Menang taruhan

Aku seorang mahasiswa, Riki namaku. Sejak awal kuliah aku kost di daerah Pahlawan Bandung, dan aku serumah dengan enam orang cowok yang kebetulan semuanya adalah mahasiswa. Aku tidak terlalu cakep, tampangku standar dengan bodi yang tidak terlalu besar, kesimpulan aku ini orangnya biasa-biasa saja. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan sesama jenis, tapi sejak ada anak baru itu ada perasaan aneh dalam hatiku.

Oki nama anak itu, sudah dua bulan dia kost di tempat ini, dan sekarang dia masih SMU kelas I usianya kurang lebih 15 tahunan dan ingin mencoba hidup mandiri di Bandung, asalnya sendiri dari Lampung. Anaknya cukup ganteng dan gagah. Dia anaknya cepat akrab dan suka bercanda. Pernah waktu aku sedang minum aku diganggunya sampai tersedak, dan dia cuma tertawa sambil melarikan diri. Pernah juga waktu dia baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk, handuknya aku tarik dan saat itulah pertama kali aku melihatnya telanjang bulat. Secara refleks aku melihat ke batang kemaluannya dan jantungku berdegup sangat kencang, terutama setelah melihat batang kemaluannya yang lebih besar dari punyaku dan tanpa aku sadari dia lalu merebut handuk yang aku pegang dan aku pun segera lari sebelum kena tinjunya sambil tertawa.

Sejak saat itu perasaanku tidak karuan, aku sering membuka situs-situs khusus homo dan aku mulai sulit melupakan dirinya, terutama saat dia telanjang batang kemaluanku pasti langsung tegang dan pasti setelah itu aku langsung onani sambil terus membayangkannya. Seperti biasa kalau musim liburan semester anak-anak kost-an pada mudik, kecuali aku dan Adi karena kebetulan kami berdua sama-sama seret alias bokek belum dapat kiriman. Sedangkan Oki masih belum libur maklum dia kan anak SMA. Dan untuk menghilangkan kebosanan kami bertiga nonton VCD (tapi kalau ada Oki kami nggak nonton VCD porno, soalnya dia itu masih lugu banget, bahaya!) dan kadang main remi. Karena kesibukan inilah aku sedikit melupakan hasratku pada Oki.

Tapi belakangan ini, setelah Adi pulang karena ibunya mendadak sakit dan dia dijemput kakaknya, tinggal aku dan Oki di kost-an. Perasaan aneh itu mulai lagi, aku sulit membendungnya, rasanya aku sangat ingin sekali melumat batang kemaluannya itu sepuasnya, terlebih lagi si Oki sering tidur di kamarku soalnya di kamar atas dia nggak ada temen, sepi katanya. "Ah aku suntuk banget nih Mas, bosen nggak ada kerjaan mau pulang nanggung, bentar lagi masuk, nonton CD bosen filmnya itu-itu lagi, jalan-jalan belon dapet kiriman."
Aku cuma tertawa mendengarnya, tapi kemudian timpul pikiranku untuk dapat menyalurkan keinginanku.
"Maen remi saja yuk! tapi ada taruhannya."
"Beeu tarohan, duit saja pas-pasan buat makan ini diajak tarohan, mending kalau menang, kalau kalah puasa deh aku."
"Tenang Ki tarohannya bukan uang tapi siapa yang kalah harus buka bajunya sampai telanjang, mumpung nggak ada orang di rumah, gimana berani nggak?"
Oki kelihatannya sedikit terkejut tapi dia juga tertarik.

"Boleh juga tuh Mas, terus kalau udah telanjang udahan saja ya Mas?"
"Ya nggak lah, apaan yang enak ya."
"Eh nyuciin baju yang menang saja Mas sekalian traktir makan."
"Ah nggak seru, ngapain pake acara telanjang kalau cuman gitu, mm gimana kalau yang kalah harus ngejilatin batang kemaluannya yang menang biar seru?"
"Haa gila Mas jorok banget!"
"Ya resiko namanya juga tarohan harus mau apapun juga dong. Mau nggak kalau nggak ya udah."

Oki cuman diam, dan kemudian aku pun pura-pura nggak ambil pusing dan sibuk membereskan tugas-tugasku. Cukup lama Oki cuma diam, selang waktu kemudian, "Maen remi saja yuk Mas, suntuk nih bolehlah tarohan yang kayak tadi dari pada nggak ada kerjaan, lagian cuman ngejilat batang kemaluan ini dan nggak ada masalah." Dalam hatiku bersorak senang, tapi aku pura-pura males dan nggak ambil pusing. Aku lihat Oki sudah mengambil kartu remi di laci lemariku dan duduk di karpet kamarku. Aku pun mendekatinya dengan jantung yang terus berdegup kencang.
"Bagiin saja Ki, kita liat siapa yang bakalan jadi penjilat batang kemaluan he.. he.. he.."
"OK siapa takut."

