Sesama Pria
Monday, 21 December 2009
Mengapa kau lakukan semua ini
"Aku tunggu di Mc. Donald Plasa Tunjungan 1, okay..?" jawab Rudy dengan semangat.
Pembicaraan mereka terhenti sampai disitu. Menunggu jam berjalan begitu lama, Rudy sudah tidak sabar ketemu dengan pujaan hatinya yang baru dikenalnya 2 minggu lalu.
Aldy.., sebuah nama yang membuat Rudy benar-benar lupa daratan. Membuat dia susah tidur, susah makan dan susah segalanya. Yang ada hanyalah bayangan Aldy. Aldy sudah bekerja dan terbilang dia adalah seorang pria yang cukup sukses di usianya yang menginjak 25 tahun.
Rudy.., seorang remaja, berumur 18 tahun dan baru lulus dari SMA tahun ini. Dia cakep dan imut sekali wajahnya. Kalau boleh berkomentar, wajah Rudy begitu inocent (polos) yang membuat orang untuk gemas melihatnya. Kalau mereka berjalan berdua ke Plasa, tampak serasi sekali. Seperti kakak adik.
Rudy mengenal Aldy dari temannya saat dia diajak temannya ke Plasa Surabaya (Delta Plasa). Saat itu temannya yang bernama Alex, bertemu dengan Aldy, lalu terjadi obrolan singkat yang intinya Aldy tertarik kepada Rudy, dan Rudy benar-benar jatuh hati kepada Aldy.
"Duh lamanya Mas Aldy.." gerutu Rudy saat dia menunggu hampir setengah jam di Mc. Donald.
Burger yang dipesannya sudah habis, tapi sang arjuna yang ditunggunya belum datang juga.
"Kemana sih Mas Aldy.." belum sempat dia melanjutkan gerutunya..
"Hallo Dik Rudy.. maaf deh, Mas telat. Mas harus selesaikan tugas kantor bentar.." suara Aldy mengejutkan Rudy.
"Hemm.." sambut Rudy cemberut.
"Kok cemberut sih Dik, jelek lho.., lagian Mas kan udah minta maaf, maaf ya..?" sambil tangannya menjabat tangan Rudy.
"Iya deh.. Rudy maaf'in.." jawab Rudy tersenyum manis.
"Pesen lagi Dik.., ayam atau buger..?" Aldy menawari Rudy.
"Nggak deh Mas.., Rudy udah kenyang, Mas aja yang makan.." jawabnya.
"Mas belum lapar Dik, kalo gitu kita keluar yuk..!" Aldy menawari kegiatan.
Mereka berdua keluar dari Mc. Donald.
"Kemana ya Mas..?" tanya Rudy.
"Terserah.. mau jalan-jalan dulu atau langsung jalan keluar terserah Adik donk.." jawab Aldy.
"Kita puter-puter Plasa aja dulu Mas.., siapa tau ada barang bagus tuk dibeli."
Mendekati Café Toscana, mereka dilirik sepasang mata yang indah.
"Hei Aldy.." sapa suara dengan mata indah itu.
"Hei.., Alvin, gimana kabar ama siapa neh?" tanya Aldy.
"Ama teman.. tuh di pojok.." jawab Alvin sambil tangannya menunjuk seorang bule di bangku pojok.
"Wah.. jadi guide neh ceritanya.. ee, kenalkan Adikku.. Rudy." kata Aldy sambil mengenalkan Rudy.
"Hai, Rud.. kamu pacarnya Aldy ya..? Yang keberapa nih Al..?" tanya Alvin selengek'an.
"Ngaco kamu.. udah ah, tuh bule kamu kasian sendiri, ntar diembat orang lho.. lagian aku mau jalan-jalan, pengen romantis neh.." kata Aldy sebelum mengakhiri pembicaraan.
"Okay deh.., yuuk ya, hati-hati.. bye-bye.." Alvin memberi senyum khas dia yang begitu manis.
"Ke rumah Mas yuk..!" Aldy coba tawari ke Rudy.
"Apa nggak ganggu keluarga Mas Aldy..?" tanya Rudy.
"Santai aja, rumah lagi sepi kok, dan Mas ingin kita berdua bermesra.." kata Aldy.
