Pekanbaru night - Aku dan ABG rental

"Asyik.. Ayo mulai dong.". Deni kelihatannya sudah tidak sabar untuk mendengar ceritaku.
Setelah agak menerawang sebentar aku lalu mulai bercerita..

*****

Ceritaku yang ini belum sempat kukirim ke situs cerita 17Tahun yaitu tentang kejadian gay sex dengan seorang cowok imut yang masih duduk di bangku SMA. Namanya sebut saja Rudi. Aku bertemu dengannya saat mengunjungi rental VCD yang letaknya tidak jauh rumahku, kira-kira satu bloklah dari sini. Ia bekerja di sana dan bertugas melayani siapa saja yang ingin menyewa VCD. Wajah Rudi halus imut ganteng khas ABG dengan rambut dipotong pendek dan disisir ke atas yang menbuatnya makin 'cute' menggemaskan. Perawakannya jangkung dengan bentuk badan yang proporsional. Ia sangat ramah dan cekatan dalam melayani penyewa VCD yang membuatku semakin simpati dan menyukainya. Biasanya aku tidak pernah mendekati yang namanya ABG tapi entah kenapa kali ini beda. Naluriku terus mendesak-desak agar aku lebih mendekati Rudi.

Suatu sore aku ke sana dan bermaksud menyewa VCD. Kebetulan sekali keadaan lagi sepi. Cuma aku dan dia yang ada di rental hingga aku mulai berani mencoba 'keberuntunganku'.
"Rud, ada VCD yang XX nggak?" Iseng-iseng aku mulai bertanya pada Rudi sambil memikirkan siasat yang akan kugunakan.
"Oh.. Ada Mas.. Mau ya? Itu nggak dipajang. Nih.". Rudi mulai senyam-senyum mendengar kalau aku mau VCD porno. Ia membuka sebuah laci di lemari yang ada dibelakangnya lalu mengambil dan memberiku sebuah VCD XX.
"Apa cuman satu macam yang ini aja?" tanyaku setelah melihat kalau yang disodorkan Rudi adalah VCD XX cowok vs. cewek.
"Banyak macam kok Mas, ada yang main sama binatang, ada yang sama anak kecil dan juga ada yang sesama cowok. Mas maunya yang mana?" jawab Rudi sambil tersenyum simpul.
"Semuanya deh.. Pokoknya yang asyik deh", aku menjawab sekenanya sambil mataku tidak lepas mengikuti gerak-gerik Rudi.

Rudi menggangguk lalu dari lemari tadi ia mengeluarkan satu dus kecil yang disodorkan padaku.
"Nih.. Mas pilih aja sendiri ya?"
"Wah.. Mas bingung nih mau pilih yang mana. Mana sih yang bagus?" Aku pura-pura bego padahal di rumahku yang namanya VCD porno jumlahnya berjibun, terutama VCD gaysex.
"Masak sih Mas nggak tahu, Gimana kalau yang ini?" Rudi berkata sambil tangannya cekatan mengambil masing-masing jenis VCD porno yang disebutnya tadi.
"Apa enak ya?" Aku masih pura-pura bego.
"Ya jelaslah", kata Rudi sambil tersenyum simpul mungkin dalam hatinya sedang menertawakanku.
"Wah.. ketahuan nih kamu sering nonton ya? Kok tampaknya ahli banget.". Aku tertawa kecil sambil menggoda Rudi.
Rudi tersipu malu sambil cengengesan yang membuatku serasa ingin mencubit pipinya yang menggemaskan itu.
"Ngomong-ngomong umurmu berapa sih", tanyaku ingin tahu.
"Em.. 16 tahun Mas..", kata Rudi sambil memasukkan kembali dus kecil yang berisi kumpulan VCD porno pada tempat semula.
"Waah.. Masih 16 tahun kok sudah nonton gituan?" aku makin menggoda Rudi.
"Ah.. Mas ini kuno. Zaman sekarang ini masih SD pun sudah nonton yang gituan kok", jawab Rudi tak mau kalah.
"Iya deh.. Iya.. Terus kamu nontonnya di sini ya?" Aku terus menginterogasi Rudi.
"Iya Mas. Cuman kesempatannya jarang kudapatkan karena pemilik rental ini adalah familiku sendiri. Takut akan diadukan pada orang tuaku yang masih kolot jika ketahuan. Aku nontonnya saat mereka bepergian". Rudi mulai bercerita banyak padaku.