Permainan pun dimulai, karena cuma kami berdua aku tidak terlalu sulit memegang kendali permainan, sehingga aku dengan mudah menang atau kalah, soalnya remi adalah keahlianku. Setelah beberapa kali main, sekarang aku tinggal pakai celana dalam dan Oki masih tersisa celana pendeknya saja. Dan seperti sebelumnya kali ini pun aku pura-pura kalah sehingga aku harus melepas celana dalamku.
"Wah Mas batang kemaluanmu kecil ya Mas kayak jempolku saja."
"Biarin yang penting masih bisa bikin anak ukuran bukan masalah."
Memang batang kemaluanku tergolong kecil panjangnya kalau lagi tegang cuma 9 cm dan dengan diameter 3 cm, aku pun tidak PD dengan ukuran penisku tapi ah bodo amat batang kemaluanku ini. Aku melihat Oki cuma tertawa meledek tapi aku merasa senang saat dia memperhatikan aku saat aku telanjang.

"Wah Mas, jangan-jangan nggak jadi nih acara jilat batang kemaluannya."
"Tenang Ki, aku pantang menelan ludah sendiri, tapi jangang seneng dulu aku belum mengeluarkan jurus pamungkasku."
Dan kami pun melanjutkan permainan, sampai akhirnya Oki kalah dan harus melepaskan CD-nya. Saat dia membuka celana dalamnya, batang kemaluanku langsung berdiri, tapi langsung aku tutupi dengan kedua kakiku sambil berpura-pura tertawa meledek.
"Wah Ki, batang kemaluanmu gede juga ya dua kalinya punya aku."
"Eh siapa dulu dong kan disesuaikan bodinya, tapi sialan satu sama sekarang, tapi kita liat saja siapa yang bakalan kalah sekarang Oki atau Mas Riki."

Oki lalu membagikan kartu dan kami melanjutkan permainan lagi. Tapi tidak seperti biasanya aku pura-pura mengalah, sekarang aku benar-benar kalah karena kartu yang aku punya benar-benar hancur dan akhirnya aku kalah, walaupun sebenarnya itu yang aku inginkan.
"Wah sialan kartuku rusak ancur nih aku dasar licik kamu, wah aku harus ngejilat batang kemaluan kamu mana pasti bau lagi."
"He.. he.. he.. resiko Mas lagian kan cuman ngejilat saja bukannya mencium baunya seperti yang Mas bilang."
"Sialan kamu Ki, udah sini aku jilat batang kemaluan mu yang gede itu."
Oki kelihatanya sedikit ragu-ragu.
"Sekali saja ya Ki ngejilatnya, aku takut muntah," pura-pura aku mengalihkan perhatiannya, supaya dia tidak terlalu tegang.
"Sini batang kemaluan kamu."

Oki cuma tertawa, lalu aku membuka kakinya yang dia lipat dan aku luruskan. Aku sesaat menikmati pemandangan yang selama ini aku harapkan dan meresapi aroma di sekitar batang kemaluannya si Oki. Aku pura-pura melihat ke arah Oki dia cuman mesem tapi juga sedikit ragu, "Susah ki kalau gini kasih aku ruang dong," lalu aku suruh Oki bersandar dan kedua tangannya menopang badannya kebelakang sambil terus memperhatikanku, tibalah kesempatanku. Aku pegang batang kemaluannya dan bukannya menjilat batang kemaluannya si Oki tapi langsung melumatnya ke dalam mulutku, si Oki terkejut, "Eh Mas mau diapain?" sambil tangannya memegang kepalaku dan menjambak rambutku.