Rudy pun mengangguk kepala tanda setuju, dan mereka pun meluncur ke arah Surabaya Barat. Perasaan Rudy sudah tidak karuan, pikirannya bercampur jadi satu, antara ingin bercinta dengan kekasih tercinta dan rasa takut karena dia belum pernah melakukan seks sebelumnya. Apa yang harus dia lakukan.., itu yang selalu mengganggu pikirannya. Keinginan untuk dibelai, dicumbu, disayang, dimanja.. berdua dengan Aldy. Lain halnya dengan Aldy, dia tampak santai dengan keadaan seperti itu. Dia bahkan berharap sekali dapat segera menikmati tubuh orang yang mencintainya. Bermesra, bercanda.. seperti yang pernah dilakukannya kepada mantan-mantan pacarnya yang masih muda.
"Masih jauh Mas..?" tanya Rudy membuka keheningan.
"Lumayan lah.. paling 10 menit lagi, pernah ke daerah Wiyung?" tanya Aldy sambil tangannya memencet radio tape di mobil.
"Lagu ini Mas.. ini enak banget, begitu romantis.." kata Rudy saat gelombang menemukan lagu nostalgia.
"Nah.. kita hampir sampai Dik.." kata Aldy.
"Aku takut Mas.." suara Rudy pelan saat dilihatnya rumah indah yang asri.
"Masuk Dik.. santai aja, sepi kok.." Aldy menawari dengan sopan.
"Terima kasih Mas.."
"Wow.. rumah yang sederhana tapi begitu asri dan bersih. Perabotan yang tampak mewah dengan garis ornamen artistik.." decak Rudy saat dia masuk rumah Aldy.
Rasa minder, sungkan, malu bercampur dipikiran Rudy.
"Duduk Dik.." Aldy mempersilakan duduk di ruang TV.
"Pernah liat film Gay dan pengen liatnya?" tanya Aldy.
Yang hanya dijawab Rudy dengan menggeleng kepala, "Gak usah Mas.. Rudy kurang suka liat.." jawab Rudy.
"Kalo' gitu.. gimana kalo' konsernya Anggun waktu di Jakarta.. katanya suka Anggun ya?" Aldy mencoba menawari yang disambut dengan anggukan Rudy.
"Duduk sini Dik, sandar di dada Mas.." kata Aldy sambil tangannya menarik dan memeluk Rudy dari belakang.
Rudy pun bersandar di dada bidang Aldy sambil mereka berdua menikmati sajian musik dari VCD Anggun saat konser di Jakarta. Rasa takut dan gemetar menyelimuti Rudy, dada dia berdegup kencang dengan keadaan seperti itu. Mereka berdua tampak mesra dan pasti membuat iri bagi orang yang melihatnya. Tangan Aldy dengan lembut membelai kepala Rudy, sedang tangan kirinya erat memeluk tubuh Rudy.
"Harum sekali Dik.. pake parfum apa neh..?" tanya Aldy saat dia mencium leher Rudy.
"Biasa kok Mas, parfum murah.. splash cologne.." jawab Rudy sambil mengernyitkan badannya karena geli.
"Kenapa Dik..? Geli ya.. geli atau terangsang?" goda Aldy.
Rudy tidak dapat menjawab, dia begitu terlena dengan sikap Aldy yang begitu mesra merangsang leher Rudy. Aldy dengan lembutnya memberi nafas panas ke leher Rudy, yang membuat Rudy begidik geli..
Semakin dipeluknya tubuh Rudy, semakin panas juga tubuh Aldy. Tidak hanya leher saja yang dirangsang. Tangan Aldy pun mulai menjalar ke dada Rudy. Rudy hanya mampu menggeliat, dia begitu menikmati rangsangan yang baru pertama dirasakannya dari orang yang dicintainya.
"Mas.. Rudy belum pernah melakukan ini Mas.. Rudy takut Mas.." kata Rudy disela-sela nafasnya yang menahan rangsangan.
"Tenang aja Sayang.. Adik diam aja, biar Mas yang ajari Adik.. enak kan Sayang..?" kata Aldy sambil tangannya membuka t-shirt yang dikenakan Rudy.
Dilihatnya puting yang masih rata dengan dada, tapi begitu menantang dengan warna coklat muda.
"Dada Adik begitu sexy.. selalu olah raga ya..?" kata Aldy saat dilihatnya dada dan perut Rudy yang begitu keras dan sexy.
Melihat tubuh Rudy yang begitu sexy.. nafsu Aldy semakin menggila dan.. ditidurkannya tubuh Rudy di sofa depan TV yang masih memutar lagu-lagu dari konser Anggun.