"Jadi ini bukan rumahmu ya? Kalau begitu kamu tinggal di mana?" Di pikiranku mulai ada ide untuk berdekatan dengan Rudi.
"Kalau aku tinggalnya di daerah S, Bersama orang tuaku Mas. Yah.. nggak begitu jauh dari sinilah". Rudi menyebutkan daerah tempat tinggalnya.
"Kalau Mas tinggalnya di dekat-dekat sini saja, tepatnya di blok.. Nomor.". Aku menyebutkan alamat rumahku.
"Ooh, jadi Mas tinggal di sana rupanya ya?" Rudi manggut-manggut mendengar 'pengumunan' dariku.
"Kalau kamu mau nonton boleh kok di rumah Mas. Kebetulan Mas tinggal sendirian aja". Aku mulai menggelar rencanaku. Mata Rudi sejenak kelihatan agak berbinar saat mendengar penawaranku.
"Benar nih Mas. Kalau gitu kapan boleh ke sana?" Rudi kelihatannya sangat senang sekali.
"Kapan-kapan aja boleh kok. Yang ini akan Mas tonton nanti malam. Kalau Rudi mau boleh ke sana nanti", kataku sambil melihat VCD yang ada di tanganku.
"Wah.. sayang Mas, aku nggak bisa. Soalnya harus pulang rumah begitu rental tutup, kalau nggak nanti diinterogasi macam-macam di rumah. Kalau Minggu siang boleh Mas?" kata Rudi penuh harap.
"OK.. Deal, Mas juga nggak ke mana-mana kok. Semua berapa ya?" kataku sambil menanyakan harga sewa VCD yang ada ditanganku setelah kulihat ada penyewa lain yang masuk.
"15 ribu, Mas. Jangan lupa ya, Mas?" kata Rudi sambil menerima uang pembayaran dariku.
Aku cuma menggangguk kecil lalu beranjak pulang. Kulihat ada beberapa pengunjung lagi yang datang dan Rudi sudah mulai sibuk melayani mereka.

Hari minggu yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku mulai mengadakan persiapan untuk 'menyambut' Rudi. Aku sedikit merapikan rumah juga pintu pagar depan sengaja kubuka setengah biar Rudi gampang masuknya nanti. Sambil harap-harap cemas aku mulai menunggu.

