Sesama Pria
Sunday, 27 December 2009
Antara aku dan Andre - 1
Setelah 3 kali berhubungan telepon, Andre mengajak untuk bertemu dan sekaligus kencan, katanya di telepon. Akhirnya tepat pukul 21:00 aku datang sesuai janji di lobby hotel Hilton. Aku duduk dan menunggunya di dekat "Kudus Bar", tak lama kemudian sesosok pria dengan perawakan tinggi tegap berkulit coklat tua datang dan langsung menyapa, "Bobby ya?" aku tersenyum dan langsung menyalami genggaman tangannya yang cukup besar. Aku tidak banyak bicara kecuali senyum dan agak canggung, ada rasa khawatir akan lingkungan saat itu, takut-takut kalau ada yang kenal dan mencurigaiku pada saat itu.
Tak lama kemudian Andre pun menawarkan minum, "Mau minum apa Bob?" tanyanya, "Tomato juice aja Mas?" Akhirnya dia memesan 1 tomato juice dan 1 gelas chivas on the rock untuk dirinya. Kami berdua hanya berpandang-pandangan lalu tersenyum dan kadang dia menatap seperti seorang yang sedang lapar akan seks. Namun aku tetap saja acuh tak acuh sesekali tersenyum dan seolah-olah kagum atas pandangannya. Tak lama kemudian Andre mengajakku jalan keluar dari Hilton dengan mengendarai "CJ-7"-nya menuju sebuah restoran. Di perjalanan kami berdua tidak banyak bicara hanya kadang kedua mata kami saling berpandangan dan kadang dia mengelus rambutku.
Akhirnya kami sampai juga, dan ternyata tidak begitu banyak pendatang pada malam itu, kami duduk berdua dan mulai bercerita dari A-Z. Dan kadang Andre menatap dengan mata binalnya sambil menggigit lidahnya ke arahku, dan aku pun membalasnya dengan membuat congorku seperti kerbau dan dia pun tertawa. Tanpa kami sadari, waktu telah menunjukkan pukul 23:30 dan akhirnya kami pun beranjak. Di tengah jalan aku katakan padanya,
"Mas, kalau tidak keberatan aku diantar ke rumah temen bisa?"
"Bob, kamu kan kencan sama aku, jadi kamu harus sama aku! kita ke rumah Mas aja ngobrol-ngobrol di sana sambil dengerin musik aja," katanya, sambil rambut kepalaku di elus-elusnya dan aku katakan padanya,
"Mas dulu tamatan institut pencari ketombe ya? dari tadi ngelus-ngelus rambut aja," dia pun tersenyum sambil mencubit pipiku.
Akhirnya aku setuju saja asalkan diantar pulang ke rumah nantinya. Di perjalanan dia bercerita kalau dia saat ini belum ada pacar yang cocok, itu karena dia mencari yang cocok dan tertutup serta sedikit binal di ranjang dan dia pun mengakui bahwa dirinya nakal dan sering bosan terkecuali ada pendamping yang cocok dan tidak munafik di ranjang.
Lewat sudah pukul 12:00 dan akhirnya kami tiba di rumahnya yang mungil tapi asri di kawasan Pondok Indah, tidak ada siapa-siapa di rumahnya karena pembantu sedang "off" katanya. Aku tertegun melihat suasana rumahnya, ternyata dia mempunyai beberapa kesamaan dengan diriku dilihat dari segi penataan, serta benda-benda yang ada di rumahnya. Dan aku pun duduk dengan kelewat santainya, sementara dia ke dapur untuk mengambil minum untuk dirinya sendiri, chivas on the rock. Aku cuek saja karena tidak diambilkan minum, namun lama-lama haus juga dan aku bertanya,
"Mas, boleh minum?"
"Boleh asal mau cium pipi Mas Andre dulu!"
"Sialan," gumamku.
"Hahahha.." ternyata dia tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku diriku yang sedikit kesal dan agak marah itu.