Bibir Aldy mulai menjalar ke dada dan terus memainkan lidahnya di sekitar puting susu Rudy, yang serentak membuat tubuh Rudy menggeliat menahan nikmat tiada tara.
"Aahhkk.. Mas.. mm.." hanya desahan yang mampu keluar dari mulut Rudy.
Dikulumnya dengan lembut puting yang mulai mengeras, dengan tiba-tiba dikenyotnya puting Rudy dengan hebat dan dimainkannya lidah Aldy di puting Rudy. Aldy begitu menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan Aldy.
"Mas.. Rudy sayang Mas.. aakkhh.. mm.." bisik Rudy lirih sambil terus mendesah.
Rudy merasa tubuhnya terbang di langit merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya.Agak lama Aldy memainkan lidahnya di puting kanan dan kiri Rudy, kini lidahnya turun menjalar ke daerah pusar Rudy.
"Aakkhh.. Mas.. geli.." kata Rudy geli.
Aldy tidak menghiraukan kata-kata Rudy, Aldy langsung merelakskan rangsangannya di sekitar perut Rudy. Tangan Aldy mulai tidak sabar ingin merasakan keras kemaluan Rudy. Dirabanya celana Rudy dan dirasakannya benjolan keras tersembunyi di balik celana yang dikenakan Rudy.
Aldy dengan gemasnya meremas dan menggigit kemaluan Rudy dari luar celana. Merasa tidak sabar, segera dibukanya resleting celana Rudy, dan.. wow.. ternyata Rudy tidak memakai celana dalam.
"Emm.. gak pake' celana dalam neh..?" goda Aldy.
"Iya Mas.. kebiasaan sih.. Rudy jarang banget pake' celana dalam kok.." jawab Rudy menjelaskan.
Mata Aldy begitu liar saat dilihatnya kemaluan Rudy yang besar dan keras dengan ditumbuhi bulu kemaluan yang lebat dengan aroma khas lelaki. Dijilatnya batang kemaluan Rudy dari pangkal sampai ujung, terus berulang-ulang. Tubuh Rudy semakin menggeliat tidak teratur merasakan hangat lidah Aldy menyentuh kemaluannya. Lidah Aldy pun turun ke testis Rudy, dijilatnya dengan lembut dan dimainkannya lidahnya di sekitar testis dan lubang pantatnya.
"Aakkhh.. mm.. Mas.. Mas.." desah Rudy sambil kepalanya menoleh ke kanan ke kiri dan tangannya menenggelamkan kepala Aldy untuk tetap diam di lubang pantatnya.
Agak lama Aldy mereaming lubang pantat Rudy. Dia pun berdiri dan bibirnya menjalar ke atas menuju bibir imut Rudy. Dikulumnya bibir yang sudah menganga untuk dinikmati. Dimainkannya lidahnya dalam rongga mulut Rudy. Dengan refleks, tangan Rudy memeluk punggung Aldy sambil membelai-belai mesra.
Aldy menarik bibirnya dari bibir Rudy. Lalu turun lagi menuju kemaluan Rudy. Dikulumnya kemaluan Rudy dari ujung sampai pangkalnya. Kemaluan dengan panjang 15 cm itu masuk seluruhnya saat Aldy membenamkan dalam mulutnya. Dan dibarengi Rudy yang mengangkat pinggul karena terangsang nikmat. Dimainkannya lidah Aldy di ujung kemaluan Rudy. Rasa asin dari cairan semen membuat Aldy semakin bergairah untuk memainkan lidahnya di kemaluan Rudy.
"Mas.. Rudy mau keluar Mas.. Mas.. aakkhh.. mm.." desah Rudy yang mau orgasme.
Aldy mendengar itu tidak melepaskan kemaluan dari mulutnya, tapi semakin gencar mengulum kemaluan itu.
Rasa asin dan segar terasa di lidah Aldy, segera ditelannya habis cairan sperma Rudy.
"Mmm.. enak sekali Sayang.." bisik Aldy di telinga Rudy lalu mengecup kening Rudy.
"Mas.. Mas dikeluarkan juga ya.. nggak adil kalo Mas nggak keluar juga.." kata Rudy.
"Cara keluar Mas susah Dik.. kemaluan Mas harus masuk dalam lubang anus.." jawab Aldy ringan.
"Gak apa Mas.. untuk Mas, Adik lakukan segalanya.. Adik juga ingin tau rasanya dimasukin Mas.." kata Rudy sambil tersenyum.