Ting.. tong.. Bel rumahku akhirnya berbunyi saat jam di dinding rumahku menunjukkan angka 2 lewat 15 menit. Saat kubuka pintunya rupanya Rudi yang datang dengan berpakaian pebasket. Kelihatannya sangat 'cute' dan seksi. Aroma keringat khas ABG yang terpancar dari tubuh Rudi terasa menggelitik pusat gairahku.
"Wah.. dari mana kamu?" aku agak terheran melihat penampilan Rudi.
"Ini Mas. Dari tempat latihan Basket. Aku kan ikut klub basket di sekolahku". Rudi agak tersipu.
"Ooh.. Yuk.. Masuk.. Jangan malu-malu ya.. Anggap aja rumah sendiri". Aku mempersilahkan Rudi masuk. Rupanya Rudi rajin latihan Basket hingga pantas saja memiliki tubuh yang proporsional.
"Sudah makan?" Aku agak berbasa-basi.
"Sudah Mas", kata Rudi sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Wah.. kamu latihan juga ya di hari minggu?" kataku sambil beranjak ke dapur untuk mengambilkan minuman buat Rudi.
"Ya nih Mas. Tiap minggu aku memang latihan sampai sore kok", jawab Rudi sambil matanya menyapu seluruh ruangan rumah.
"Lho.. sekarang kan belum sore?" kataku sambil sibuk mengaduk limun dan mencampurnya dengan es.
"Ooh, iya Mas, aku sengaja pulang cepat Mas, khusus buat ke sini". Agak tersipu Rudi menjawab saat aku meletakkan gelas limun di depannya.
"Jujur amat nih anak", batinku geli melihat kepolosan Rudi.
"Sudah nggak sabaran nih.". Aku tersenyum menggoda hingga Rudi tersipu cengengesan.
"Nonton aja di kamar Mas ya? Biar aman. Tapi Minum dulu dong, biar segar", kataku saat kulihat Rudi belum menyentuh minuman yang kusuguhkan.
"Ooh. iya. Minum Mas."..Kesopanan Rudi membuatku makin sayang dan simpati padanya.
"Yuk.". kataku sambil beranjak memasuki kamarku setelah Rudi selesai menikmati minumannya.
Rudi mengikutiku masuk dan dengan agak canggung duduk di tepian ranjangku menghadap layar TV".Nggak apa-apa ya duduk di sana? Atau kamu mau kalau Mas ambilkan kursi?".
"Nggak apa-apa kok Mas", jawab Rudi sambil tersenyum.
"Tuh.. pilih aja kamu mau nonton yang mana? Kebetulan yang Mas sewa kemaren belum dikembalikan", kataku sambil menyodorkan VCD yang kusewa dari rental yang dijaga Rudi.
"Terserah Mas aja deh", jawab Rudi sambil matanya tidak lepas dari layar TV yang masih blank.
"Bener nih terserah Mas", kataku sambil membolak-balik kepingan VCD yang ada ditanganku yang disambut Rudi dengan anggukan kepala. (kepala atas lho, bukan yang bawah:)).
"Kalau gitu yang ini aja ya? Cuman tinggal ini yang belum sempat Mas tonton", kataku sambil memperlihatkan VCD gay sex ke Rudi.
"Nggak apa-apa Mas. Rudi OK-OK aja kok", jawab Rudi tenang.
"Emangnya kamu sering lihat jenis yang ini ya?" tanyaku ingin tahu.
"Erm.. Pernah Mas. Iseng-iseng aja. Emangnya Mas nggak pernah?" Sejenak Rudi agak ragu menjawab pertanyaanku. Aku hanya tersenyum saja tidak menanggapi pertanyaan Rudi.

Setelah itu aku langsung memasukkan kepingan VCD ke playernya. Beberapa saat kemudian diawali dengan house music yang menghentak layar kaca mulai menayangkan beberapa cowok bule yang lagi kumpul. Lalu diteruskan dengan adegan buka-bukaan dan aksi saling cium dan lumat selama beberapa saat. Setelah itu pesta seks dimulai dengan musik menghentak disertai desahan nikmat cowok bule yang lagi asyik bergay-sex ria. Atmosfer kamarku yang sengaja kubuat agak redup seolah-olah bersatu dengan setiap adegan yang terpampang yang membuatku mau tidak mau mulai horny.

Kulihat Rudi dengan serius menonton setiap adegan yang terpampang dan tonjolan di celananya kelihatan mulai membesar. Kondisi Rudi membuat gairahku makin tersulut yang dengan keras aku tekan.
"Wah.. Nggak nyangka asyik juga ya Rud.". Aku bersikap seolah baru pertama kali menyaksikan adegan syur jenis itu. Rudi hanya menggangguk sambil pandangan matanya tidak lepas dari layar kaca.

Beberapa saat kemudian kulihat Rudi mulai menggosok-gosok tonjolan celananya. Sepertinya ia benar-benar terbakar oleh jeritan-jeritan nikmat aktor bule yang terus beraksi. Aksi Rudi membuatku kehilangan kendali hingga aku mulai mendekatinya.
"Kamu.. apa pernah mencoba yang seperti itu Rud?" Suaraku makin parau akibat nafsu yang melilit.
Rudi menggeleng sambil matanya sayu memandangku. Dengan berani aku mendekati Rudi lalu jongkok di depannya dan mulai melorotkan celananya. Mulanya Rudi sepertinya ingin menolak tapi entah kenapa tidak jadi hingga ia akhirnya pasrah saja saat celana berikut CDnya kupelorot turun. Kontol Rudi yang berbulu jarang tegak berdenyut-denyut begitu terbebas dari kungkungan celananya. Bau yang khas seketika menerpa hidungku membuat aku makin menggila.