Akhirnya dia bertanya, "Mau minum apa adik sayang?"
"Susu aja Mas," kataku berseloroh cuek.
Akhirnya datang juga susu itu dan terdengar sayup-sayup suara musik blues.
Di sofa kami duduk saling berdekatan dan aku hanya mendengar cerita dia terus hingga terasa juga bosan. Entah bagaimana, dia mengajakku nonton di ruang TV di lantai atas di depan kamar tidurnya dan akhirnya dia menyalakan TV dan memasang video, ternyata yang dia pasang adalah video "gay". Aku tertegun melihat BF tersebut dengan pemainnya negro, latin dan yang satu lagi Asia. Three some jadinya, dalam benakku, kok dia tahu bahwa aku sangat suka dengan kulit-kulit yang berwarna coklat dan gelap seperti dirinya? Kami berdua terbaring di atas karpet sambil menonton BF tersebut dengan adegan yang semakin lama semakin seru, terkadang aku gelisah membetulkan kedudukan kemaluanku yang mulai tidak jelas apa maunya.
30 menit sudah berlalu tanpa ada sesuatu hal yang negatif dari kami, tiba-tiba terasa ada sesuatu yang menggelitik di telingaku, ternyata jari-jarinya yang coklat dan besar itu memainkan di sela-sela telingaku. Aku diam saja karena masih konsentrasi dengan BF tersebut dan tiba-tiba saja bibirnya yang tebal itu membisikkan sesuatu pada telingaku. "Kamu nyesel ketemu aku?" sambil dikecup telingaku dan aku pun menahan geli yang nikmat itu. "Kalau horny, sama hansip aja Mas!" aku nyeloteh, dia pun tertawa sambil kembali mengelus rambutku. Lalu dia bertanya lagi, "Tidur yuk!" dengan nada nakal dan aku pun melihat matanya yang binal seolah-olah ingin melumat diriku ini. Hatiku pun sebenarnya tersentak dengan tatapan matanya dan gaya bicaranya yang binal itu. Sebenarnya bukan aku munafik, tetapi aku tidak mau melakukan seks dengan orang yang baru kenal apalagi kalau seksnya hanya tanggung-tanggung saja, walaupun dia ganteng belum tentu seksnya enak, gumamku dalam hati. Tidak lama kemudian, dia beranjak dari sampingku dan berkata, "Bentar ya Bob!" aku hanya menganggukan kepala pertanda iya. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa malas dan ingin pulang dan diam-diam aku pun menuju keluar rumahnya dan sesampainya aku di pintu gerbang, oh! ternyata gerbangnya digembok!
Akhirnya aku duduk terjongkok di depan pagarnya sambil menunduk kesal. Tiba-tiba dari belakang dia mengelus rambutku dan berkata, "Kamu kenapa Bob? kamu marah?" Aku hanya menggelengkan kepala sambil menunduk tanpa melihat dirinya. Aku masih duduk terjongkok dan menunduk di depan gerbang rumahnya, terasa sepi dan sunyi di luar jalanan depan rumahnya dan Andre terus mengelus rambutku dan menempelkan badannya kebagian belakang kepalaku dan terasa ada yang aneh seperti ada sesuatu lembek tapi mengeras di rambutku, dan dia berkata, "Bob masuk yuk?" Perlahan jari-jarinya mengelus pipiku sambil menurunkan jari-jarinya ke arah bibirku dan memainkan jari jemarinya ke ujung bibir, lalu perlahan dimasukkan ke dalam mulutku sambil memainkannya ke lidahku. Dan terasa badannya mulai digeser ke arah depan mukaku yang masih menunduk saja dan terasa benar ada yang aneh di bagian kepalaku dan aromanya pun seperti aku kenal, yaitu bau kemaluan. Hah! mataku pun perlahan terbuka dan aku kaget karena yang ada di depan mataku Mas Andre hanya memakai t-shirt putih dan CD putih samar terlihat segumpal daging yang tersimpan di belakang CD-nya yang agak menggelembung. Jantungku terasa berdebar sambil menatap wajahnya di balik kegelapan malam dan sesekali aku tatap ke arah CD-nya yang semakin lama semakin melonjong ke atas dan zakarnya terlihat seperti bakso tenis.
