketika aku kenal kamu, aku merasa berada di puncak kebahagianku. Sorry banget aku kilaf.

Yan, aku hargai cinta kamu padanya, cuma please jangan kau putuskan hubungan kita. Aku mengerti kok keadaanmu. Ok, aku nggak akan meminta kau jadi pacarku, but sekali lagi tolong jangan putuskan hubungan kita. Kita berteman saja. Teman berbagi rasa. Kamu masih mau menerimaku kan? Kau tau betapa aku sayang kamu Yan? Izinkan aku mendengar suaramu. Izinkan aku men-Yayang-imu. Izinkan aku menikmati kebahagianku bersamamu. Maafkan aku sayang.

Kau tahu betapa aku selalu merindukanmu, aku nggak bisa tidur sebelum mendengar suaramu. OK, selama ini kamu nggak mau menerima telponku, aku berharap kamu masih punya waktu dan masih punya rasa sayang untuk membalas email ini. Aku hanya berdo'a semoga engkau berubah pikiran. Kutunggu balasanmu sayang.

Lama emailku tidak dijawab oleh Yayan, dan akhirnya kutulis lagi email ke Yayan:
Yan, tolong bicara donk. Aku kan udah minta maaf, dan aku menyadari kesalahanku. Dosa lho memutuskan hub temen. Yayan sayang, engkaulah orang pertama yang mengisi hatiku. Darimu aku banyak mengenal arti kata sayang. Rasa sayang tak selamanya harus memiliki. Yayan, demikian juga aku, walaupun engkau mencoba untuk menghindar dariku, namun rasa sayangku tetap kusimpan dalam hatiku. Bahkan sampai detak jantungku ini berhenti, setulusnya dan selamanya aku men-Yayang-i dirimu.

Yayan, sabtu depan, 29-Sep-2001, aku mau ke mall, jam 13.00 sampai 14.00. Aku akan menunggumu di tempat pertama kali kita ketemu. Aku ingin bernostalgia dengan kenangan manis bersamamu. Aku nggak memintamu untuk datang, tetapi aku akan bahagia sekali jika engkau bisa menemaniku. Yan, aku mengharapkan sekali kata ma'afmu. Tolong balas email ini yach sayang.

Aku begitu merana menerima kenyataan ini. Yayan dimana engkau. Cintaku hanya untukmu sayang, datanglah padaku. Semoga Yayan membaca cerita ini.

Tamat