"Sakit lho Say.. Mas nggak tega lakukan itu.." Aldy coba menawari.
"Dicoba aja Mas.." jawab Rudy singkat.
Merasa diberi angin, Aldy pun segera memulai serangannya. Dibukanya kemeja yang dari tadi dikenakannya. Kini tampak dada kekar dengan rambut halus menghiasi dada dan sekitar putingnya. Pemandangan ini membuat Rudy begitu terangsang untuk segera bercinta lagi. Aldy berdiri mengangkang di atas kepala Rudy yang masih rebahan di sofa. Tidak terasa lagu Anggun sudah selesai satu CD. Dipegangnya tangan Rudy dan dibimbingnya menuju tengah-tengah selangkangannya.Tanpa diperintah, Rudy pun mengelus selangkangan Aldy, dan dia rasakan kerasnya kemaluan meminta untuk dibebaskan.
Dibukanya resleting celana Aldy, dan dipelorotinya celana beserta celana dalam yang Aldy kenakan. Rudy melihat kemaluan yang tegang menggantung di atas kepalanya, segera Rudy memperbaiki posisinya untuk segera menjamah kemaluan Aldy. Dipegangnya kemaluan itu dengan lembut, terasa hangat dan berdenyut. Segera dikulumnya kemaluan Aldy, dijilat. Dimainkannya lidahnya di ujung kemaluan Aldy, persis seperti yang Aldy lakukan pada kemaluan Rudy. Rudy segera memposisikan tubuhnya dengan tegak berdiri agar dia dapat menikmati kemaluan Aldy dengan puas. Tangan Aldy pun membimbing Aldy untuk segera naik dan memainkan lidahnya di putingnya. Aldy menggeliat nikmat dan mendesah tidak karuan.
"Amm.. aku Dik.. terus lakukan Sayang.." desah Aldy tanpa henti-hentinya.
Merasa sudah cukup, Aldy segera merebahkan tubuh Rudy di atas sofa. Diambilnya gel pelicin dari dalam tasnya, dan dioleskannya di lubang pantat Rudy. Rudy mendesis geli-geli nikmat saat Aldy menyentuh lubang anus Rudy dengan jarinya.
"Enak Sayang.. nikmat Say..?" kata Aldy yang disambut anggukan kepala Rudy.
"Pelan-pelan ya Mas.." pinta Rudy.
Dengan perlahan Aldy memasukan kemaluannya yang sudah mengeras ke dalam lubang anus Rudy.
"Akh.. berhenti Mas.. sakit.." kata Rudy.
Aldy pun menghentikan gerakannya. Dia mencabut kemaluannya yang ujungnya sudah masuk lubang. Dan dijilatnya puting Rudy, sedang Rudy mengambil nafas panjang.
"Okay Mas.. lakukan lagi..!" pinta Rudy.
Aldy menambahkan gel ke dalam lubang anus Rudy. Dan diarahkannya kemaluannya tepat di lubang anusnya. Dengan perlahan dimasukkannya untuk kedua kalinya ke dalam anus Rudy. Tidak terasa.. seluruh kemaluan Aldy tenggelam dalam lubang anus Rudy. Rudy dengan sedikit meringis menahan sakit mengocok kemaluannya, seperti yang dianjurkan Aldy. Wajah yang tadi meringis menahan sakit, kini mendesah dan tersenyum merasakan tusukan kemaluan Aldy.
Aldy menggoyang pinggulnya maju mundur, dan Rudy masih asyik mengocok kemalunnya. Rasa sakit yang tadi dirasakannya kini hilang, yang dia rasakan hanya rasa nikmat.
"Aku mau keluar Mas.. mm.." desah Rudy saat kemaluannya sudah tidak kuat untuk segera menyemprotkan sperma untuk kedua kalinya.
Mendengar itu, Aldy semakin keras menggoyang pinggulnya, diputar, digejotnya pinggulnya.
"Aaakkhh.." suara Rudy mendesah saat kemaluannya memuncratkan cairan sperma hangat membasahi dada dan perutnya.
"Tahan ya Dik.., Mas mau keluar juga nih.. aakkhh.." desah Aldy.
Dicabutnya kemaluan dari lubang pantat Rudy dan dikocoknya di depan Rudy, dan.. "Akkhh.." suara Aldy melenguh saat spermanya memuncrat dari kemaluannya membasahi dada Rudy. Dijilatnya spermanya sedikit, lalu diciumnya bibir Rudy. Mereka berpelukan di depan TV. Mereka pun mandi bersama saling sabun, saling membersihkan tubuh masing-masing.