Aku nggak peduli, aku terus mengulum batang kemaluannya walau kepalaku sakit dijambaknya, tapi kemudian tangannya mulai mengendur dan dia mulai menikmatinya. Batang kemaluannya aku rasakan mulai tambah besar cepat sekali tegangnya rupanya dia mulai terangsang, batang kemaluannya yang semula masuk semua ke mulutku sekarang cuma separuhnya saja. Aku terus mengulumnya sambil tanganku mengocok batang batang kemaluannya. Sesekali aku melihat ke arah Oki tangannya tetap menopang badanya dan kepalanya mendongkak ke atas, matanya terpejam dan aku hanya mendengar rintihannya, "Ehh.. ss.. ahh.. Mas.. ahh.." pantatnya ikut bergerak-gerak mengikuti kulumanku. Aku terus mengulumnya, kadang aku kulum zakarnya, kemudian aku kulum dan sesekali aku sedot kepala penisnya. Rasanya sedikit asin, tapi hal ini justru menambah semangatku. Oki mengelinjang saat aku menjilati lubang batang kemaluannya, "Ahh.. Mas aduh sshh.. terus Mas ahh.." Aku mengulum batang kemaluannya sambil terus memperhatikan wajahnya yang mulai memerah dan sesekali tersenyum kepadaku. Oki kadang melihatku dan kadang memejamkan matanya menikmati kuluman dan sedotanku. Kadang aku menggigit pelan batang kemaluannya dan membuatnya semakin mendesah.

Aku terus mengulum dan menyedot batang kemaluannya, kadang aku sedot dengan kuat dan kadang aku hanya mengusapnya perlahan dengan bibirku. batang kemaluannya sudah basah oleh air liurku yang menetes pada batang batang kemaluannya. Aku mengulum, menyedot, menggigit pelan seperti sedang menulum permen coklat kesukaanku. Sambil tengkurap aku terus mengulum batang kemaluannya. Kaki Oki mulai bergerak-gerak dan aku merasakan pahanya juga sedikit menegang pantatnya bergerak mengikuti sedotan mulutku, penisnya juga bertambah panas dan kepala penisnya mulai membesar, "Ehh.. Mas.. aduh.. Mas.. enggkh.." Oki mendesah, kepalanya mendongkak ke atas, mulutnya terbuka mengeluarkan erangan nikmat dan matanya terpejam meresapi kenikmatan yang dia rasakan. Aku merasakan kepala batang kemaluannya bertambah besar dan berdenyut-denyut, terus aku sedot kepala batang kemaluannya dan tanganku mengocok batangnya, dan aku hampir saja tersedak saat pantat Oki naik menerobos mulutku dan masuk ke kerongkonganku. Dan kemudian kurasakan ada sesuatu yang panas menyembur berkali-kali di kerongkonganku dan memenuhi mulutku, rasanya amis, kenyal dan sedikit asin tapi sungguh nikmat sekali, dan semuanya kau coba telan walaupun sebagian keluar dari mulutku dan mengenai batang batang kemaluannya Oki.

Rasanya luar biasa merasakan semburannya di mulutku sekaligus melihat wajah Oki yang diterjang rasa nikmat yang luar biasa. Aku masih terus menjilati dan mengulum batang kemaluannya, membersihkan sisa-sisa mani dari batang kemaluannya. "Udah Mas geli ahh.." kemudian Oki bersandar pada tembok kamarku, dan aku tetap tengkurap melihat sisa-sisa kenikmatan dari wajah Oki selain itu mulutku juga sedikit pegal cape mengulum dan menyedot batang kemaluan Oki yang besar itu.
"Wah Mas, baru sekarang aku ngerasain yang seenak ini."
"Emangnya kamu belum pernah mimpi basah Ki?"
"Mimpi basah, ngompol maksud Mas Riki, kan Oki udah gede Mas masa sih ngompol, tapi waktu kelas tiga aku pernah tidur dan celanaku basah tapi nggak bau pesing Mas, sekarang kadang juga masih suka gitu."
"Ya itu yang namanya mimpi basah masa sih nggak ada yang ngasih tau, berarti belum pernah onani dong?"
Oki kelihatannya bingung.

"Wah payah nih anak kampung, yang tadi kita lakuin itu namanya oral sex, ada juga anal sex itu melalui dubur dan kalau dari vagina itu yang paling umum dan kalau onani itu main sendiri gitu bego!"
Oki cuman tertawa, kemudian dia mendekatiku.
"Mas aku mau nyobain dong yang kayak tadi," biar adil gitu.
"Mau ngejilatin batang kemaluanku boleh saja bukannya harus aku kalahin dulu nih."
"Ah Mas ini, sekarang bukan waktunya main kartu."

Dan kemudian Oki mulai mengulum batang kemaluanku, aku cuma bisa mengerang sambil pantatku mengikuti isapan mulut Oki, kadang giginya mengenai batang kemaluanku sedikit sakit tapi enak, sampai akhirnya aku menyemburkan maniku di mulutnya, Oki cuma tersenyum kemudian dia tidur disampingku. Kami baru bangun waktu hampri jam delapan malam, lalu kami bangun karena perut kami lapar kami masak mie dan makan sambil masih telanjang mumpung lagi nggak ada orang.
"Eh Ki gimana kalau kita nyobain anal sex, tadi oral udah sekarang kita coba yang baru rasanya nggak kalah deh."
"Emangnya kayak gimana sih, emangnya bisa masuk kan dubur kecil lubangnya nggak kayak mulut?"

