Aku dan sopir-sopir truk - 1

Sering sekali aku berkhayal kontol-kontol supir truk yang terkenal suka "jajan" itu nancep di lobangku, terkadang kalau aku sedang berada di jalan dan melihat mereka suka kencing di pinggir jalan dengan kontol terlihat kemana-mana rasanya pengen aku samperin dan aku emut, sayangnya aku nggak punya keberanian itu.

Aku sama sekali nggak nyangka bahwa semua keinginanku ini terwujud. Hari sabtu yang menyebalkan, seharusnya semalem aku bisa pesta pora ngocok kontolku sambil nonton VCD gay yang kubawa dengan fantasi-fantasi liarku saat menatap kontol-kontol bule yang gede-gede itu. Tapi dasar sial, keluarga kakak ayahku datang dan menginap di rumah, dan karena kamar di rumahku tidak terlalu banyak jadi terpaksa kakak sepupu tidur di kamarku, batal deh.

Hari ini aku harus kembali ke kota tempatku bekerja karena besok aku malas kalau harus subuh-subuh berangkat dari rumah orang tuaku yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan ke kota. Sambil menunggu bis yang emang agak-agak susah aku memandangi kendaraan yang lewat. Sampai ada sebuah truk yang lewat, sebenarnya truk itu biasa saja karena dari tadi juga banyak yang lewat, tapi mereka menjepit celana jeans dan celana dalam di depan mobil, mungkin baru mereka cuci biar kering.

Timbul ide dalam otak mesumku. Selama ini para supir truk terkenal suka ngeseks, dan aku yakin kalau ada dinatar mereka yang gay atau biseks. Karena tempatku menunggu hanya ada aku seorang, maka aku berdiri disisi jalan menunggu truk yang lewat. Beberapa sudah lewat tapi mereka tidak berhenti, sekedar tahu saja aku melambai untuk menumpang dengan meletakkan tangan kiriku di gundukan selangkangan sebagai kode. Sekitar 20 menitan tidak sukses, tiba-tiba truk yang barusan lewat berhenti dan kemudian mundur.

Degg.. Antara takut dan senang aku menunggu apa yang akan terjadi.

Seseorang membuka pintu penumpang, lalu muncul wajah yang nggak terlalu ganteng tapi dilihat sekilas sangat laki-laki sekali. Ia menanyakan tujuanku dan kemudian aku sebutkan, lalu dia mengajakku naik ke truknya karena kebetulan arahnya sama. Truk akhirnya jalan dan aku mulai sering curi pandang, ternyata supir truk ini cuma memakai celana boxer yang tipis dan kaus oblong warna hitam. Kulitnya agak gelap dan kulihat pahanya penuh bulu, seketika kontolku ngaceng melihat bulu-bulu itu karena aku sangat suka dengan bulu-bulu di paha dan jembut.

"Namanya sapa Mas?" tanya supir itu, dari logat bicaranya dia seperti orang batak.
"Yudi," jawabku.
"Mas sendiri?"
"Luhut,"

Kami terdiam sebentar karena dia konsentrasi ke jalan, kesempatan aku gunakan untuk melihat tonjolan di boxernya, sepertinya dia sedang ngaceng.

"Tadi ngapain berdiri sambil megang selangkangan?" tanyanya. Wah mulai nih pikirku.
"Biasa, pagi-pagi gini kontol pada ngaceng, gatel pengen kocok," jawabku berani.
"Sama, nih kontol aku juga sudah ngaceng," ujarnya sambil memegang tonjolan di daerah kontolnya.
"Biasanya kalo dah ngaceng gitu diapain Mas?" tanyaku lagi.
"Kalo nggak dikocok, paling-paling mampir di warung nyari lobang," jawabnya sambil cengengesan.
"Kalo ngocok emang bisa sambil nyupir?"
"Yah dibisa-bisain lah,"

Kemudian tangannya mengelus-elus kontolnya dari luar celana, ia konsentrasi sebentar ke jalan, kemudian tangan kirinya masuk ke dalam boxer dan membuat gerakan keluar-masuk.

"Repot nanti Mas, sini saya bantuin ngocok," kataku.
Ia menatapku sambil kemudian tersenyum, "kok nggak bilang dari tadi,"

Kemudian tangannya keluar, lalu dengan yakin aku merunduk ke dekat selangkangannya. Aku memasukkan tangan kananku ke dalam boxer dan baru saja masuk jemariku langsung bersentuhan dengan kepala kontolnya yang segera ku genggam dan ku elus-elus. Aku keluarkan tanganku lalu menarik boxernya sampai sedengkul dan sekarang kontolnya sudah terlihat jelas olehku.

Kepala kontolnya gede dan batangnya berurat dengan panjang seperti milikku, dan jembutnya lebet banget. Aku menjadi gemes dan segera aku usap-usap serta kusibak rimbunan jembutnya dengan jemariku. Batang kontolnya berdenyut-denyut tanda dia terangsang hebat.

Aku menggenggam batang kontolnya dan aku mulai kocok, saat itu aku kaget ternyata dia belum disunat dan inilah kontol pertama yang belum sunat yang aku pegang. Aku tarik kulupnya ke atas hingga menutupi kepala kontolnya, aku mendengar dia mengerang-erang. Kini posisiku tengkurap dan wajahku tepat di atas kontolnya. Aku masih terkagum-kagum dengan kulupnya, dan kulupnya yang masih menutupi palanya aku gigit pelan sampai kurasakan dia menggelinjang.