Kontol Rudi belum matang benar namun harus aku akui kalau ukurannya termasuk besar untuk anak seusianya. Aku segera 'to the point' menjilati kepala kontol Rudi yang membuat Rudi mulai mendesah pelan lalu.. Hap.. Kontol Rudi segera kumasukkan ke dalam mulutku sambil kuhisap kuat dan sesekali kuselingi dengan jilatan di lobang kontolnya. Aksiku membuat Rudi memejamkan matanya dengan desahan yang makin kuat. Refleks tangan Rudi mulai mengacak-acak rambutku saat aku mulai memaju-mundurkan kepalaku. Hanya sebentar aku beraksi dan kurasakan kalau Rudi mulai mengejang tanda kalau ia akan klimaks. Dan.. crott.. crott.. Rudi klimaks sambil menembak beberapa kali di dalam mulutku. Aku menghisap sari kenikmatan yang dikeluarkan Rudi sampai ludes tidak bersisa.

"Enak.. Rud?" tanyaku dengan nafas yang agak menderu. Rudi hanya diam saja sambil memejamkan matanya.
Setelah itu aku menggeser agak menjauh. Aku membuka seluruh pakaianku dan mulai mengocok kontolku dengan gencarnya. Aku memilih onani karena agak ragu dan nggak tega jika harus menyuruh Rudi mengoralku. Sambil berfantasi seolah-olah sedang gaysex dengan Rudi aku terus mengocok kontolku sambil memilin-milin puting plus mengelus dadaku sendiri. Aku memejamkan mataku tenggelam dalam fantasiku sambil mendesah-desah nikmat. Suara-suara jeritan nikmat bule yang keluar dari stereo set makin menambah suasana. Saat selangkanganku mulai timbul tanda-tanda akan klimaks, tiba-tiba aku merasa kalau ada yang menyentuh tanganku. Saat kubuka mataku rupanya Rudi sudah ada di depanku dengan mata yang lekat memandang kontolku.

"Kenapa Rud.". tanyaku parau sambil terus mengocok kontolku.
"Rudi mau Mas, mau coba melakukan yang seperti Mas tadi.. Ajarkan Mas."..Rudi semakin mendekatiku.
"Kalau gitu coba hisap punya Mas."., kataku sambil ngangkang hingga kontolku mencuat bebas siap kulum.
Rudi segera menggenggam batang kontolku dan seperti menemukan mainan baru Rudi mengamati dan mengocok-ngocok kontolku.
"Besar sekali punya Mas.". kata Rudi sambil mulai mendekatkan mulutnya ke kontolku. Agak canggung Rudi mulai menghisap-hisap sambil terus mengocok batang kontolku meniru adegan blue film.
"Yess.. terus Rud.. lebih kuat lagi hisapannya.. ya.. kuat lagi.". aku terus memberi petunjuk. Mungkin karena belum pengalaman, hisapan Rudi masih canggung namun terasa cukup nikmat.
"Jilat Rud.. Jilat dengan lidahmu di dalam mulut.. Yess.. Hisap lagi.". Petunjukku segera dilaksanakan Rudi yang tampaknya cukup cerdas dan cepat 'menyerap' pelajaran dariku. Tak lama kemudian aku mulai merasa mau nembak.
"Mas mau nembak Rud.. Telan mani Mas ya..?" Aku segera memberi tahu Rudi karena aku tidak bermaksud menahan klimaksku.
Mendengar itu Rudi segera mengeluarkan kontolku dari mulutnya sambil tangannya terus mengocok gencar, mungkin ia takut juga jika harus menelan maniku. Aku makin mengejang dan crott.. crrot.. Tembakanku mengenai wajah Rudi dan sebagiannya jatuh menetes membasahi kaos basket Rudi.

Ronde pertama usai sudah dan dilanjutkan dengan ronde kedua yang segera mulai. Saat itu wajah Rudi yang berlepotan mani terlihat sangat menggemaskan. Aku segera menjilati dan menciumi wajah Rudi membersihkannya dari mani. Aku sengaja tidak menelannya semua.
"Sini.. Mas ajarin cara minum mani.". aku agak cadel karena mulutku yang penuh mani.
"Nggak Mas.. Jijik ah.". Rudi kelihatan agak takut dan enggan.
Aku diam saja sambil menanggalkan kaos Rudi. Aku lalu mulai mengelus dada Rudi sambil memilin-milin putingnya. Tidak lupa tanganku bergerilya merangsang di selangkangan Rudi. Puting Rudi rupanya sangat sensitif hingga beberapa saat kemudian ia mulai pasrah dengan kontol yang menegang. Aku mendekatkan wajahku lalu memagut bibir bawah Rudi. Setelah merasakan kalau Rudi menikmatinya aku lalu mengulum bibirnya sambil lidahku mulai mentransfer mani yang ada di dalam mulutku. Rudi yang sudah terbakar nafsu tampaknya sudah tidak jijik lagi dan terus membalas ciumanku yang berbumbukan mani asoy. Aku baru menghentikan ciumanku saat mani yang ada di mulutku sudah tidak bersisa.