Aku lalu berdiri dan mengambil sabun cair yang biasa aku gunakan untuk onani, sambil duduk di meja makan, kemudian dan duburku aku olesi dengan sabun sambil jari tanganku kumasukan. Oki hanya melihatku dan batang kemaluannya sudah mulai tegang lagi. Aku coba memasukan dua jariku dan aku putar-putar, rasanya enak sekali. Setelah bisa masuk tiga jari lalu aku mengoleskan sabun tersebut ke batang kemaluan Oki, dan aku menyuruhnya memasukkan batang kemaluannya ke duburku. Oki mencoba memasukannya ke dalam duburku. Agak perih dan sakit, rasanya ada sesuatu yang mendorong masuk ke dalam usus besarku. Oki sedikit meringis mungkin perih dan sedikit seret, dia mulai ragu-ragu mungkin melihat aku merasa kesakitan tapi kemudian aku dorong dengan paksa pantatnya sakit tapi aku merasakan nikmat saat semua batang kemaluannya masuk ke dalam duburku panas dan usus duburku terasa penuh oleh batang kemaluannya, Oki mendesah kemudian terdiam tidak tahu harus bagaimana.

Setelah aku merasa sedikit terbiasa aku suruh Oki menggerakkan pantatnya maju mundur, batang kemaluanku sendiri sudah ikut tegang dari tadi. Oki menggerakkan pantatnya maju mundur sambil mengerang nikmat,
"Terus Ki ahh.. enak sekali dorong yang keras Ki ahh.. sshh.. ahh Oki.. ahh.."
"Mas enak sekali Mas akh.. Oki mau keluar nih Mas.."
Gerakan Oki bertambah cepat dan aku pun merasakan nikmat yang luar biasa, dan sepertinya ada sesuatu yang mendesak keluar dari batang kemaluanku,
"Ahh.. Mas Oki kelu.. akhh.."
Aku merasakan nikmat yang berlipat ganda dari duburku yang kurasakan ada semburan panas menyembur ke usus besarku.

Kemudian Oki masuk ke kamarku dan laluu menjatuhkan dirinya ke tempat tidurku, aku mendekatinya dan mengoleskan sabun cair ke duburnya dan juga ke batang kemaluanku. "Ki giliran aku ya", Oki cuma tersenyum. Kemudian aku langsung mencoba memasukkannya ke dalam duburnya, sedikit seret, lalu suruh oki mengangkat kakinya dan memegang bawah lututnya. Aku tambahkan sabun cair ke duburnya sambil kedua tanganku masuk, kemudian aku mencoba memasukkan batang kemaluanku lagi, seret dan perih yang pertama aku rasakan tapi aku tetap penasaran dan dengan sekali sentakan aku masukan batang kemaluanku ke duburnya, "akhh.." aku dan Oki mengerang bersamaan sakit tapi enak. Aku menindih tubuh Oki dan bertopang pada ke dua tanganku sambil pantatku bergerak naik turun menghujam duburnya Oki. Gerakanku aku percepat saat batang kemaluanku mau meledak dan aku hujamkan batang kemaluanku sedalam mungkin di dubur Oki, "Engkhh.. aakkhh.." batang kemaluanku menyemburkan maninya ke dalam dubur Oki dan kurasakan bagian pusarku juga ada cairan kental yang menyembur, ternyata Oki menyemburkan maninya lagi.

Aku menjatuhkan tubuhku di atas tubuh Oki dan setelah kurasakan semua kenikmatan itu sudah mulai hilang dan batang kemaluanku mengecil lagi aku cabut batang kemaluanku, kemudian aku menjilati sisa-sisa mani di perut dan batang kemaluannya bau tapi nikmat, begitu juga Oki menjilati batang kemaluanku sampai beris. Kemudian aku berbaring di samping Oki, dan kami pun tertidur karena kelelahan. Kami bangun kesiangan, dan akhirnya Oki membolos kuliah dan aku menelepon ke sekolahnya kalau Oki sedang sakit. Kemudian kami mandi bersama-sama, di kamar mandi aku mengajarinya melakukan onani. Sejak saat itu kami sering melakukannya baik onani dan oral sex dengan berbagai variasi. Tapi anal sex kami merupakan yang pertama dan terakhir soalnya aku nggak mau ambil resiko dengannya, lagi pula menurutku lebih enak melakukan onani dan oral sex lebih aman dan lebih bersih.

Tamat