Perlahan dia tatap aku dengan binal, lalu perlahan jari-jarinya mengusap lagi ke bibirku lalu perlahan memasukkannya ke dalam mulutku. Pahanya yang terlihat besar dan atletis berada di hadapanku dan sesekali digesekkan ke mukaku secara halus dan sebongkah "bakso tennis" digesekkan ke pipiku dimana mulutku masih ternganga setengah terbuka. Tanpa kusadari aku mulai membalas gesekkannya dengan memainkan bibirku perlahan ke arah CD-nya yang berwarna putih lalu bibirku mulai mencium batang zakarnya yang tersimpan di balik CD-nya itu sambil memainkan lidahku. "Ohh.." terdengar suara rintihan Andre sambil mengelus rambutku yang agak panjang. "Bob.. masuk yuk?" terdengar suaranya mengajakku ke dalam rumah. Perlahan aku bangkit dari jongkokku sampai akhirnya aku berdiri tegak dan bertatapan pandang dengan wajah Andre yang terlihat tersenyum. Lalu dia kecup keningku sambil memeluk pundakku mengajak berjalan ke dalam rumahnya.
Setelah dia mengunci pintu dan mematikan lampu di ruang bawah, kami pun berciuman di ruang tamu sambil berpelukan dengan mesra seperti pasangan yang sedang berpacaran, sesekali tangannya mengelus rambutku lagi dan aku pun mulai mendekapnya dengan hangat. Sejenak adegan ciuman pun terhenti dan kami berdua berjalan menaiki tangga menuju kamar tidurnya yang wangi dengan aroma minyak wangi Calvin Klein, tembok berwarna putih, karpet berwarna hitam dan tebal, ranjang besar dengan bed cover berwarna hitam dengan bahan satin dan sprei berwarna putih, di belakang ranjang terdapat sebuah lemari kotak berwarna biru serta sebuah lampu yang menyala dan pada bola lampunya diberikan sedikit minyak wangi agar memberikan aroma yang seksi, horden tebal berwarna hitam menutupi ruang tidur kamarnya dan sebuah sound system dengan alunan musik blues terdengar sayup-sayup.
Aku terdiam sebentar, lalu menatapnya,
"Mas.." kataku.
"Ya Bob!" jawabnya.
"Aku mau mandi ya?!"
Andre tersenyum lalu mengambilkan sebuah handuk berwarna biru tua dari dalam kamar mandinya yang berada persis di sebelah ruang fitnessnya. Tiba-tiba tangan Andre menarik lenganku dan berkata, "Aku ingin seks dengan kamu malam ini Bob!" aku tidak menjawab apa-apa kecuali menjulurkan lidahku dengan mimik yang binal, lalu lenganku pun diciumnya dengan menjulurkan lidahnya yang berjalan dipergelangan lenganku. "Aahh.." aku menyeringis geli dan Andre berkata, "Bob.. aku buka ya baju kamu?" Aku diam saja dan Andre pun perlahan membuka kancing bajuku satu persatu dengan perlahan dan akhirnya bajuku pun terbuka dan badanku yang putih tidak begitu besar terbuka di hadapan Andre yang dari tadi terus menatap badanku tanpa bergeming sedikitpun terkecuali melirik sedikit ke arah mataku yang tertatap malu-malu seperti seorang anak ingusan. Lalu perlahan dikecupnya keningku, sambil mencubit pipiku dan berkata, "Kamu kurus ya! besok-besok makan yang banyak ya!" Aku diam saja, karena dalam benakku, aku tidak perduli dengan ucapan gombal seperti itu, toh dia bukan apa-apaku dan aku masih merasa aneh bila ada dua orang pria saling bercinta.
Bersambung . . . .