Tiga hari mereka tidak bertemu, rasa kangen mulai tumbuh di hati Rudy.
"Okay deal ya.. dua juta rupiah, sekarang saya ke rumah kamu.. okay..?" suara Aldy menutup pembicaraan.
Sekitar jam 6 malam, Aldy mengajak Rudy jalan-jalan sekalian bermesraan yang 3 hari sudah tidak dirasakannya.
"Kemana kita Mas..?" tanya Rudy pada Aldy.
"Mas ingin kita bermesraan di hotel "A", mau kan.. ya..? Anggap aja bulan madu, gimana..?" jawab Aldy sambil menawari suatu yang membuat Rudy senang.
"Mengapa harus ke hotel Mas.. di rumah Mas kan bisa..?" tanya Rudy lagi basa-basi.
"Kan.. anggap aja bulan madu Say.." jawab Aldy sambil mengecup tangan kanan Rudy.
Mereka pun meluncur ke sebuah hotel "A" di Tretes.
"Masuk Dik.." kata Aldy mempersilakan Rudy masuk sambil memeluk dengan mesra.
Dicumbunya bibir Rudy sambil tangannya menutup pintu hotel.
"Mas.. mandi dulu Mas.., kan asyik, lagian Rudy pengen main di kamar mandi.." Rudy mencoba menawari.
Aldy pun tanpa diperintah segera menggandeng Rudy masuk kamar mandi. Dalam benaknya berpikir, "Kebetulan neh.."
Diciumnya bibir imut yang selalu menggodanya. Dikulumnya dengan penuh perasaan. Tangan Aldy pun mulai membuka pakaian yang dikenakan Rudy satu persatu. Kini tampak tubuh telanjang dengan perawakan sedang yang begitu sexy. Dikulumnya lagi bibir Rudy sambil tangannya meremas-remas puting Rudy.
Sejenak, "Ntar ya Say.. Mas mau keluar bentar ambil gel di tas.." kata Aldy menghentikan ciumannya.
Segera Aldy keluar kamar mandi dan menutup kembali. Dan tidak berapa lama pun..
"Kamu siapa..? Berani sekali masuk kamar mandi, mana Mas Aldy..!" kata Rudy terkejut dan takut saat seorang pria setengah baya masuk kamar mandi dalam keadaan telanjang bulan dengan kemaluan yang sudah tegang.
Pria itu berperawakan tinggi besar dengan usia sekitar 36 tahun. Berpenampilan kebapakan, wajahnya sebenarnya tidak jelek-jelek amat.
"Aku membayarmu mahal Rudy.. dan aku tidak ingin rugi untuk hal itu.." kata lelaki itu.
"Ternyata benar kata Aldy, kamu begitu menarik dan begitu nikmat untuk dirasakan.." kata lelaki itu kemudian tanpa memberi kesempatan Rudy berbicara.
Langsung dipeluknya tubuh Rudy yang telanjang dengan paksa, yang membuat Rudy tidak dapat berkutik. Segera dilumatnya tubuh Rudy dengan lembut sedikit paksa.
"Jangan Om.. tolong Om.. jangan lakukan, mana Mas Aldy Om..?" rengek Rudy.
"Saya jauh dari Surabaya Om.. Rudy mohon Om.." rengek Rudy terus.
"Rudy.. aku bayar kamu di Aldy sebesar 2 juta rupiah sayang, dan itu bukan uang yang kecil.. aku gak mau rugi dengan uang itu.. tenang saja, Om akan antar kamu sampai di Surabaya kok..!" kata lelaki itu dengan menahan nafsunya.
"Puaskan Om, Rudy.. percayalah kalau Rudy mau, Om tidak akan bertindak kasar.. karena bukan type Om untuk bertindak kasar saat bercinta.." kata lelaki itu.
"Jangan Om.. Rudy mohon.. aakkhh..!"
Di dalam sebuah mobil Feroza..
"Maafkan Mas Aldy, Rud.. sebenarnya aku nggak tega lakukan semua itu, tapi.. aku membutuhkan uang itu.." kata Aldy dalam hati sambil melajukan mobilnya ke Malang.
"Walaupun kamu mencintaiku.. tapi maaf, aku tidak mencintai kamu Rudy.."
Dengan tenang Aldy pun tersenyum puas..
"Sekarang siapa lagi ya..?" pikir Aldy.
Tamat