Rudi agak terengah-engah dengan nafsu yang masih menggebu-gebu. Aku segera membopongnya ke ranjang. Rudi terbaring pasrah dengan mata sayunya yang lekat memandangku. Aku mulai mengulum kantong kontol Rudi untuk yang kedua kalinya sambil mengocok batangnya. Rudi merem-melek sambil mendesah kecil menikmati aksiku. Aksiku dilanjutkan dengan mengulum kepala kontol Rudi sambil menjilati lobangnya.
"Akh.. enak Mas.. akh.".
Lepas kontrol Rudi mulai meracau saat aku memajumundurkan kepalaku sambil menghisap kuat kontolnya.
Dan.. crott.. crott.. Rudi akhirnya menembak sambil kakinya mengejang-ngejang, lalu terdiam sambil memejamkan matanya. Aku menelan habis maninya. Lalu aku jongkok ngankang dengan bertumpukan lututku di atas perut Rud sambil mengocok kontolku dengan keras, kuat dan cepat. Rasa di batang kontolku masih ngilu-ngilu nikmat karena baru sebentar tadi aku klimaks. Kocokan kulanjutkan hingga.. crott.. crott.. aku klimaks kedua kalinya sambil mengarahkan tembakanku ke perut Rudi. Selelai menembak aku mulai menjilati perut Rudi hingga ia menggelinjang geli dan aku juga menelan semua mani yang berceceran sampai ludes dan puas.

Sejenak kupandangi Rudi masih diam berbaring dengan mata yang terpejam. Aku bangkit dan mengenakan pakaianku kembali. Kupungut kaos basket Rudi yang tadi sempat terkena semprotan mani. Setelah kucium sebentar kaos itu kubawa ke belakang dan kumasukkan ke mesin cuci otomatis yang biasa kugunakan. Setelah setel sana-sini sambil memasukkan sesendok detergen aku lalu kembali ke kamarku menemui Rudi.

Sesampainya disana kulihat Rudi sedang duduk diam di tepian ranjang. Ia sudah mengenakan kembali celananya. Kelihatannya dia agak melamun. Saat itu kamarku sunyi sama sekali karena film blue tadi sudah 'the end'.
"Marah ya sama Mas..", kataku lembut sambil duduk disebelah Rudi. Rudi menggeleng pelan tanpa bersuara.
"Maafin Mas ya.". Aku merangkul lembut bahu Rudi.
"Rudi nggak marah kok sama Mas.". Akhirnya Rudi berkata pelan sambil menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan maknanya. Aku tersenyum sambil menepuk-nepuk lembut punggung Rudi.
"Rudi mau pulang dulu ya Mas", kata Rudi sambil bangkit.
"OK, tapi tunggu sampai kaosmu selesai dicuci ya". Aku tidak mau menghalangi niat Rudi.

Aku lalu mengajak Rudi ke dapur dan kusediakan makanan kecil untuknya. Aku kemudian mengeluarkan kaos Rudi dari mesin cuci. Kaosnya masih agak lembab namun sudah bisa dipakai. Rudi pamit pulang setelah megenakan kaosnya kembali. Baru kusadari kalau Rudi ternyata anak yang berkarakter kuat hingga aku sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada dipikirannya saat itu.

Saat aku bertemu lagi dengannya di rental ia masih ceria dan ramah seperti dulu namun ia sama sekali tidak mengungkit-ngungkit peristiwa yang terjadi di rumahku. Sikapnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami hingga walaupun agak penasaran aku juga ikutan bersikap biasa-biasa saja.

*****

Baru saja habis ceritaku, Deni sudah mendekat dengan nafas yang memberat.

Tamat