"Aduh.. Enak banget. Suka kulup ya?"
"Iya, sedep."

Aku menyedot kulupnya agak kuat dan sesekali aku sesap-sesap. Kemudian kulit kulupnya aku turunkan sehingga kepala kontolnya muncul lagi. Aku angkat batang kontolnya ke atas hingga menyentuh perutnya sehingga bagian bawah batangnya kini menghadapku. Ini adalah bagian kesukaanku, aku mendekatkan wajahku ke batang kontolnya dan aku jilat bagian frenulumnya (bawah dekat lobang kencing) hingga ke lobang kencingnya, lalu ujung lidahku sedikit kumainkan di lobangnya sampai dia sedikit melompat dari tempat duduknya mungkin karena kaget dan enak. Aku turunkan lagi lidahku perlahan-lahan hingga kepangkal batang bagian bawah.

Urat-urat kontolnya juga mempesona, berkali-kali aku rasakan urat-uratnya menyentuh lidah dan bibirku. Aku jilat lagi keatas hingga frenulumnya, kemudian ujung lidahku aku peletkan di pinggiran topi bajanya dan memutar beberapa kali hingga kemudian berakhir lagi di lobang kencingnya yang kembali aku mainkan dengan ujung lidahku. Aku melihat lendir bening keluar dari lobang kencingnya dan tanpa ragu aku jilat habis.

Lalu dari topi kontol bagian atas aku mulai menelusuri senti demi senti batang bagian atasnya hingga ke pangkal kontol yang tertutup oleh rimbunan jembut. Aku jilati jembutnya yang super lebet itu, ahh sedep banget, buat yang suka jembut seperti aku ini adalah sensasi yang paling nikmat.

Aku benamkan hidungku di hamparan hitam jembutnya dan kugosokkan berkali-kali hidungku dan berkali-kali dia mengeluarkan erangan. Lalu aku merasa mobil berhenti.

"Kenapa Mas?"
"Nggak apa-apa, susah nyupir kalo kontol diginiin," ujarnya.

Jadi aku kembali melanjutkan aksiku, kali ini malah semakin nikmat ada sensasi tambahan saat dia melihat aksiku. Aku sekarang sudah di bagian kepalanya dan aku jilat-jilat seluruh helm daging itu kemudian memasukkannya ke dalam bibirku dan kusedot dengan kuat-kuat hingga dia kelojotan di bangkunya sambil meracau kata-kata tak jelas. Mungkin lonte-lonte yang selama ini dia entot nggak pernah ngisep kontolnya. Aksi sedotku tetap aku teruskan dan kulihat matanya terpejam menahan enak.

Kami terhanyut oleh suasana itu sehingga sama sekali tidak memperhatikan sekeliling ketika tiba-tiba muncul seseorang di pintu jendela tempatku berada.

"Gila kau Hut!," suara itu tiba-tiba muncul.

Aku kontan kaget dan kurasa luhut juga seperti aku kagetnya. Aku menghentikan jilatanku dan menatap ke arah suara yang ternyata datang dari sebuah wajah yang terlihat keras dengan kumis tipis dan rambut yang keriting. Kutaksir ia berusia 26-an.

"Kupikir mobil kau kenapa-napa, tak tahunya lagi asik kontolmu di sedot," ujarnya.
"Ah kau Ben bikin aku kaget saja. Kau tak tahu enak kali kontol diginikan, mau coba?"

Luhut kemudian memegang kepalaku dan didorong pelan ke selangkangannya tanda ia ingin aksi dilanjutkan. JAdi aku kembali melanjutkan aksiku dan mulai menyedot-nyedot kontol luhut. Pintu mobil tempatku berada terbuka, lalu orang yang tadi naik dan dia memperhatikan apa yang kami lakukan. Aku sengaja membuat suara ribut dengan mulutku, berharap orang ini terangsang juga.

"Enak hut?"
"Enak Ben, kamu coba juga lah,"
"Hei, kamu mau nggak isep kontolku juga?" tanya orang itu. Aku melepaskan isapanku dan menatapnya.
"Mau banget, tapi tempatnya sempit,"
Orang itu terlihat berfikir, lalu ia berkata, "Hut, gimana kalo kita ke rumah Bonar aja, sepi paling-paling cuma ada Bonar,"
"Ya bereslah, mau nggak kau?" tanya luhut kepadaku

Aku mengangguk dan kembali mengisap kontol luhut. Orang tadi masih di tempat yang sama memperhatikan aksiku dan Luhut. Sementara tangan kananku sibuk memegang batang kontol Luhut, sekarang tangan kiriku bergerak ke belakang dan menuju selangkangan orang itu. Dia memakai celana jeans, tapi bisa kurasakan kontolnya sudah mengeras dan kontol itu aku remas-remas.

"Hut aku tak tahan juga nih, kita ke depan aja di dekat lembar (tempat reklamasi pantai yang rimbunan pepohonan) aku pengen ngerasain juga,"
"Agghh, kau ini Ben, ya sudah kau turunlah,"

Bersambung . . .